Chapter 18

1750 Words
Sejak papa Bian keluar kota, Sofia merasa sangat sedih terlebih lagi belum ada percakapan yang terjadi di antara mereka baik itu telpon maupun chat. Biasanya papa Bian akan mengiri spam chat atau menelponnya dua jam sekali namun kali ini tidak ada interaksi apapun. Sofia menjatuhkan kepalanya di meja sambil sesekali menghela nafas panjang, dia tidak pergi ke kantin bersama ketiga temannya. Sofia benar-benar kurang bersemangat sehingga semuanya terasa sangat mengganggunya. Seorang anak laki-laki yang baru saja memasuki kelas ikut menghembuskan nafas saat melihat Sofia sedang merebahkan kepalanya di atas meja. Ia kemudian masuk sambil membawa sebungkus roti dan s**u yang di berikan kepada Sofia. “ Makan dulu, non Sofi jangan sampai sakit karena nggak makan.” Ucapnya sambil duduk di kursinya. Sofia terdiam tanpa berkutik, dia dan Diandra masih dalam keadaan tidak baik. Mereka belum bicara sejak hari itu, melihat Sofia yang tidak merespon akhirnya membuat Diandra kembali menyodorkan roti dan s**u itu tepat di depan wajah Sofia. “ Saya nggak tau non Sofia kenapa, tapi setidaknya jangan kaya gini di saat pak Bian nggak ada. Non Sofia harus tetap ceria, biar bapak juga senang disana.” Sofia kemudian mengangkat kepalanya, ia menoleh ke arah Diandra dengan tampang memelas. “ Memangnya papa tau kalau aku disini lagi sedih atau senang.” “ Ikatan batin antara anak dan orang tua pasti ada non, apalagi non Sofia dan pak Bian sangat dekat sejak non kecil sampai sekarang.” Mendengar hal itu seketika membuat Sofia mengingat masa lalunya bersama papa Bian, dimana ketika ia masih berusia lima tahun apapun akan di lakukan papa Bian untuknya. Semua langsung di datangkan ke ruamh saking sayangnya papa Bian terhadapanya, dan Sofia baru merasa bersalah setelah apa yang terjadi kemarin. “ Aku kangen sama papa.” Isak Sofia mulai menangis di depan Diandra. “ Loh kok nangis.” “ Papa maafin aku.” Isaknya lagi dan membuat Diandra tersenyum karena akhirnya Sofia menyadari kesalahannya. ** Sepulang sekolah atau lebih tepatnya setelah latihan selesai, Sofia dan Diandra langsung pulang ke rumah. Ini kali pertama Sofia menolak ajakan teman-temannya untuk pergi setelah ia merasa bersalah kepada papanya karena telah banyak berbohong. Dan setibanya di rumah keduanya segera makan siang, setelah itu keduanya menuju halaman belakang untuk mencoba melakukan video call dengan papa Bian. Sofia ingin meminta maaf kepada beliau atas saran Diandra, dan sekarang panggilan video sedang di alihkan ke papa Bian yang sedang berada di Surabaya. Ketika panggilan terhubung saat itu juga Sofia bersembunyi di balik tubuh Diandra, entah mengapa dia merasa malu berhadapan dengan papanya sendiri. Papa Bian yang bingung kemudian bertanya ada apa ke Diandra. “ Begini pak, ada yang ingin meminta maaf sama bapak.” Ujar Diandra perlahan memperlihatkan Sofia di belakangnya. “ Papa aku mau minta maaf, maaf kalau kemarin udah buat salah sama papa.” Ungkap Sofia tak berani melihat wajah papanya. “ Papa maafin, kamu baik-baik ya disana selama papa disini. Dua hari lagi papa pulang, jangan nakal ya.” “ Papa datang kan ke festival budaya? Aku mau papa nonton aku.” “ Iya, papa akan usahain nonton kamu.” Panggilan video pun harus berakhir karena papa Bian harus segera melangsungkan meeting, dan setelah Sofia melakukannya ia merasa sangat senang dan lega. Sofia tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Diandra atas ide yang telah di berikan olehnya. “ Berkat kamu aku udah baikan sama papa, makasih ya Ndra.” “ Iya sama-sama non.” “ Stop manggil aku Non, aku lebih suka kalau kamu Cuma panggil aku Sofia aja.” “ Iya Sofia.” Balas Diandra sukses membuat senyum merekah terukir di wajah Sofia. ** H-1 menuju