Delon melayangkan tatapan tajam kepada dua remaja di hadapannya. Mereka terlihat segar karena baru saja bermain air kolam ikan. Delon yakin mereka berdua tak cukup sekali bilas untuk membersihkan diri dari air kolam ikan yang sangat kotor dan bau.
"Siapa tadi yang memulai bermain di kolam ikan?" ujar Delon dengan penuh selidik.
"El!"
"Nick!"
Jawab mereka berdua dengan serempak seraya saling tunjuk. Saling menyalahkan satu sama lain.
"Nick yang lebih dulu dorong El ke kolam!" tukas Elora sebelum Nick membuka suara sebagai pembelaan diri.
Delon menatap Nick yang tengah mencoba mengintimidasi Elora. Tapi Elora mana peduli. Memang faktanya seperti itu. Nick lah yang memulai kekacauan tadi. Nick yang sengaja mendorongnya hingga tercebur ke dalam kolam ikan. Dirinya hanya korban. Lalu mengapa dirinya yang saat ini justru dipojokkan layaknya tersangka.
"Nick, apa benar yang dikatakan oleh Elora?" ujar Delon menatap Nick tajam. Nick masih tetap terdiam. "Sebagai laki-laki kamu harus gentleman! harus mengakui kesalahan yang memang sudah kamu perbuat!" tegas Delon dengan nada suara sedikit meninggi. Seketika Nick beralih membalas tatapan Delon. Tapi itu hanya sepersekian detik sebelum Nick memilih menundukkan kepala. Diamnya Nick sudah cukup menjawab pertanyaan Delon.
"Aku nggak suka Elora ada di sini. Aku nggak suka karena Papa lebih perhatian kepada El daripada aku," jujur Nick meluapkan isi hatinya.
"Kamu ini lucu Nick, masak cemburu sama aku sih," kekeh Elora menyembunyikan rasa takutnya saat melihat Delon marah. Ini adalah kali pertama Elora melihat Delon marah selama 18 tahun usianya.
Selama ini Delon yang Elora kenal adalah sahabat baik kedua orang tuanya yang irit bicara, dingin, dan acuh saat bersama orang lain. Tapi itu tidak berlaku saat sedang berkumpul bersama Club Cogan, grup yang digawangi oleh Papi Arfan, pamannya. Grup yang menurut Elora sangat unik dan asyik. Persahabatan itu telah terjalin sejak mereka remaja hingga saat ini. Sejak kecil, Elora juga akrab dengan semua anak-anak Club Cogan. Persahabatan para orang tua tersebut diturunkan kepada anak-anak mereka.
Nick menoleh ke samping kanan. Menatap Elora yang memang sejak tadi duduk di sebelahnya. Tatapan tajam Nick sarat akan sebuah ancaman agar gadis itu menutup mulut saat dirinya sedang berbicara dengan papanya.
"Nick, apa kamu lupa siapa El? Apa kamu lupa siapa keluarga El bagi kita?" Kembali Delon mengajukan pertanyaan yang semakin menyudutkan posisi Nick.
Nick menundukkan kepala. Mengakui semua kesalahannya. Seharusnya dirinya tidak pernah berpikiran negatif kepada Elora yang lebih pantas menjadi kakaknya. Semua prasangka buruknya berawal dari saat dirinya mengetahui Elora menyelinap masuk ke dalam kamar papanya. Lalu diperkuat dengan perhatian papanya terhadap Elora yang menurutnya sangat berlebihan.
"Maaf Pa!" lirih Nick.
"Minta maaf sama El!" titah Delon dengan tegas.
Nick menghela napas. Lalu tak lama disusul hembusan napas kasar lolos dari bibir Nick. Remaja berusia 16 tahun itu menatap Elora dengan perasaan tak menentu. Antara marah dan menyesal berperang hebat dalam dirinya saat ini.
"El aku minta maaf," ucap Nick lirih dengan setengah hati. Nick memang mengakui jika dirinya bersalah. Tapi Elora pun demikian. Gadis itu juga telah mengusik ketentraman hidupnya.
Menurut Nick, Elora saja yang terlalu manja. Meskipun keluarga besar Elora sedang pergi ke luar kota tapi di rumahnya memiliki banyak pembantu yang akan menemani dan mengurus semua kebutuhannya. Tidak harus nebeng dan mengganggu ketentraman hidup Nick dan papanya.
Tiba-tiba saja Elora bersin dengan keras seraya menutup sebagian wajahnya. Mendadak napas Elora terasa berat dan mampet. Kedua matanya pun terasa perih dan panas.
"Aku nggak marah kok Nick, take it Izzy," jawab Elora dengan tersenyum lebar tak memedulikan tubuhnya yang mulai terasa tak nyaman.
"Ok, Papa anggap semuanya clear. Sekarang kalian ambil air wudhu. Papa mandi dulu lalu kita salat asar berjamaah," ucap Delon dengan perasaan lega.
Kembali Elora bersin dan kali ini tak hanya sekali. Seketika Delon panik sembari memperhatikan wajah Elora yang tampak pucat.
"El kamu kenapa?" Delon bangkit dari tempat duduknya hendak memeriksa suhu tubuh Elora.
"Alay deh Om ini kek Daddy aja, El cuma bersin," dusta Elora menutupi kondisi tubuhnya karena tidak ingin Delon khawatir.
Seketika tubuh Elora menegang. Jantungnya berdebar kencang saat Delon berada sangat dekat dengannya. Bahkan aroma maskulin tubuh Delon menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya.
"Nggak papa gimana? Suhu tubuh kamu hangat ini," sahut Delon dengan punggung tangannya yang tengah menyentuh kening Elora.
Kedua mata Elora mengerjap berulang saat tangan Delon beralih menyentuh lehernya. Elora tak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Yang jelas jantungnya bekerja abnormal tak seperti biasanya.
Nick yang baru saja berdiri seketika panik. Nick mulai dilanda rasa khawatir. Besok keluarga Elora pulang dan jika Elora sampai sakit bisa fatal masalahnya. Secara Elora adalah anak sultan yang sangat manja. Gadis itu pasti akan mengadukan semua perbuatannya.
"Biar Nick ambilkan obat demam dan bikinin teh hangat Pa," ucap Nick lalu bergegas menuju dapur.
"Kalian ini maen kok ya aneh-aneh. Padahal kolam renang ada kok malah milih renang bareng ikan gurame," gerutu Delon seraya menggelengkan kepala.
"Ih seru banget Om," jawab Elora dengan riang. "Suer Om!" Elora mengangkat tangan, menunjukkan dua jari lambang perdamaian. Demi mencoba menyakinkan Delon agar tidak menyalahkan Nick nantinya.
Tak lama Nick kembali dengan membawa obat dan teh hangat di tangannya. Seperti papanya, Nick juga terlihat khawatir. Karena ulahnya Elora sakit.
"Cepetan diminum biar nggak demam!" ucap Nick seraya menyerahkan kapsul obat demam pada Elora.
Elora meringis sambil menerima obat dan teh dari Nick. Tak langsung meminumnya Elora justru hanya menggenggamnya.
"Kenapa?" ujar Delon seraya menatap Elora yang terlihat salah tingkah.
"El nggak bisa minum kapsul," aku Elora dengan malu-malu.
Delon dan Nick serempak memegang kening. Antara heran dan juga ingin tertawa. Masak hanya menelan obat saja Elora tidak bisa. Nick lalu menyahut jika mereka tidak memiliki obat sirup di rumah selain betadine.
"Elora demam Nick bukan terluka," kesal Delon menatap putranya.
"Trus gimana dong Pa?" jawab Nick dengan wajah innocent.
"Ambilkan dua sendok sana!" perintah Delon yang langsung dipatuhi oleh Nick.
Gegas Nick menuju dapur untuk mengambil sendok sesuai dengan permintaan papanya meskipun Nick bingung digunakan untuk apa dua sendok tersebut nantinya.
Nick langsung menyerahkan sendok tersebut kepada papanya. Delon pun langsung mengambil kapsul dari genggaman tangan Elora lalu menghancurkannya. Nick seketika tercengang saat mengetahui kegunaan dua sendok tersebut. Sumpah, Nick tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Perut Nick terasa geli. Ingin tertawa tapi takut dimarahi papanya. Jadi yang bisa dilakukan Nick hanya berdiri di samping Delon yang sedang berjongkok dengan mengunci bibirnya rapat agar tawanya tak sampai pecah.
"Buka mulutnya!" titah Delon yang sudah berhasil melarutkan kapsul tadi dengan air teh. Delon benar-benar memperlakukan Elora seperti putrinya sendiri.
Sembari membuka mulutnya Elora menatap Nick tajam. Tentu saja Nick akan menertawakan dirinya sampai puas setelah ini. Harga diri Elora seakan runtuh seketika di hadapan kedua laki-laki di hadapannya.
"Awas aja kamu Nick, akan aku balas nanti," gumam Elora dalam hati sambil meneguk teh manis buatan Nick yang mendadak berubah pahit.
"Dasar bayi besar!" ejek Nick yang sayangnya hanya mampu diucapkan dalam hati.