9. Retreat

1200 Words
Case 9  Penginapan lokal di dekat pelabuhan Incheon. Rei kembali ke kamar sewaan dalam keadaan basah kuyup, sedikit lelah. Pelarian dirinya dari atas kapal memang berhasil sempurna tapi misinya jelas telah gagal total. Benda yang sangat diinginkannya hingga bersedia menggelontorkan jumlah uang yang tidak sedikit gagal ia dapatkan, membuat emosi dalam dirinya kembali terbakar. Dan Rei tidak akan pernah melupakan seorang yang dilawannya di atas kapal tadi. Ya, karena campur tangan orang itu transaksi pentingnya gagal. Padahal Rei sampai pergi sangat jauh untuk mengambil benda itu sendiri dan merancang skenario besar. Ide gila dan sangat berani mengorbankan sebuah kapal besar. Rei tidak perduli dengan nyawa orang lain. Dan kali ini ia cukup beruntung walau terpojok tapi tidak mendapat luka serius. Rencana pergerakannya sempurna dan mendetail. Tempat penginapan lokal yang sengaja ia pilih dekat pemukiman warga ini pun termasuk dalam perhitungan teliti karena lebih mudah menghindari pengawasan CCTV. Ya, Korsel termasuk negara yang sudah sangat maju dengan teknologi. Di mana pun kini sebagian besar wilayah atau daerah sudah terpasang kamera pengawas memantau nonstop 24 jam perhari. Bagaimana pun Rei bergerak secara rahasia, tidak ingin meninggalkan jejak. Karena itu juga ia pergi ke anjungan kapal untuk melenyapkan segala bukti dan mengambil semua data yang diperlukan. Termasuk di deck utama Rei telah memasang beberapa kamera tersembunyi sebelum waktu transaksi jual-beli yang disepakati. Hal ini berguna agar saat kejadian tidak diinginkan terjadi sepert situasi sekarang ini, ia bisa menganalisis keadaan dari rekaman kamera miliknya. Rei melepas semua pakaian yang melekat padanya hingga hanya setelan bagian bawah tersisa, menampakkan otot tubuh kekar dan atletisnya. Rei harus mencari tahu apa yang terjadi hingga transaksi pentingnya bisa gagal. Segera ia raih laptop, mengeluarkan keping memori pada beberapa kamera yang awalnya ia pasang di kapal sebagai tindakan antipasi. Dan benar saja keputusannya tepat dalam melakukan hal itu. Selagi file video diputar, layar laptop menampilkan icon panggilan masuk. Muncul inisial nama yang membuat ekspresi wajah Rei berubah gusar hingga menggigit bibir bagian bawah, terlihat panik. Panggilan itu ia tahu untuk alasan apa bahkan sebelum Rei menerima panggilannya. Rei bergeming tidak menjawab sampai panggilan terputus sendiri. Lalu datang berganti surel dari orang yang sama. “Apa yang membuatmu tidak bisa dihubungi? Segera hubungi aku kembali sebelum hilang kesabaranku dan yang lain! Ingat tidak ada kata ‘gagal’ atau alasan!!” Bunyi isi pesan yang Rei terima. Sementara file video masih terus berputar menampilkan gambar bergerak sebelum aksi teror di atas kapal terjadi. Rei tidak berhenti menatap layar video dengan pandangan mata tajam, memperhatikan semua kejadian yang terekam sekecil apa pun dengan seksama. Lalu ia mendapat petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi dan keberadaan benda yang ia cari. Pada layar gambar Chihaya dan Keita terekam cukup jelas, dan Rei tahu mengapa transaksi bisa gagal. Benda yang dibelinya sungguh benar ada tapi gagal ia dapatkan karena jatuh ke tangan orang lain. Rei segera menghubungi satu nomer bukan dengan smart ponsel yang biasa digunakannya, melainkan sengaja menggunakan model ponsel kuno. Tentu semua karena alasan yang sama, lebih aman digunakan dari pelacakan atau teknologi canggih zaman kini. “Halo?” Jawab seorang di seberang sambungan. “Aku ingin kau mencari seseorang. Akan kukirimkan tangkapan gambar. Segera cari sekarang dan dapatkan apa pun yang terjadi! Pasti masih berada di antara korban evakuasi penumpang kapal.” Perintah Rei tanpa jeda, memberi penekanan pada setiap kata. Saat bicara jemari tangannya tetap sibuk bekerja di laptop melakukan apa yang ia janjikan, mengirim tangkapan gambar pada sebuah alamat surel. “Baik bos!” Jangan tanya berapa banyak orang yang Rei pekerjakan di bawah dirinya atau orang-orang yang dibayar bekerja untuknya, termasuk mengerjakan pekerjaan kotor sekali pun. Dengan kekuasaan, status, posisi tinggi dan power of money tidak ada yang tidak dapat Rei lakukan. Memang ia bisa membayar orang dengan harga termahal sekalipun untuk mengerjakan setiap pekerjaannya. Tapi ada beberapa tugas penting menyangkut hal besar, kepercayaan dan rahasia tinggi yang harus ia tangani sendiri seperti tugas saat ini. *** Pelabuhan Incheon posko evakuasi penumpang kapal. Tumpah ruah keramaian orang yang beristirahat setelah berhasil lolos dari peristiwa karamnya kapal menghiasi area sekitar. Beberapa dari mereka sibuk hilir-mudir mencari kerabat, famili atau kenalan yang naik bersamanya di atas kapal. Termasuk si kecil Keita yang belum juga menemukan sosok kakaknya dalam keramaian orang sebagai penyintas kapal. Semakin jauh dan lama mencari semakin wajah panik, sedih dan suramnya nampak jelas karena tidak bisa menemukan keberadaan kakaknya. Sudah berjam-jam ia terpisah dengan Chihaya sejak kakaknya itu berkata akan segera kembali ketika meninggalkannya di deck utama kapal sebelum aksi teror terjadi. Bukan hanya rona wajah yang semakin gelap tapi matanya mulai berlinang air, takut sesuatu yang buruk terjadi pada kakaknya. Tidak mendengar kabar atau tahu informasi apa pun sampai detik ini apa yang sebenarnya terjadi. Bertanya kepada siapa dan harus bagaimana Keita sungguh tampak bingung hilang arah. Tentu saja dia telah membuat laporan saat mengisi data sebagai penumpang kapal yang berhasil selamat, begitu juga keterangan bahwa ia bersama kakaknya naik kapal itu. “Kami belum bisa memberi informasi apa pun mengenai kakak adik untuk saat ini. Bisakah adik menunggu dengan sabar sampai pendataan semua korban penumpang selesai dibuat oleh tim kami?” Begitu kata petugas posko siaga evakuasi. Belum memiliki informasi atau data apa pun yang Keita sebutkan tentang ciri-ciri sosok Chihaya, juga keterangan kakak beradik itu terpisah sejak di atas kapal jauh sebelum evakuasi. “Tapi saya juga sudah menunggu sejak 2 jam lalu! Apa ada kesalahan? Apa terjadi sesuatu?” Tanya Keita tak sabar bercampur cemas. Mendesak petugas memberi penjelasan lebih atau berharap ada tindakan lain yang bisa petugas lakukan untuk membantu situasi Keita. “Maafkan saya Dik, kami belum bisa memberi kepastian atau keterangan apa pun saat ini. Tolong sabar menunggu yaa, jika ada info terbaru pasti segera kami hubungi.” Alasan yang sama selalu terdengar hanya membuat Keita semakin marah. Keita hanya bisa mengekspresikan rasa kesalnya dengan hentakan kaki, lalu pergi meninggalkan posko. Sekali lagi mencoba menyisiri area untuk mencari keberadaan kakaknya, mungkin―Bukan, pasti kakaknya sama seperti dirinya tengah panik mencari keberadaan Keita juga di suatu tempat. Ya pemikiran positif itu tidak luput Keita tanamkan dalam benaknya selalu seiring doa dan harap. Pada jarak pandang tidak jauh tanpa Keita sadari ada seseorang yang selalu mengawasi dan mengikutinya sudah cukup lama. Dia adalah orang suruhan Rei yang mendapat perintah untuk mencari dan menangkap Chihaya. Namun berapa lama pun diamati, Chihaya tidak terlihat sama sekali. Dan ia baru tahu bahwa keberadaan Chihaya sendiri menghilang dari hasil curi dengar keluhan Keita pada petugas. “Bos! Orang yang kita cari tidak ada di sini. Menurut informasi yang saya kumpulkan, wanita itu menghilang dan meninggalkan adiknya seorang diri.” Laporannya pada Rei dengan ponsel kuno sama dengan yang Rei gunakan. “Apa yang harus saya lakukan?” “Kau bilang ada adiknya di sana?” Kata Rei di seberang telepon. “Benar.” “Kalau begitu amankan adiknya, bawa ke tempat biasa.” Titahnya cukup jelas. Rei tidak tahu apa yang terjadi setelah meninggalkan kapal di saat evakuasi terjadi. Saat ini ia terdesak oleh waktu, karena itu tindakan tercepat adalah membawa apa pun yang masih ada kaitannya dengan kasus ini. Termasuk menculik dan menyekap Keita demi mendapatkan kembali benda penting yang tengah dicarinya. Di mana benda itu Rei yakini dengan pasti seharusnya ada pada chihaya. ***unsolved   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD