Sudah larut malam, tapi Diana belum mendapatkan kabar dari Willy. “Tumben?” Diana mencebikkan bibir dan mulai khawatir. Ia berangsur duduk di bibir tempat tidur tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponselnya. Dua jam yang lalu, Diana baru beres menerima telepon dari Diana. Sementara setelah itu, ia sama sekali belum mendapatkan kabar dari Willy. “Jangan-jangan tadi pas aku telepon sama Om, sebenarnya Willy telepon dan otomatis jadi enggak masuk?” Diana menduga-duga. “Sebegitu takutnya kamu, Di. Kamu sangat takut dia terluka?” Mendengar hati kecilnya berbicara, Diana refleks menghela napas pelan. Tatapannya turun, kosong seiring ingatannya yang menjadi dihiasi kebersamaannya dengan Willy. Semua kebersamaan yang dipenuhi ketulusan dari Willy. Willy selalu ada menyikapinya dengan manis s