Hari ini adalah hari dimana produk kecantikan milik perusahaan Daren launching. Pagi tadi acara tersebut berjalan dengan sangat lancar. Hazel Oswald sebagai Brand Ambasador-nya pun juga turut hadir pada acara launching tersebut.
Kini, malam ini pihak perusahaan Daren menyelenggarakan sebuah pesta. Hazel datang bersama Emily dan juga Andrew. Hazel mengenakan long dress berwarna merah dengan belahan dadaa yang rendah serta terdapat belahan di dress bagian kirinya. Hingga ketika ia berjalan, maka ter-eksposlah kaki jenjangnya.
Hazel memperhatikan sekelilingnya, sejak acara dimulai sosok Daren Cyrill tidak terlihat olehnya. Saat pagi tadi pun dia juga tak sempat berbicara dengan pria itu. Sudah terhitung 2 minggu mereka tak saling bertukar kabar. Hazel sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Daren pun mungkin sama. Bahkan pasti lebih sibuk darinya kan?
Emily yang melihat gelagat Hazel pun menyenggolnya. Pasalnya, Hazel seperti anak kucing yang sedang kehilangan induknya. Sedangkan Andrew nampak sedang menempel ke sana kemari. Biasa, sedang mencari muka. Memang seperti itulah sifat seorang Andrew Wang.
"Mukamu suram sekali! Sudah macam orang yang kehilangan harapan!” ejek Emily dan Hazel menatapnya tajam.
"Oh, sekarang jadi kucing garang!" kembali Emily meledeknya lagi.
Hazel diam tak merespon lalu meneguk minumannya sampai tandas. Lalu dari arah pintu muncul sosok yang dirinya tunggu sejak tadi. Hampir saja kakinya ingin melangkah mendekat, namun tak jadi. Karena mendadak saja ada Ellard di samping Daren Cyrill. Dan tentu saja itu sukses membuat Hazel membeku.
Emily yang melihat wajah Hazel yang berubah akhirnya mengikuti arah pandang puan itu. Dia pun syok dan menutupi mulutnya sendiri yang menganga. Bahkan lebih syok lagi saat ia melihat ada pria mesumm yang sempat ia temui di pantai waktu itu. Sedang berdiri sok kegantengan di belakang Ellard Walton.
Sial! Ingatkan Emily untuk melaksanakan sumpahnya waktu itu.
Hazel mencoba untuk tersenyum dan menghilangkan kegugupannya saat Daren dan Ellard mendadak mendekat ke arahnya secara bersamaan. Hazel tak bisa bohong jika ia terpesona oleh ketampanan Daren Cyrill. Ellard juga tampan, tapi sayang dia hanyalah bagian dari masa lalunya.
Sementara itu, Daren sendiri terus tersenyum saat Hazel menyambutnya dengan senyuman manis yang menggoda. Dia bahkan tersihir oleh kecantikan Hazel malam ini. Apalagi matanya yang indah nampak bersinar dari kejauhan. Memang tidak salah jika ia selalu memuji paras ayu dan mata indah milik puan itu.
"Selamat malam, Hazel...” sapa Daren. “Kau terlihat sangat cantik malam ini.” pujinya tak peduli dengan kehadiran Ellard juga di sampingnya.
"Ya Mr. Daren, selamat malam. Terimakasih untuk pujiannya. Anda juga sangat tampan malam ini." sahut Hazel yang balik memuji.
Senyuman Daren benar-benar tidak luntur sama sekali. Sama halnya dengan Hazel saat ini. Namun, senyuman Hazel harus redam saat Ellard hendak bersuara. Tentu Hazel tak mau sampai Ellard bicara yang tidak-tidak. Oleh karena itu, ia kembali bersuara sebelum Ellard bicara.
"Maaf, Mr. Daren, apa kau tidak ingin mengenalkan temanmu ini padaku?" tanya Hazel, disaat Ellard sudah membuka mulutnya, hampir bicara.
Ellard sontak mengernyit saat Hazel tiba-tiba saja berkata demikian. Ia bukan orang bodoh, ia memang orang yang sangat peka akan situasi. Baiklah, Ellard mengerti jika Hazel tidak ingin Daren tahu jika mereka sebenarnya saling mengenal. Ellard pun mengulum senyum dan mengikuti permainan Hazel Oswald.
"Oh ya, Hazel ini temanku Ellard."
"Senang bertemu denganmu, Mr Ellard!" ujar Hazel sembari menatap manik mata Ellard, berbasa-basi.
"Aku juga. Dan tolong, jangan memanggilku begitu. Panggil namaku saja, agar lebih akrab."
"Ellard..." sahut Hazel dan Ellard tersenyum.
Senyuman palsu Hazel tunjukkan saat ini. Ia sebenarnya malas sekali dengan kehadiran Ellard. Cukup mengejutkan juga baginya jika Daren dan Ellard saling mengenal. Sumpah demi Tuhan, ini situasi yang sangat buruk untuknya.
Sementara itu, Emily yang memperhatikan tiga anak manusia itu pun sempat membatin jika pasti Hazel sedang tidak baik-baik saja saat ini. Masa depan dan masa lalunya ternyata berteman. Emily ingin menertawakan Hazel yang saat ini sedang terjebak di tengah-tengahnya. Tapi Emily merasa kasihan juga pada sahabatnya itu. Semesta ini benar-benar penuh dengan kejutan.
"Mau berdansa denganku?" ajak Daren pada Hazel. Senyumannya tak luntur sedikit pun.
Hal itu membuat Ellard memicingkan mata.
"Tentu saja. Mana mungkin aku bisa menolaknya?” sahut Hazel dan menerima uluran tangan Daren.
Mereka berdua mulai berdansa mengikuti irama lagu. Banyak juga yang berdansa di sana. Tapi mereka berdualah yang tampak tengah menjadi pusat perhatian banyak orang. Sang pria yang tampan sedang berdansa dengan si cantik bermata indah. Dilihatnya begitu begitu serasi dan cocok.
Di lain sisi, Ellard yang awalnya hanya mengira jika Daren dan Hazel hanya sekedar partner kerja, kini semua terpatahkan dengan adegan yang di depannya ini. Daren dan Hazel berdansa dengan begitu mesra, bahkan manik mata mereka berdua seolah berbicara jika keduanya sedang sama-sama jatuh cinta.
Tatapan mata itu, tatapan mata Hazel yang seperti itu, dulu dia pernah merasakannya. Pernah berada di posisi Daren. Bisakah dirinya saja yang menggantikan Daren saat ini? Bisakah?
Selain itu, ia juga tak habis pikir pada Daren. Bagaimana bisa pria itu berdansa begitu mesra dengan wanita lain? Di saat yang ia tau jika Daren sebenarnya sudah memiliki tunangan?
Ellard kembali bertanya dalam hatinya, apakah ia benar-benar masih memiliki rasa pada Hazel? Hingga pada saat Daren dan Hazel berdansa dengan saling menghimpit lalu dirinya tak sengaja melihat Daren menggigit ujung telinga Hazel membuatnya meremas gelas yang di genggamannya. Bahkan Hazel tersenyum saat Daren melakukan itu.
Hatinya terasa panas dan tersayat. Mungkinkah dia masih memiliki perasaan pada Hazel? Tapi mengapa? Kenapa dirinya harus seperti ini?
Ellard terus bertanya-tanya. Hingga dirinya dengan sengaja menjatuhkan gelasnya.
PYAARRRR
Gelas Ellard pecah berantakan di atas lantai. Semua orang yang mendengar langsung menoleh ke arah suara tersebut. Sedangkan Ellard sendiri yang memecahkan gelas tersebut langsung pergi keluar begitu saja, tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Para pelayan pun dengan sigap membersihkan pecahan tersebut.
Daren yang menyaksikan itu semua hanya diam saja. Namun detik berikutnya, ia tersenyum smirk. Hazel sempat melihat saat Daren tersenyum smirk barusan. Tentu puan itu merasa heran sekaligus penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Daren sebenarnya memiliki masalah pribadi dengan Ellard? Tapi apa?
Emily yang tau pasti kenapa Ellard memecahkan gelasnya pun hanya bisa diam. Dia tidak bisa ikut campur masalah orang lain. Apalagi ini soal cinta. Cinta segitiga antara Daren, Hazel dan Ellard. Dia tak pandai masalah cinta, jadi ya Emily tidak bisa bicara apapun apalagi memberikan saran.
Tapi jika meminta saran bagaimana caranya memarahi orang, mengomel dia lah ahlinya. Tidak perlu diragukan lagi. Ngomong-ngomong tadi Emily sempat bersitatap dengan pria mesumm yang dijumpainya pada saat di pantai waktu itu. Hingga Emily menutupi wajahnya dengan satu tangannya saat ini.
Daripada pusing dan tidak ada teman di dalam, Emily memutuskan untuk keluar saja berdiri di dekat balkon dan menghirup udara malam yang dingin.
Telinga Emily memang sangat sensitif dengan suara. Sekecil apapun pasti dirinya dapat mendengar. Dan benar saja, di pojokan sana ada sepasang manusia yang sedang berciuman.
Pupil mata Emily melebar saat dia tau mata siapa itu. Mata pria mesumm yang dirinya jumpai di pantai waktu itu. Sepertinya dewi Fortuna tak pernah berpihak padanya. Lagi-lagi memergoki pria mesumm itu sedang berbuat mesumm. Dan selalu saja ketahuan!
Emily hendak kabur, tapi sayang pria itu berhasil menangkapnya. Emily sekuat tenaga untuk melepaskan diri tapi sayang tidak bisa. Gadis yang tadi berciuman dengan pria mesumm itu juga sudah tidak ada. Menghilang entah kemana.
Si gadis Faith terus memberontak, mulutnya pun sampai dibekap oleh pria mesumm yang kurang ajar ini.
"Diam! Jika kau berjanji tidak berteriak aku akan melepasnya."
Emily mau tidak mau mengangguk. Tidak ada pilihan lain selain itu. Dirinya butuh oksigen segera.
"Dasar kau pria mesumm!" bentak Emily begitu galak dan garang saat pria itu baru saja menarik turun tangannya.
"Namaku Jeff, bukan pria mesumm!” koreksi Jeff. Ia tak terima disebut pria mesumm oleh wanita itu.
"Oh? Jeff? Jeff mesumm?!"
"Jeff Levon, sayang! bukan Jeff mesumm!" sahutnya sembari menghimpit tubuh Emily ke dinding.
Emily mendadak tegang luar biasa. Dia memang suka mengomel dan mengoceh. Tapi jika dihadapkan yang seperti ini nyalinya mendadak berubah menjadi ciut, sungguh.
"Kenapa?" tanya Jeff
"H-hah?"
"Kenapa kau diam?"
Duh, ditanya seperti itu malah membuat Emily semakin tegang. Membuatnya kelimpungan ingin menjawab apa. Lalu dering ponsel membuat Jeff merenggangkan tubuhnya. Hal itu digunakan Emily sebaik mungkin untuk kabur secepat kilat. Jeff hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah bar-bar gadis galak itu. Tapi, Jeff juga tersenyum karenanya.
+++
Hazel memutuskan untuk keluar mencari Ellard setelah Daren mengatakan harus menyapa para tamu yang lain dulu. Dirinya pergi diam-diam agar Daren tak melihatnya.
Si gadis Oswald telah mencari disekitar taman namun tak ada. Lalu dirinya menangkap sosok Ellard yang tengah duduk di kursi pinggir kolam. Hazel mendekat.
"Ellard..." panggilnya dan sang pemilik nama menoleh.
"Aku tau kau pasti akan menyusulku kemari," sahut Ellard.
Hazel tertawa kecil, apakah dia mudah sekali ditebak?
"Kau cantik malam ini," puji Ellard sedangkan Hazel hanya diam tak menyahut lalu berlalu duduk di samping pria itu.
"Kau tak bawa minuman untukku?" tanya Ellard yang menoleh menatap Hazel.
"Kau ingin minum?"
"Jika kau yang memberikannya akan ku minum."
"Jika bukan minuman yang ku bawa melainkan racun bagaimana?"
"Aku akan meminumnya, asal..." Ellard menggantungkan ucapannya.
Hazel menatapnya tajam dan Ellard mendekat dan berbisik lirih di telinganya.
"Sebelum aku mati, izinkan aku menikmati tubuhmu."
Hazel kembali menatap Ellard. Manik mata keduanya saling beradu. Bahkan hidung mancung keduanya hampir bersentuhan. Lalu detik berikutnya Hazel tertawa dan Ellard pun ikut tertawa.
"Kau pasti tau apa jawabanku," ujar Hazel.
"Ya, tentu aku tahu kau akan menjawab apa.” jawab Ellard.
Hazel kembali menatap lurus ke arah kolam renang. Semilir angin malam ini memang cukup dingin. Hingga Hazel tanpa sadar mengusap lengannya.
Ellard tak pernah sedetikpun mengalihkan pandangannya pada paras cantik Hazel. Segala gerak geriknya terekam melalui matanya. Saat mengetahui bahasa tubuh Hazel yang tampak kedinginan. Dengan sigap, Ellard melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Hazel.
Si gadis Oswald refleks menyentuh lengan Ellard. Sedangkan pria itu mematung di buatnya.
"Bolehkah?" tanyanya.
Hazel langsung menggelengkan kepalanya saat pertanyaan itu terlontar dari bibir Ellard. Dia tau apa yang diinginkan oleh Ellard padanya. Dia bahkan terlampau hapal dengan apa saja mengenai pria itu.
"Baiklah, tapi lain kali aku akan menagihnya." ujar Ellard lalu kembali duduk di posisi semula.
Hazel mengeratkan jas Ellard yang dia pakai. Tiba-tiba saja pikirannya melayang jauh beberapa tahun lalu. Dulu, dia juga pernah di posisi seperti ini dengan Ellard. Duduk berdua di pinggir kolam renang. Saling bercerita dan saling melempar canda juga tawa. Hanya saja perbedaannya kali ini adalah status. Hazel menghela nafas berkali-kali, dan itu tak pernah luput dari pandangan Ellard Walton.
"Ada hubungan apa kau dengan Daren?" tanya Ellard yang kembali membuka pembicaraan.
"Menurutmu?" Hazel menoleh sebentar lalu kembali menatap lurus ke arah kolam renang.
"Kau tak ingin memberitahuku, Hazel?"
"Haruskah aku melakukannya?"
Ellard mendadak kesal, Hazel tidak mau mengatakan apa hubungan antara dirinya dengan Daren. Tapi yang jelas, Ellard benci dengan tatapan mata Hazel ketika melihat Daren. Apalagi sirat wajahnya berbeda ketika membicarakan Daren.
"Baiklah jika kau tidak ingin mengatakannya. Aku akan mencari taunya sendiri."
"Kau, sebegitunya kah ingin mengetahuinya?"
"Jika iya?"
"Ellard... " Hazel merubah posisi duduknya menyamping berhadapan langsung dengan pria Walton. Sedangkan sang empu menunggu Hazel meneruskan ucapannya.
"Aku sarankan jangan mencari tau terlalu jauh. Kau mungkin bisa menyakiti dirimu sendiri."
"Terimakasih atas saranmu, Baby. Tapi sayangnya rasa penasaranku jauh lebih besar."
"Terserah dirimu kalau begitu. Aku tak bisa bertanggung jawab nantinya."
Hazel mengedipkan matanya. Sedangkan Ellard tertawa miring. Dia membatin jika gadis dihadapannya ini benar-benar tidak bisa ditebak sekarang. Sangat berbeda 180 derajat.
“Aku hanya tak ingin kau kecewa nantinya. Daren itu—”
“Jangan coba-coba untuk mempengaruhiku, Ellard.” sela Hazel. Puan itu yakin jika Ellard pasti akan bicara buruk tentang Daren. Dan Hazel tidak akan terkecoh sedikit pun.
+++
Daren berjalan begitu cepat menuju mobilnya yang terparkir. Hampir saja dirinya bertubrukan dengan Emily yang tengah berlari. Namun untung saja Emily bisa mengontrol dirinya dengan baik.
Sementara itu, Daren nampak bersikap acuh seolah tak menganggap Emily ada di depannya. Dia langsung berlalu pergi begitu saja. Sedangkan Emily kembali mengomel karena sikap Daren yang terlihat begitu angkuh.
Mungkin orang-orang yang datang di pesta ini memang punya kelakuan minus semua?
Emily menepuk jidatnya sendiri, dan berlari lagi mencari tempat yang aman. Tentunya yang tidak akan mungkin bisa terjangkau oleh pria mesumm itu. Dirinya juga terus mencoba menghubungi Hazel, namun sayang tidak ada jawaban.
Mike dengan sigap membungkukkan tubuhnya saat Tuannya mendekat.
"Mike kembali ke apartment."
"Tapi Tuan, pestanya—"
"Apa aku harus mengulang ucapanku, Mike?" sela Daren dengan nada marah.
"Maaf, Tuan!” sahut Mike lalu dengan segera membuka pintu mobil dan mempersilahkan Daren untuk masuk.
Mike kemudian berlalu masuk dan langsung mengemudikan mobilnya. Dia merasa ada yang salah dengan sang tuan. Tapi apa?
Jujur saja Mike melihat Daren yang seperti ini mendadak teringat kejadian 2 tahun yang lalu. Itu sudah lama sekali. Mike jadi khawatir. Masalahnya, Daren yang seperti ini benar-benar bisa membahayakan. Serta sulit untuk ditebak.
"Mike, aku ingin kau menyiapkan sesuatu."
+++
Emily berulang kali menghubungi Hazel tapi tidak ada jawaban sama sekali. Rasa-rasanya dia ingin terus mengumpat dan mengomel. Dia benar-benar lelah luar biasa. Dan juga mengantuk berat.
Andrew Wang juga sudah pamit pulang lebih dulu, sialan sekali. Emily sempat berpikir apakah Hazel meninggalkannya? Tapi tidak mungkin. Karena Hazel pasti akan memberitahunya dulu jika ingin pergi terpisah dengannya.
Ketika ia berbalik, tepat dari arah kolam renang dia melihat Hazel dan juga Ellard berjalan berdampingan. Emily mengerutkan dahinya.
'Oh, mungkinkah ini yang membuat Daren Cyrill bersikap minus seperti tadi?' batin Emily mencoba menerawang.
Hazel dan Ellard semakin mendekat. Pria itu tersenyum dan menyapa Emily ramah, seolah seperti temannya saja.
"Hai, Emily!” sapa Ellard.
Emily hanya membungkukkan badannya sedikit. Lalu menarik lengan Hazel dan berbisik padanya. Hazel pun menurutinya.
"Ini, terimakasih sudah meminjamkan jasnya padaku." ucap Hazel sembari menyerahkan jas Ellard pada pemiliknya.
"Bawa saja, malam ini sangat dingin."
Hazel menggeleng, tanda menolaknya. "Tidak perlu, aku sudah punya penghangat."
Jawaban Hazel sukses membuat Ellard menggigit bibirnya menahan amarah dan juga emosi yang mendadak datang menerjang.
"Ellard, aku pergi duluan."
"Kau tak ingin mengatakan sampai jumpa padaku?"
"Hm, dalam mimpimu!" sahut Hazel yang langsung melenggang pergi seraya menarik lengan Emily.
Ellard meremas jasnya dengan kuat, pun giginya bergemelatuk. Ingin melampiaskan segala amarahnya sekarang juga. Dengan cepat dirinya merogoh ponsel yang ada di kantong celananya untuk menghubungi seseorang.
Saat panggilannya sudah tersambung, Ellard tersenyum gila.
"Halo, Iris ..."