T H R E E

1210 Words
Sejak beberapa menit lalu, lebih tepatnya ketika Elena keluar rumah bersama seorang pria di belakangnya, Felix masih belum bersuara dan hanya memfokuskan pandangannya ke depan tanpa mau menoleh pada Elena yang berada di sampingnya. Rahang Felix mengeras dengan jari-jari yang mencengkeram erat setir mobil. Ia kemudian menatap kaca spionnya dan menggeram kecil karena masih menemukan mobil bodyguard Elena yang mengikuti mobilnya. "Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Ayahmu, El. Kenapa ia harus menyuruh bodyguard sialanmu itu untuk ikut?!" Elana menoleh, menghela nafas pelan untuk menahan kesabarannya berhadapan dengan emosi Felix itu. "Daddy hanya mengkhawatirkanku. Untuk itulah ia menyuruh Jacari ikut." Felix berdecak cepat. Mendengar Elena menyebut nama pria lain di depannya benar-benar membuat d**a Felix memanas. Ditambah lagi ketika ia ingat jika pria yang menjadi bodyguard kekasihnya itu adalah orang yang waktu itu menolong Elena. Felix benar-benar tidak menyukai fakta itu. "Bahkan saat ada aku, Ayahmu masih menyuruhnya untuk ikut?!" "Itu semua karena ulahmu, sialan!" Gumam Elena pelan sambil menatap ke luar jendela, sayangnya Felix masih bisa mendengar ucapannya dan dengan cepat langsung menginjak rem secara mendadak. Elena pun tersentak kaget, menahan kedua tangannya agar tidak membentur dashboard lalu menatap Felix kesal. "Kau gila ya?!" sentak Elena. "Kau bilang apa?!" tanya Felix dengan pandangan tajamnya. "Sialan? Kau bilang aku sialan?" Elena seketika menahan ludahnya, mulai takut jika emosi Felix akan meledak saat ini juga. "Bukan seperti itu. Aku hanya–" Ucapan Elena terhenti ketika Felix memukul setir mobil dengan kencang. "Hanya apa?!" "Felix...tenang dulu." Elena mencoba menyentuh lengan Felix, tapi pria itu langsung menepisnya begitu saja. "Tenang?" Felix mendengus kencang lalu dengan cepat langsung mencengkeram erat bahu Elena. "Bagaimana bisa aku tenang jika kau mengatakan aku sialan?!" Elena meringis, mulai merasa sakit ketika kuku Felix mengenai kulitnya. "Felix sakit!" "Sakit? Ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan ucapanmu barusan, b******k!" ucap Felix dengan sedikit berteriak. "Felix, lepaskan!" Elena memberontak, mencoba melepas cemgkeraman Felix dibahunya, tapi bukannya terlepas cengkeramannya justru semakin kuat. Untungnya itu tidak berlangsung lama karena setelah itu Jacari datang mengetuk kaca mobil Felix, membuat pria itu melepaskan cengkeramnnya dan hal itu Elena manfaatkan untuk berlari keluar mobil. Melihat ketakutan dikedua mata Elena, Jacari langsung menarik Elena untuk berdiri dibalik tubuhnya, bersembunyi di sana layaknya anak kecil. Hal itu tentu saja membuat emosi Felix semakin memuncak. Pria itu segera membanting pintu mobilnya sebelum bergegas menghampiri Elena. Ia baru akan menarik Elena, tapi niatnya terhenti karena Jacari menahan tangannya. "Lepas!" Jacari bergeming, mencengkeram kuat tangan Felix sampai pria itu meringis kesakitan. Ia sama sekali tidak takut jika tindakannya itu akan mematahkan tangan Felix. "b******k!" Felix mengumpat keras. Ia baru akan memukul wajah Jacari dengan tangan kirimya, tapi dengan cepat Jacari langsung mengelak lalu memutar tangan Felix dan menahannya di belakang tubuh pria itu. Bahkan tak segan Jacari juga menendang betis Felix hingga ia jatuh berlutut di depan Elena. "Elena! Suruh bodyguard sialanmu untuk melepaskanku!" Bentak Felix dengan rahang yang mengeras. "Jika tidak, aku akan–" "Jake, t-tolong lepaskan Felix." Menuruti ucapan Elena, Jacari langsung melepaskan Felix lalu mundur beberapa langkah di belakang Felix dan berdiri di sana dengan ekspresi datarnya setelah menunduk hormat pada Elena. Sedangkan Felix yang masih diliputi oleh emosi hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan mata memandang Jacari tajam. "Felix...kau tidak apa-apa?" tanya Elena. Ia melangkah ragu mendekati Felix dan menyentuh pelan lengan pria itu. "Maafkan bodyguardku. Secepatnya aku akan meminta Daddy untuk menggantinya." Felix menepis tangan Elena kasar, menatap wanita itu dengan tajam. "Sudahlah! Lebih baik kau pulang saja!" "Tapi–" "Pulang, Elena! Atau aku akan melampiaskan kemarahanku padamu!" ucap Felix tajam. Jacari yang mendengar itu hendak maju menghajar Felix, namun tatapan tajam yang diberikan oleh Elena, menghentikan niat Jacari. "Jika aku pulang, bagaimana dengan pestanya? Bukankah kau bilang itu pesta penting yang harus kau hadiri?" Felix berdecih sinis. "Persetan dengan pesta itu!" ucapnya sebelum berbalik pergi dan masuk ke dalam mobil, meninggalkan Elena yang hanya bisa menghela nafas panjang. Keheningan sempat melanda Jacari dan Elena untuk sesaat, namun Elena langsung tersadar dan menendang kaki Jacari dengan kekesalannya. "Ini semua gara-gara kau!" maki Elena pada Jacari, nafasnya bahkan memburu lantaran rasa kesal yang sudah tidak tertahan. "Kau seharusnya tidak perlu ikut." "Ini sudah menjadi tugas saya untuk menjaga Nona." ucap Jacari sambil menahan rasa nyeri di tulang keringnya yang terkena ujung high heels milik Elena. Elena menggeram tertahan sambil menunjuk wajah Jacari dengan jari telunjuknya. "Kau...awas saja jika kau ikut campur lagi dengan masalahku!" ancam Elena lalu berbalik masuk ke mobil yang tadi dikendarai oleh Jacari. **** Entah sudah berapa gelas alkohol yang ditenggak oleh Felix malam ini. Meski kesadarannya sudah mulai hilang, itu sama sekali tidak membuatnya berhenti. Dengan tatapan mata yang sayu dan bibir tersenyum, ia lantas berjalan pelan menuju salah satu ruangan di bar lalu berbaring di sofa sejenak. Namun niatnya itu urung ketika seorang wanita berpakaian seksi tiba-tiba saja datang menghampirinya sambil mengelus pelan paha Felix. "Hari ini kau datang sendiri?" tanya wanita itu sambil menggeser duduknya mendekati Felix. "Di mana kekasihmu?" Felix mendengus pelan, mendadak kesal karena otaknya yang masih mengingat Elena. "Untuk apa kau ke sini?" ia mengabaikan pertanyaan wanita itu. "Karena kekasihmu tidak ada di sini, bagaimana jika kita menghabiskan malam bersama?" Wanita itu meniup telinga Felix pelan, sambil sesekali meraba d**a bidang Felix. Lalu tanpa menunggu lagi, wanita itu mencium pelan bibir Felix dan melumatnya pelan. Felix mulai terpancing. Ia menekan tengkuk wanita yang tak ia ketakui namanya itu untuk memperdalam ciuman. Tanpa ragu Felix bahkan meremas d**a wanita itu hingga membuatnya mendesah. Dengan penuh semangat, Felix menyelipkan tangannya diantara tali gaun wanita itu dan kembali memainkan puncak d**a wanita tadi tanpa penghalang. "Ahh..." wanita itu melengkungkan tubuhnya ketika ciuman Felix yang turun dari leher lalu menuju dadanya. Di tengah ciumannya, Felix kembali menatap wanita itu dengan tatapan bergairahnya. "Siapa namamu?" tanya Felix sebelum mengecup pelan bibir wanita itu. "Katakan." "Evelyn." ucapnya di tengah desahan. Felix kemudian tersenyum miring. "Sesuai keinginanmu, Eve. Malam ini kita akan menghabiskan malam bersama. Jadi jangan harap kau bisa kabur." ucap Felix lalu kembali mengecupi puncak d**a Evelyn. Ia juga meniupkan nafas hangatnya di atas puncak d**a Evelyn untuk menyiksa wanita itu. "Kau menyukainya, Eve?" Evelyn mengangguk. Ia bahkan tidak bisa menjawab dan hanya memohon pada Felix untuk menyudahi siksaan nikmat ini. Dan Felix pun mengabulkannya, pria itu langsung menangkup puncak d**a Evelyn dengan mulutnya, memutar-mutar lidahnya di sana hingga membuat Evelyn semakin menggila. "Aahh...Felix." Desahan Evelyn semakin tidak terkendali. Ia semakin menekan kepala Felix agar semakin tenggelam di dadanya. "Aah...ahh...nggh..." Felix kemudian menyudahi siksaannya pada d**a kiri Evelyn lalu berpindah ke d**a kanan Evelyn. Ia melakukan hal yang sama dan tak lupa meninggalkan beberapa bekas kemerahan di sana. Desahan demi desahan Evelyn semakin membuat Felix bersemangat. Ia lantas menurunkan resleting celananya, menaikan Evelyn agar duduk di pangkuannya lalu segera menyatukan dirinya dengan Evelyn setelah menurunkan g-string wanita itu. Setelahnya Felix membiarkan Evelyn yang bergerak naik-turun di atasnya, sementara dirinya bermain-main dengan kedua buah d**a Evelyn yang berada di depan wajahnya. "Aah..." Felix mendesah keras, hampir kehilangan kendali lantaran gerakan Evelyn yang menyiksanya dengan kenikmatan. "Kau...aah...begitu nikmat." racau Felix sambil berpegangan pada pinggul Evelyn, sementara mulutnya melahap d**a Evelyn tanpa ampun. "Ohh...aah..." Evelyn mempercepat gerakannya, memaju mundurkan tubuhnya untuk mencari kenikmatan. Malam itu benar-benar menjadi malam yang panjang untuk Felix dan Evelyn, karena malam itu mereka melakukannya lebih dari satu kali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD