42

1607 Words
Berkat Diandra, Sofia bisa bertemu dengan Galih untuk sementara waktu. Setidaknya sampai waktu dimana dia sudah harus kembali ke rumah, Diandra tetap menunggunya di tempat mereka berpisah dimana Galih mengantar gadis itu kembali kepada Diandra. " Jangan lupa nanti malam ya. " Kata Sofia sambil memberi kode tangan yang seolah-olah sedang menelpon. " Iya, nanti aku telpon kamu. " Balas Galih lirih. Kini Diandra sudah menyalakan mesin motornya dan Sofia perlahan naik di belakang, tatapannya terus tertuju kepada Galih yang saat ini sedang melambaikan tangan kepadanya. Akhirnya Sofia kembali memutar kepalanya ke depan, dia tersenyum senang dan mengucapkan terima kasihnya kepada Diandra. " Aku nggak masalah buat nemenin kamu kaya gini terus, tapi kamu harus ingat waktu. Aku nggak mau kalau pak Bian sampai tahu soal ini. " Kata Diandra. " Siap bos, dan juga kamu nggak usah khawatir. Papa pasti akan setuju sama hubungan aku dan Galih, kita tunggu waktunya saja. " Sahut Sofia. " Kamu sangat percaya diri sekali ya. " " Harus dong, aku percaya kalau kami memang di takdirkan untuk bersama. " ** Setibanya di rumah, Diandra hanya mengantar Sofia sampai di depan pintu pagar. Kemudian Sofia membuka pintu dan tiba-tiba saja dia di buat bingung dengan keberadaan sebuah mobil asing terparkir di halaman rumahnya, dia tidak mengenali mobil itu dan pastinya itu bukan mobil baru milik papa Bian. Begitu masuk di dalam rumah dia kembali di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang sudah lama tidak di lihatnya, dia adalah Oma Fani alias ibu dari papa Bian sendiri. " Omaaaa. " Seru Sofia berlari memeluk wanita setengah baya itu. " Aduh cucu oma sekarang sudah besar, cantik banget pakai seragam SMA. " Komentar Oma Fani membalas pelukan Sofia lembut. " Kok nggak bilang kalau mau datang? " " Sengaja, Oma mau kasih kejutan buat kamu sama papa kamu. " Oma Fani adalah satu-satunya nenek Sofia yang masih hidup, beliau tinggal di luar negeri lebih tepatnya di Swiss karena memiliki bisnis peternakan terbesar di sana. Sofia sendiri sudah lama tidak bertemu dengannya, sekitar lima tahun yang lalu di saat Sofia masih sangat anak-anak. " Jadi papa nggak tau kalau oma datang.? " Tanya Sofia. " Nggak, kita tunggu papa kamu datang dulu. Oma penasaran lihat eskpresinya. " Balas Oma Fani. Tak lama kemudian sebuah mobil memasuki halaman rumah, dia adalah papa Bian. Sama seperti Sofia barusan ketika melihat mobil itu langsung menjadi bingung, dia kemudian masuk ke dalam rumah dan mendapat kejutan dari Sofia dan Oma Fani. " Mama, kok nggak bilang kalau mau datang? Aku bisa pulang cepat kalau gitu. " Kata Papa Bian yang sangat terkejut melihat kehadiran ibunya. " Nggak mau peluk mama dulu.? " Kata Oma Fani merengangkan tangannya. Papa Bian terlihat sangat manja dan langsung memeluk ibunya itu, Papa Bian adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan dia yang paling dekat dengan Oma Fani selama ini. Oma Fani juga yang dulunya sangat menyetujui hubungan Bian dan April, bahkan ketika April kesulitan untuk mengandung hanya dia yang selalu memberikan dukungan penuh kepada mereka di tengah-tengah tuntutan lain dari keluarga. " Mama kapan datang.? " Tanya Papa Bian. " Sekitar pukul 2 siang tadi. " Balas Oma Fani. " Udah makan.?" " Udah, Mama mau istirahat dulu aja. " Sofia membantu Omanya itu menuju kamar kosong yang memang di sediakan untuk keluarga jika datang ke rumah, sedangkan papa Bian membantu membawa barang-barangnya masuk ke dalam kamar. ** Makan malam ini terasa jauh lebih berbeda karena ada Oma Fani, dia bahkan sampai membuat makan malam sendiri tanpa bantuan dari mbok Tati. Seperti dulu masakan Oma Fani akan membuat Bian merasakan masa muda seperti dulu lagi, dia ingat ketika dia masih berusia belasan dan ibunya selalu membuatkan makanan kesukaannya setiap hari. " Jadi nostalgia. " Kata Bian sambil tersenyum. Satu hal lagi yang membuat Bian bernostalgia adalah sup tulang iga buatan oma Fani yang sejak dulu menjadi menu favorite April, jika Oma Fani membuat sup tulang iga pasti April yang akan menguasai semuanya sendirian. " Kenapa Bian? Kok mendadak sendu begitu.?" " Kesukaan April, Ma. " Sofia melirik papanya dan langsung meraih tangan Bian, melihat hal manis itu kembali membuat Bian merasa lebih baik. " Udah makan yuk. " Ajak Oma Fani kemudian di balas anggukan pelan dari Sofia dan Bian. Setelah makan malam mereka bertiga duduk bersama di ruang keluarga sambil mengeluarkan album foto untuk mengenang masa lalu, dari album yang keluar terdapat begitu banyak foto Bain dan April dari semasa pacaran hingga menikah. " Oma, dulu Oma pernah melarang papa dekat sama orang lain nggak.? " Tanya Sofia menarik perhatian Papa Bian saat itu. " Hmm Oma tidak pernah melarang Bian mau dekat sama siapapun, terserah Bian. Tapi untuk calon istri Oma harus tahu bibit bebet bobot nya, karena oma mau punya menantu yang betul-betul layak buat Bian. " Jelas Oma Fani. " Jadi Mama April adalah pilihan terbaik ya. " " Tentu saja, mama kamu itu adalah satu-satunya wanita yang Oma senang jika dia bisa sama papa kamu. " " Papa sama Mama dulu boleh pacaran waktu SMA, tapi kok aku nggak di bolehin sama papa. " Sofia memasang wajah memelasnya untuk mendapat pembelaan dari Oma Fani. " Sofia, papa nggak suka kamu bahas ini. " Lontar Papa Bian. " Bentar, bentar, ada apa ini? Kasih tahu Oma yang sebenarnya. " Sofia kemudian menjelaskan kepada Oma Fani bahwa dia di larang berpacaran oleh Papa Bian, mendengar hal itu bukannya mendukung anaknya justru Oma Fani membela Sofia dengan memarahi Bian. " Kamu ini jangan larang anak kamu buat berkembang, mau sampai kapan kamu didik anak kamu dengan cara yang sudah kuno itu? Zaman sudah berubah, anak-anak seusia Sofia sudah harus mengenal apa itu cinta." " Mama nggak ngerti gimana rasanya punya anak perempuan, mama bisa bilang begitu karena anak mama laki-laki semua." " Justru mama nggak mau lihat cucu mama ketinggalan zaman karena pola pikir kamu itu. " " Udah ah, aku capek mau istirahat. " Papa Bian akhirnya bangkit dari sofa dan meninggalkan mama dan putrinya. " Papa kamu emang selalu begitu, Oma ngerti perasaan dia tapi sebaiknya pola pikir papa kamu itu harus di ubah cepat atau lambat. " Kata Oma Fani sambil merangkul Sofia. " Oma memang yang paling pengertian." ucap Sofia sambil memeluknya. ** Pagi itu Oma Fani sedang sibuk di dapur bersama mbok Tati, padahal mbok Tati sudah menyuruh beliau untuk kembali ke kamarnya dan biar dia yang memasak. Namun Oma Fani yang gemar memasak itu menolak, dia suka memasak apalagi untuk