festival... Wali kelas 1-1 sangat baik mengatur jadwal pelajaran di tiadakan di hari itu agar semua murid dapat fokus latihan, dan sekarang mereka akan melakukan gladi resik mulai dari pembukaan hingga penutupan. Sebagai bentuk totalitasya dalam peran pengantin, Kayla sampai membawa high heels 5 cm miliknya ke sekolah. Hal itu bertujuan untuk membuatnya terlihat tambah mempesona, dan untuk menyamakan tinggi badannya dan Diandra yang sangat jauh. “ Ingat ya, lo jangan sampai pegang tangan gue.” Ancam Kayla pada Diandra ketika giliran mereka untuk tampil tiba. “ Iya.” Balas Diandra yang sudah lelah dengan berbagai ancaman yang di berikan Kayla. Ketika giliran mereka untuk tampil tiba, tanpa sengaja Kayla menginjak sesuatu yang membuat dirinya kehilangan keseimbangan. Saat itu dia memberi kode pada Diandra untuk menolongnya agar tak terjatuh namun sayangnya hal itu sudah terjadi duluan. “Awwwww.” Keluh Kayla meringis kesakitan. “ Lo kenapa Kay.?” “ Kok bisa jatuh gini sih.” “ Diandra kok lo nggak bantuin Kayla? Setidaknya pegang dia biar dia nggak jatuh.” Protes Rafli. “ Tapi dia sendiri yang bilang jangan di pegang, ya udah aku nurut apa kata dia aja.” Balas Diandra polos. Mereka pun membantu Kayla untuk bangkit namun sayangnya Kayla merasa kakinya sudah terkilir, hal itu di akibatkan karena high heels miliknya sehingga kakinya terkilir. “ Duh gimana dong, kalau Kayla terkilir yang gantiin dia jadi pengantin siapa.?” “ Sofia aja lagi.” “ Iya Sofia aja.” “ Sejak awal kan Sofia udah di tunjuk jadi pengantin.” “ Tapi aku nggak pernah latihan buat peran itu.” Sahut Sofia. “ Gampang kok, kamu Cuma jalan aja di samping Diandra.” Jelas Rafli. “ Apaan sih, gue bisa jadi pengantin.” Lontar Kayla. “ Lo itu terkilir, gimana mau jalan normal.” Sahut Naura. Akhirnya Kayla di larikan ke UKS untuk memeriksa kakinya, sedangkan Sofia di tunjuk untuk menggantikan Kayla menjadi pengantin wanita. Dia merasa nervous karena tak tahu apa-apa, tapi Diandra dengan sabar memberitahunya apa saja yang harus di lakukan seakan dia sudah profesional dalam hal tesebut. ** SMA 02 Bakti Jaya merupakan salah satu sekolah swasta paling bergengsi di Jakarta, dan hari ini tepat di adakannya sebuah festival budaya yang di laksanakan setiap tahunnya. Sebagai sekolah yang selalu mendorong murid memahami dan menghargai keragaman berbagai budaya yang ada di seluruh Indonesia. Anggota osis yang ikut menjadi panitia penyelanggara dari kegiatan ini sudah menyiapkan persiapannya dengan matang, aula serba guna telah di desain sebaik mungkin untuk menampilkan pameran budaya dari berbagai kelas di sekolah tersebut. Saat ini kelas 1-1 sedang bersiap-siap di kelas mereka, mereka bahkan sampai menyewa MUA terkenal untuk merias mereka dan beberapa stylist yang mampu memberikan penampilan yang terbaik. Hampir semua murid berada di kelas kecuali Sofia dan Diandra, hanya dia yang menggunakan tempat khusus untuknya di rias. Semua biaya bahkan di tanggung olehnya sendiri mulai dari wardrobe hingga make up. Waktu sudah menunjukkan pukul 09:40 dan fesitval akan di mulai sekitar pukul 10:00, masing-masing perwakilan kelas sudah menghadap kepada panitia untuk mengambil nomor urut dan kelas 1-1 mendapat nomor urut dua. “ Sofia sama Diandra mana sih kok belum datang.?” “ Iya nih, kita masih ada kesempatan buat latihan bentar.” Pintu tiba-tiba terkuak dan seseorang baru saja masuk dengan gaun pengantin khas Sulawesi Selatan berwarna gold yang sangat indah, mereka terperangah melihat kecantikan yang terpancarkan dari sosok Sofia. “ Ya ampun cantik banget.” “ Kamu cantik banget.” “ Sofia cantik banget, pasti kelas kita bakal menang nih.” Kecantikan Sofia benar-benar sempurna, semua orang memuji hal itu. Dan tak lama setelah itu sosok Diandra muncul dengan pakaian adat yang sama. Penampilan Diandra jelas berbeda, dia sangat tampan dengan model rambut yang berubah dan membuat teman-teman di kelas merasa pangling dengan tampilannya. “ Ini Diandra teman kelas kita? Beda banget, ganteng sumpah.” “ Kalian kok cocok banget sih, nggak salah kalian di tunjuk jadi pasangan pengantin.” Tak lama setelah itu Kayla datang dengan kondisi kaki yang masih terkilir, melihat teman-teman sekelasnnya sudah siap dengan festival itu membuatnya iri dan sangat menyalahkan kakinya yang terkilir. Kayla juga merasa pangling dengan Sofia dan Diandra, namun dia paling tidak menyangka dengan tampilan Diandra yang sangat berbeda. Dia sendiri bahkan mengatakan tampan di dalam benaknya. Setelah persiapan mereka selesai dan melakukan peragaan terakhir, seluruh kelas 1-1 segera menuju aula serba guna. Ketika mereka masuk melalui pintu utama semua mata tertuju pada mereka, dan semua orang mengambil tempat masing-masing dimana narator akan naik duluan menjelaskan budaya yang mereka pilih. Musik pun di mulai dan saat itulah Sofia dan Diandra masuk, Diandra akan menunggu di atas panggung sementara Sofia berjalan di tengah-tengah karpet merah di iringi oleh pendamping pengantin yang di sebut sebagai pasappi’ bagi masyarakat Sulawesi. Semua mata tertuju pada Sofia dan mereka kompak mengeluarkan ponsel untuk merekam serta memotretnya, meski gugup berjalan di tengah-tengah banyak orang Sofia terlihat profesional dengan menampilkan barisan giginya yang rapih dan senyuman manis dari bibir merah mudanya. “ Baru kali ini lihat ada siswi secantik dia.” “ Iya ih cantik banget.” “ Kayaknya kelas ini deh yang bakal menang.” Komentar orang-orang masih terdengar sangat jelas di pendengaran Sofia, fokusnya tertuju pada salah satu tamu hadirin di bagian depan yang sedang menatapnya dengan tulus. Papa Bian datang tepat waktu, di saat semua orang mengeluarkan ponselnya terlihat dia yang lebih memilih untuk memandang putrinya dengan mata kepalanya sendiri. Kini Sofia sudah berada di atas panggung di sambut uluran tangan Diandra, dan proses pameran festival budaya pun terlaksana saat itu juga. Orang-orang tak henti-hentinya memuji kekompakan kelas 1-1 meski mereka tergolong baru mengikuti kegiatan tersebut. Sekitar lima belas menit mereka menampilkan semua yang mereka latihkan selama ini, dan sekarang mereka sudah kembali ke belakang panggung. Mereka bersorak atas apa yang telah mereka bawakan, dan sesi foto-foto pun di lakukan di belakang panggung. Sofia merasa sangat bahagia bisa mengikuti kegiatan ini, namun ketika melihat ke arah Diandra kebahagiaannya menghilang di karenakan ini adalah hari terakhir Diandra di sekolah itu. Waktu berlalu dan tanpa terasa sudah sampai di penghujunh acara, Mc akan mengumukan pemenangnya besok di papan mading. Dan penutupan di akhiri dengan penampilan artis terkenal Adera yang membawakan lagu-lagu populernya. Tiba saatnya Sofia menemui papanya, dan ketika ia berhadapan dengan sang papa terlihat papa Bian yang terharu menatap putrinya. Papa Bian bahkan sampai menangis, membuat Sofia tertawa melihatnya. “ Kok papa nangis, aku jelek ya.?” “ Kamu cantik banget, mirip sama mama kamu.” “ Kalau aku beneran nikah nanti papa yang bakal gandeng aku nanti, tadi rasanya sangat nervous karena aku sendirian.” Papa Bian tiba-tiba memeluk Sofia karena tak tahan dengan kesedihannya jika hal itu sampai terjadi, ia belum rela jika putrinya harus menikah suatu hari nanti. Sofia yang memahami perasaan papa Bian membalas pelukan itu dan berkata. “ Aku akan tetap menjadi putri kesayangan papa kalau aku menikah nanti, papa tetap menjadi nomor satu buat aku.” Balas Sofia yang juga ikut terharu di buatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD