“Ada apa?" Tanya Felix dari balik ponselnya.
“Tadi aku melihat Jeki, sama seperti fto yang bos kasih.” seorang itu mulai mengucapkan apa yang di khawatirkan nya tentang seseorang yang.
“Jeki? Iya, bagaimana keadaan dia? Dimana dia sekarang? Apa kamu juga tahu siapa yang membawanya kemarin?” tanya Felix yang tak kalah khawatir. Dia memang tidak mengenal Jeki sebelumnya. Tapi entah kenapa, dia ingin menyelamatkan Jeki. Felix tahu jika Jeki jadi incaran seseorang. Dia akan jadi target pembunuhan.
Bentar, jika Jeki masih hidup. Kemarin Mark hanya meninggalkannya. Tapi, kenapa? Apa sebanrnya rencananya Bukanya dia ingin membunuh Jeki. Kenapa masih di membiarkan dia hidup apa jangan-jangan dia memang sengaja agar Jeki bisa kabur. Sebenarnya Mark tidak berniat untuk melukai Jeki. Memang itu adalah tugasnya. Dia tahu sebenarnya soapa yang Kan dia hadapi. Tetapi mark lebih memilih untuk meninggalkan Jeki. Dia tidak sanggup jika membunuhnya sendiri teman satu temannya.
Felix masih saja diam. Dia tidak berhenti terus berpikir sapa sebenarnya yang Mark.
"Aku pikir Mark dia sebenarnya sangat pintar. Dia tahu tentang aku dan Jeki. Dia pasti tahu semuanya. Siapa di balik topeng mengerikan itu. Hal yang membuatnya sangat terluka. Harus memutuskan untuk membunuh temannya sendiri. Dia mungkin tidak akan membunuh temannya. Dia melakukan berbagai cara agar dirinya bisa mengeluarkan temannya itu.
"Boss, kenapa anda diam?" tanya seorang laki-laki dari balik telfon itu.
"Iya, maaf! Sekarang, kamu dimana?" tanya ucap orang itu.
"Kamu sama siapa?" tanya Felix.
"Kau sendiri.
“Dia sekarang di rumah sakit, dengan luka lebam di semua tubuhnya. Dan, beebrapa goresan senjata tajam di lengan dan kakinya.” Jelas seorang dari ponsel Felix. Dia seorang yang memang anak buah Felix. Sengaja Felix menyelidiki tentang Jeki. Dia menyewa orang untuk masuk ke kota seberang. Dengan wajah penuh percaya diri orang itu masuk. Dan, lansgung medaptkan berita tentang Jeki.
“Kirim alamat rumah sakitnya,” ucap Felix.
“Baik, Boss.”
“Dan, kamu juga harsu segera cari tahu juga tentang kehidupan orang yang saat ini aku incar. Cari tahutentang Mark. Dimana dia sekarang. Dan, apa yang di lakukan.” Pinta Felix.
“Soal, Jeki. Kamu juga harus kumpulkan bukyi di lokasi kejadian. Segera bantu Jeki usut siapa yang melakukan kekerasan padanya. Jangan sampai penjahat itu lolos.”
“Saya, menemuka Jeki di pinggir jalan. Dan, langsung saya bawa ke rumah sakit. Soa siapa yang melukainya. Lebih baik Tanya Jeki secara langsung.” Jelas seorang di balik ponsel itu.
“Tapi tenang saja, boss. Saya sudah meminta bantuan teman saya. Seorang penyidik handal. Dia bahkan mampu menyelesaikan segala macam masalah yabg tak terpecahkan.”
Felix menghela napasnya. Dia membalikkan badannya, memastikan di belakangnya tidak ada seorangpunyang mendengar panggilan telfon dan pembicaraan mereka. Felix tiak mau teman satu teamnya ikut campur. Karena ini sangat bahaya, dia tidak mau membahayakan teman satu teamnya. Biar semua jaso resiko dirinya sendiri. Sementara Yuan, dia juga selalu ingin tahu sendiri. Dia mengorek-orek semua informasi tentang Black rose. Organisasi hitam yang bahkan di internet saja tidak di temukan. Tetapi pengikut mereka sangat banyak. Membuat Yuan semakin curiga. Dan, dia sengaja membanyu Felix secara diam-diam menyelidiki semuanya.
Karena rasa penasaran yang semakin menjadi. Yuan memutuskan untuk selalu mengikuti kemana Felix pergi. Bahkan dia juga mendengarkan setiap apa yang Felix katakan entah itu sengaja menguping setiap pembicaraan Felix dari telfon. Atau, bahkan menyadapnya. Tanpa sepengetahuan Felix.
"Kamu segera ikuti kemana Mark pergi. Jangan biarkan dia pergi terlalu jauh." ucap Felix.
"Baik, boss." ucap pengawal Felix.
"Sekarang, aku akan pergi ke kota. Aku akan melihat bagaimana kondisi Jeki. Tapi, jangan ada yang tahu siapa aku sebanrnya. Kamu bilang pad alihan rumah sakit jika aku kakak dari Jeki. Jangan sampai ada yang tahu ingat itu." ucap Felix mengingatkan.
"Baik, saya mengerti."
Felix seger memastikan lagi telfonnya. Dia melihat chat dari pengawalnya. Dia juga memberikan alamat lengkap rumah sakit yang akan di tuju. Felix membalikkan badannya. Dia segera melangkahkan kaki ya masuk ke dalam rumah itu lagi. Dia berjalan dengan langkah cepat tanpa memperhatikan sekitarnya lagi. Felix mengira jika semuanya masih tidur lelap.
Beberapa menit Felix di dalam kamar. Dia hanya mengambil jaket dan langsung pergi dari rumah itu. Sementara Yuan, dia terus mengikuti kemana Felix pergi. Felix menghentikan taksi di depan. Tak luput dari kejaran Yuan. Dia juga naik taksi ubtuk mengejar kemana Felix pergi
Sementara Bella yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia berjalan dengan langkah pelan menuju ke dapur. Kedua matanya masih menyipit, seakan sangat susah untuk terbuka. Bella menguap sangat lebar.
"Yuan dan Felix kemana? Apa dia sudah bangun?" tanya Bella. Dia beranjak duduk di kursi. Dia meletakkan kepalanya di atas meja makan.
Kepalanya terasa sangat berat. Kedua matanya masih susah untuk terbuka. Bella tanpa sadar tertidur kembali.
"Eh.. Bentar, aku harus pergi sekarang. Jika tidak segera pergi. Aku yakin tugas tidak akan slesai. Apalagi hanya mengandalkan Yuan. Dia tidak bisa bekerja sama dengan baik. Bahkan tugasnya kemarin juga gagal. Sekarang mau gagal lagi. Bella menghela napasnya. Kedua matanya seketika terbuka lebar. Dia bangkit dari duduknya. Dan, segera berjalan menuju ke dapur. Bella mengambil satu gelas air. Dan, mulai meneguknya sampai tak tersisa.
Bella berjalan pelan menuju ke kamar Felix. Di Berdiri beberapa menit di Kamar Felix. Dia menciba mengangkat tangannya, ingin mengetuk pintu kamarnya. Namun dirinya merasa snagat ragu.
"Dia sudah bangun atau belum?" Bella menoleh ke belakang. Dia melihat jam dinding yang terpasang di ruang tamu. Jarum jam menunjukan pukul 9 pagi.
"Harusnya sekarang dia sudah bangun." ucap Bella.
"Tapi dimana dia sekarang?" Dalam satu tarikan napasnya. Bella mengangkat tangannya lagi. Dan, mulai mengetuk pintu kamar Felix berkali-kali. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari Felix.
"Kemana dia pergi?" tanya Bella.
"Apa dia ada urusan? Atau dia pergi jalan-jalan pagi?" gerutu Bea. Dia mengerutkan bibirnya. Sembari menghela napasnya kesal.
"Felix ...." teriak Bella sangat keras.
"Felix kamu masih tidur atau tidak?" teriak Bella lagi.
Merasa tidak ada jawaban juga dari Felix. Bella menghenduskan napasnya kesal. Dan, segera membalikkan badannya pergi dari depan kamar Felix. Dengan langkah yang tak hentinya terus menggerutu dalam hatinya.
"Biarkan saja, mereka pergi tanpa bilang padaku. Awas saja jika mereka pulang nanti." kesal Bella