anak dan cucunya. " Ibu, ini sayurnya aku simpan di atas meja ya. " Sahut Diandra yang baru saja datang membawakan pesanan Mbok Tati. " Diandra, sini dulu. Sapa Oma Fani, beliau mamanya papa Bian. " Kata Mbok Tati. Diandra dengan ramah mendekat, namun dia tidak ingin mencium tangan beliau karena merasa tangannya kotor. " Ini anak kamu Ti.? " Tanya Oma Fani. " Iya Oma, namanya Diandra dan dia teman kelasnya Sofia. " Jelas Mbok Tati. " Oh gitu, tolong jaga cucu saya ya. " Lontar Oma Fani tersenyum simpul. " Iya bu. " Balas Diandra. " Jangan panggil ibu dong, panggil Oma aja." " I-iya Oma. " Diandra kemudian harus pamit karena ingin bersiap-siap ke sekolah, dan setelah Diandra pergi terlihat jelas di wajah Oma kalau dia sangat suka pada Diandra karena begitu sopan kepadanya. " Anak kamu ganteng dan sopan. " Kata Oma Fani. " Oma bisa aja. " " Selamat pagi Omaaaa. " Seru Sofia yang sudah berada di meja makan. " Hey, selamat pagi sayang. " Balasnya dengan ceria. Dan pagi itu Sofia kembali menikmati sarapan paginya bersama papa Bian dan Oma Fani, alangkah indahnya pagi ini jika tiap hari dia bisa merasakan kehangatan seperti sekarang. ** Ketika Sofia hendak berjalan menuju mobil yang sudah siap mengantarnya berangkat ke sekolah, tiba-tiba saja Oma Fani datang menghampirinya dan berkata. " Oma ikut anter kamu sekolah hari ini. " Kata Oma Fani yang kini sudah siap untuk berangkat. " Oma seriusan mau antar aku ke sekolah.? " " Serius dong, Oma udah rapih gini kok bohong. " Sofia dan Oma Fani kini sudah masuk ke dalam mobil, perlahan namun pasti mang Ujang segera melaju dengan sangat hati-hati meninggalkan pelataran rumah. Di sepanjang perjalanan Sofia menceritakan kisahnya selama mulai aktif bersekolah di luar, dia juga cerita bahwa dulu pernah sekolah di sekolah yang lebih bagus tapi sayangnya teman-temannya yang tidak baik sehingga memutuskannya untuk pindah sekolah. Oma Fani mendengarkannya dengan sangat teliti, dia menyimak Sofia bercerita dengan antusias yang membuatnya juga bisa merasakan apa yang di rasa oleh cucunya itu. Mobil hitam jenis Alphard itu baru saja berhenti di depan sekolah Sofia setelah beberapa menit berlalu, sebelum turun Sofia mencium tangan Oma Fani dan pamit undur diri. " Belajar yang baik ya. " Kata Oma Fani di balas anggukan pelan dari Sofia. Setelah memastikan Sofia masuk ke dalam sekolah, kini Mang Ujang kembali melajukan mobil. Namun tiba-tiba saja sebuah motor menabrak bagian depan mobil, dia adalah anak SMA yang juga bersekolah di SMA yang sama dengan Sofia. Oma menyuruh mang Ujang untuk turun dan mengecek keadaan anak itu, karena khawatir Oma pun ikut turun dan melihatnya. " Kamu nggak apa-apa.? " Tanya Oma pada anak laki-laki itu. " Gak apa-apa, cuma motor saya yang rusak. " Balasnya. Oma Fani melihat kerusakan motor anak itu dan juga mobil Sofia namun kerusakannya lebih parah pada moror tersebut, Oma Fani kemudian mengeluarkan uang ganti rugi untuk anak laki-laki tersebut. Bukannya minta maaf justru anak itu segera menancap gas meninggalkan Oma Fani dan Mang Ujang yang terlihat menatap kepergiannya dengan tatapan miris. " Kenapa dikasih Oma? Kan dia yang salah.? " Tanya Mang Ujang menatap Oma bingung. " Nggak apa-apa." Balas Oma yang tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD