Reikhan sedang berkaca didepan cermin dikamarnya dan dia sedang memikirkan apa yang dia lihat kemarin. Tidurny menjadi tidak tenang karena melihat Zia memakai handuk kemarin.
Mata nya menyipit melihat sesuatu yang aneh dibawah tempat tidur nya. Reikhan semakin memicingkan matanya untuk melihat benda itu. Saat dia berbalik ingin mengambil benda itu pintu kamarnya diketuk.
Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Zia dengan mata yang sembab. Dalam pikiran Reikhan adalah Zia sedang sakit.
"kau kenapa? Apa kau sakit?"
Zia mengangguk dan menatap Reikhan dengan lesu. Terlihat bibirnya pucat, itu membuat Reikhan menjadi khawatir.
"bisakah aku tidak masuk kerja hari ini, kepala ku sakit sekali. Aku akan kerumah sakit sebentar lagi."
"tentu saja boleh, aku akan mengantarkanmu kerumah sakit."
Zia dengan cepat menggeleng.
"ehm.. Tidak usah, aku tidak suka kau bersikap berliebihan kepadaku. Kau pergi saja bekerja, aku akan baik-baik saja."
Reikhan mengangguk setuju, sebenarnya dia juga berpikir kalau hubungannya dan Zia bukanlah hubungan special mereka hanya rekan kerja dan sekarang menjadi teman. Reikhan merasa terlalu berlebihan belakangan ini memperhatikan wanita ini.
"baiklah aku akan pergi ke kantor sekarang. Semoga lekas sembuh." Reikhan berkata dengan sangat kaku, dia masuk kedalam kamarnya mengambil sesuatu yang Zia tidak tahu itu apa.
Mata Zia hanya tertuju pada kotak yang masih setia ada dibawah tempat tidur Reikhan.
"hei, aku pergi. Istirahatlah, aku akan memberi tahukan ke HRD kalau kau sakit dan sudah minta ijin denganku."
Reikhan sedikit tersenyum dan pergi keluar dari apartementnya.
Zia hanya diam dan segera menutup pintu saat Reikhan sudah keluar.
Dengan buru-buru dia mengambil kotak itu dan membawanya kedalam kamar nya.
Zia menyimpan dengan baik kotak itu. Dia teringat sesuatu, saat semalam dikamar Reikhan dia melihat sebuah map yang membuat nya curiga didekat rak buku Reikhan. Zia secepatnya berjalan masuk kekamar Reikhan yang memang tidak pernah mengunci kamarnya jika pergi.
Sibuk mencari dimana map itu Zia akhirnya kecewa karena map kuning itu sudah tidak ada. Ini sudah lebih satu bulan dan dia belum mendapatkan tanda-tanda dimana surat itu.
Zia kembali kemarnya setelah membereskan apa yang dia buat berantakan tadi. Saat melihat ponselnya dia terkejut dengan pesan dari Aston.
Sweet heart kau dimana?? Aku merindukanmu. Aku sudah di apartement mu.
Zia buru-buru menelpon Aston. Aston langsung mengangkat telpon itu dan tersenyum.
Hai.. Kau dimana? Aku merindukanmu.
"kau kenapa ke apartementku kak? Apa kau tidak tahu aku sedang.."
Ya.. Ya... Aku tahu. Tapi aku benar-benar merindukanmu. Aku tidak mahu tau, aku akan menunggumu semalaman disini kalau perlu.
Aston mematikan telponnya dengan sepihak membuat Zia kesal bukan main. Hubungannya dengan Aston bisa dikatakan absurd. Karena Aston menganggap Zia adalah kekasihnya, yang pada kenyataannya Zia selalu menolak ungkapan cinta yang dikatakan Aston sedari dulu. Saat mereka masih kecil Aston sudah menunjukan kalau dia menyukai Zia. Bahkan ciuman pertama Zia diambil oleh Aston.
Aston selalu protektif kepada Zia melebihi Zyan ataupun ayahnya sendiri. Hanya saja meski Aston mencintai Zia dengan segenap hatinya, hidup Aston selalu dikelilingi dengan wanita-wanita cantik yang setara dengan Zia. Itu wajar karena Aston adalah pewaris satu-satunya dari orang tuanya yang bilioner itu. Bahkan sekarang keluarga Aston adalah orang terkaya di benua Erofa.
Tidak ada perusahaan manapun yang berani menentang keputusan keluarga Aston.
Dengan menggunkan kaos dan celana jeans nya Zia keluar dari apartement Reikhan setelah memakai mantelnya musim dinginnya. Setelah sampai didepan apartementnya dengan menggunakan taksi, Aston langsung memeluknya erat didepan pintu apartement Zia.
Zia membalas pelukan itu, biar bagaimanapun Aston adalah orang terdekatnya, mereka sangat dekat hingga Zia takut untuk menerima cinta Aston yang sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri.
"aku merindukanmu"
Zia memutar bola matanya malas dengan ucapan yang sering dikatakan Aston padanya.
Zia membuka pass code apartemntnya dan menempelkan kartu id nya.
"Zia, aku bisa segera menyingkirkan b******n itu jika kau ingin. Kau tidak perlu repot-repot menyamar seperti ini sweet heart."
Zia melepaskan mantelnya dan duduk disebelah Aston.
"kak, aku peringatkan jangan memanggilku sweet heart lagi. Kau akan dimarahi istrimu nantinya karena kebiasaan memanggilku begitu. Dan please kak, aku bisa mengatasi ini. Aku ingin memberi pelajaran kepada mereka sendiri."
Aston hanya mengusap rambut Zia meendengar betapa keras kepalanya Zia. Zia selalu membuat hatinya menghangat setiap dia sedang tidak bisa mengontrol emosinya dan mata Zia mampu membuatnya tenang.
Aston perlahan mendekatkan wajahnya ke Zia dan mengecup sebentar bibir yang selalu ingin dia miliki itu.
Zia hanya menutup matanya seperti biasa jika Aston melakukan ini padanya.
"aku mencintaimu"
Zia hanya diam lalu memeluk Aston. Dia mengelak dengan pernyataan cinta yang selalu diberikan Aston untuknya.
Aston tahu Zia dengan sangat baik, begitu juga Zia. Dia hapal apapun itu tentang Aston. Mereka sudah sangat serasi hanya saja Zia tidak bisa mengambil keputusan.
"kau mengatakan mencintaiku sekarang kak, tapi besok aku sudah melihatmu menggandeng wanita lain."
Aston tertawa membuat Zia mencubit perut Aston.
"kau sangat menyebalkan. Aku yakin kau pasti juga meniduri wanita-wanita itu kan".
"kau tahu aku dengan sangat baik sweet heart. Aku tipe pemilih kau tahu kan. Lagi pula jika kau menerima ku akan berjanji hanya kau yang akan selalu ku gandeng."
"emang truk" Aston hanya tertawa dan memeluk Zia lagi.
"ayo pergi makan, aku lapar."
Zia mengangguk setuju dengan usulan Aston. Dia segera membuka kontak lenss nya dan mencari-cari topi dan kaca mata hitam dikamarnya.
Aston tahu kalau Zia akan melakukan ini dan dia hanya melihat semua yang dilakukan Zia.
"sweet heart, maukah kau berjanji padaku?"
Bersambung...