8. MASIH ELORA VS NICK

1329 Words
Setelah meminum obat dan salat ashar berjamaah Elora segera pamit ke kamarnya karena sudah tak tahan lagi merasakan sakit di kepalanya. Setiba di kamar, Elora langsung menjatuhkan diri di atas ranjang dan menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut. "Daddy Mommy!" racau Elora sebelum benar-benar terlelap. Tak lama ponsel Elora berdering. Meraung-raung memenuhi kamarnya. Namun tetap saja tak berhasil mengusik Elora. Sejak kecil tubuh Elora memang tidak tahan terhadap air dingin. Ia akan langsung demam dan flu setiap kali selesai berenang. Pun pada saat kehujanan. Karena ketahanan tubuh Elora yang sensitif terhadap air dingin maka di rumahnya disediakan juga kolam renang khusus air hangat untuk Elora. Dan hanya keluarga inti saja yang diperbolehkan berenang di sana. Delon yang tengah bersantai di ruang keluarga sambil menikmati acara tv dan secangkir kopi tiba-tiba saja teringat jika Elora sensitif terhadap air dingin. Gegas Delon beranjak untuk memeriksa kondisi Elora. Namun secara bersamaan ponselnya berdering. Delon kembali duduk lalu meraih ponsel yang terus berdering di atas meja. Membaca nama Deanova di layar pipih itu Delon segera menerimanya. Ternyata Deanova sedang perjalanan menuju rumahnya untuk menjemput Elora. Deanova juga menyampaikan jika sejak siang tadi Elora tidak mengangkat teleponnya sehingga membuat Deanova khawatir. Karena tidak ingin Deanova semakin khawatir maka Delon sengaja tidak menyampaikan jika putri sahabatnya tersebut sedang sakit. Nick yang baru saja ke luar dari kamarnya tanpa sengaja mendengar obrolan papanya dengan seseorang yang Nick yakini sebagai Daddy Elora, seketika Nick panik. Nick takut jika Daddy Elora marah padanya meskipun Nick tahu laki-laki berwajah datar tapi baik hati itu tidak pernah marah padanya. Setelah sambungan telepon terputus Delon beranjak hendak ke kamar Elora. "Yang telepon barusan pasti Daddy ya?" ujar Nick yang masih berdiri di depan pintu kamarnya. "Iya, Daddy sedang perjalanan ke sini," jawab Delon dengan santai seraya melanjutkan langkahnya. Sebelum Delon menekan kenop pintu di hadapannya ia menoleh, menatap Nick yang tampak gusar dan terlihat tegang dengan penuh tanda tanya. "Nggak usah panik Nick. Laki-laki harus berani bertanggung jawab atas semua perbuatannya!" ujar Delon lalu menekan kenop pintu yang tadi tertunda. Delon membiarkan pintu kamar Elora terbuka lebar lalu masuk dengan tersenyum melihat gaya tidur gadis manja tersebut. Persis seperti saat menyelinap masuk ke dalam kamarnya beberapa waktu lalu yaitu sembunyi di balik selimut. "El bangun, nggak baik tidur mendekati waktu magrib," ucap Delon seraya duduk di tepi ranjang. Tak mendapatkan tanggapan, lantas Delon mengulangnya hingga tiga kali. Elora menggeliat seraya meracau. "Daddy, El kangen." Mendengar suara berat dan serak Elora seketika Delon panik. Gegas Delon menyibak selimut yang menutupi wajah Elora. Melihat wajah Elora yang terlihat memerah, Delon segera menyentuh keningnya. "Astagfirullah El kamu demam!" ucap Delon panik lalu memanggil Nick. Nick yang sejak tadi berdiri di ambang pintu Elora segera melangkah. Namun sebelum Nick mendekati ranjang bel rumah berbunyi nyaring. "Bukain pintu, itu pasti Daddy!" titah Delon yang seketika membekukan tubuh Nick. "Nick cepetan!" ucap Delon sedikit keras. Sontak Nick terkesiap lalu berbalik badan, melangkah menuju pintu luar. Sejenak Nick terdiam di balik pintu demi menenangkan diri. Dengan membaca basmallah Nick membuka pintu. Berharap bukan Daddy yang berada di balik pintu. "Assalamualaikum!" sapa Deanova bersama Ivand di sampingnya. Nick menelan saliva dengan susah payah. Rasa panas tiba-tiba menjalar dari ujung kaki naik ke kepala. Bahkan Nick bisa merasakan wajahnya yang memanas sekarang. "Woi.. Kamu sakit Nick?" ujar Ivand sembari melambaikan tangan di hadapan wajah Nick yang seketika terkesiap. "Wa.. Walaikumsalam," jawab Nick terbata dengan wajahnya yang memucat. "Si.. Silahkan masuk, El sedang di kamarnya bersama Papa," ucap Nick sembari menggeser tubuhnya demi memberikan jalan untuk Deanova dan Ivand masuk ke dalam rumah. Sepasang alis tebal Deanova menukik tajam sembari menatap Nick dengan sorot tak terbaca. Dan feeling orang tua selalu tepat. Sejak tadi siang, saat masih dalam perjalanan pulang dari Kediri perasaan Deanova sudah mulai tak tenang. Pikirannya langsung tertuju pada putri kesayangannya, Elora. Deanova sangat yakin jika putrinya sedang tidak baik-baik saja. "El kenapa Delon?" ujar Deanova dengan langkah lebar mendekati ranjang. "El demam Dev, tadi udah aku kasih obat. Tapi ini demamnya makin tinggi," terang Delon sembari beranjak dari ranjang demi memberikan tempat untuk Deanova yang jelas terlihat sangat khawatir. Mendengar ucapan Delon, Ivand pun mendekat dengan panik. Memang Elora adalah kakaknya tapi selama ini justru Ivand lah yang berperan sebagai kakak. Sejak kecil Elora memang sangat manja dan tidak bisa mandiri. Hal itu karena Deanova yang terlalu memanjakannya. "Vand telepon dr. Adi, suruh ke sini sekarang juga!" titah Deanova kepada Ivand untuk segera menghubungi dokter keluarga mereka. Ivand langsung menjalankan titah Deanova dengan cepat. Sembari menunggu dokter datang, Deanova mencoba membangunkan Elora. "Sayang bangun! Ini Daddy sudah pulang," ucap Deanova dengan lembut seraya membelai kepala Elora. Elora yang sebenarnya sejak tadi sudah terjaga pun mencoba dengan sekuat tenaga membuka matanya yang terasa sangat berat. Elora tahu jika Daddy dan adiknya sudah datang untuk menjemputnya pulang. Tapi rasa panas di tubuhnya membuat Elora tak berdaya. Tubuhnya lemas dengan rasa sakit hebat di kepalanya. Nick yang berada di sana pun ketakutan bukan main. Elora sakit seperti ini karena ulahnya. "Daddy," lirih Elora dengan sedikit membuka kelopak matanya. "El kangen," sambung Elora yang seketika mendapatkan pelukan hangat dari sang ayah. "Daddy juga kangen. Masak ditinggal Daddy bentaran aja bisa sakit gini. Dasar bayi besar Daddy," balas Deanova dengan tergelak. Elora membalas pelukan Deanova dengan erat. Menghirup aroma khas tubuh laki-laki yang sejak dirinya terlahir ke dunia selalu memberikan kenyamanan dan perlindungan padanya. Laki-laki yang memberikan cintanya dengan tulus tanpa mengenal syarat dan waktu. Deanova mengurai pelukan. Namun Elora tak rela. Gadis itu masih ingin memeluk Deanova untuk mengobati rasa rindunya. "Udah, malu diliatin Om Delon dan Nick tuh," bisik Deanova terkekeh. Perlahan Elora melepaskan pelukannya meskipun tak rela. Kini Deanova duduk di tepi ranjang, di samping Elora. Deanova membelai kepala Elora tiada henti hingga dr. Adi datang. Lalu Deanova beranjak untuk mempersilakan dokter tersebut memeriksa Elora. Delon sendiri masih duduk di kursi meja belajar Nick dengan khawatir. "Elora pasti klo nggak habis bermain air hujan ya renang ini penyebabnya?" ujar Deanova kepada Delon dengan tenang. Wajah Nick semakin memucat. Kedua kakinya tiba-tiba terasa lemas seperti jeli. Pun dengan tubuhnya yang bergetar hebat karena saking takutnya. Ivand yang tak sengaja memperhatikan sikap aneh Nick merasa curiga. Apa mungkin Nick yang menyebabkan Elora kakaknya sakit? "Renang bareng Nick dia Dev," sahut Delon dengan santai. "El memang nggak bisa terlalu lama bermain air," terang Deanova yang sebenarnya sudah diketahui semua orang yang ada di sana. "Aku juga kaget pas mendapati Elora dan Nick maen di dalam kolam ikan. Mana itu kolam udah waktunya ganti air," balas Delon dengan terkekeh geli saat mengingat bagaimana dua remaja itu dengan asyiknya bermain air kotor kolam ikan miliknya. "Astagfirullah, bener yang diucapkan Om Delon?" tanya Deanova seraya menatap Elora yang juga tengah menatapnya. Elora mengangguk seraya tersenyum lebar. Setelah menerima resep obat dari dr. Adi, Ivand langsung pergi ke apotek terdekat untuk menebus obat agar Elora segera meminumnya. Drama Elora pun dimulai. Gadis manja itu menempel terus kepada Daddy_nya. Bahkan saat mau salat pun Deanova harus membujuk Elora agar mau melepaskannya sebentar. Nick yang tadinya sangat ketakutan kini merasa lega karena tidak ada satu pun orang yang menyalahkan dirinya. Tapi sebagai laki-laki Nick pun mengakui semua kesalahannya di hadapan Deanova dan Delon. "Maafkan El karena sudah membuat kalian kerepotan," ujar Deanova yang tentu sudah hapal perilaku putrinya. Meskipun Nick salah tapi Deanova yakin jika putrinya yang terlebih dulu membuat ulah sehingga Nick merasa terganggu. Nick tertegun mendengar permintaan maaf Deanova. Nick tak menyangka jika Daddy Elora tidak marah sedikit pun padanya. "Daddy, Nick itu cemburu sama El. Nick takut klo Om Delon El rebut," sela Elora yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Nick. Sebelum Nick menjawab Delon segera menginterupsi agar dua remaja itu tidak lagi berdebat. Sudah cukup empat hari dirinya menyaksikan bagaimana kedua remaja itu saling membalas. Nick yang dingin dan irit bicara melawan Elora yang super manja dan ingin menang sendiri. Ini baru Elora yang hadir di antara mereka bukan perempuan lain yang nantinya menjadi ibu sambung Nick. Rasanya Delon memang akan menjadi duda untuk selamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD