16

1159 Words
"Kau mau kemana Chanyeol?" tanya Baekhyun dengan suara serak khas bangun tidur, mendapati Chanyeol yang sudah bersiap dengan setelan kemeja kerjanya. Padahal sepertinya ini masih jam enam pagi kalau Baekhyun boleh menebak, dilihat dari cahaya matahari yang masih terlihat samar-samar di jendela besar tepat di samping ranjang mereka. "Aku mau ke kantor," jawab Chanyeol seadanya. "Ugh, maaf jika aku bangun agak kesiangan darimu Chan. Juga tak sempat menyiapkan sarapan untukmu. Aku akan bergegas." Baekhyun kemudian menarik dirinya dari atas kasur setelah sedikit merenggangkan sendi tubuhnya. Namun baru ia hendak berdiri, Chanyeol sudah menahannya untuk kembali duduk di pinggiran kasur, lantas membawa dirinya pula untuk berjongkok di depan Baekhyun, mensejajarkan wajah mereka. "Jangan memaksakan dirimu. Tak apa, aku bisa sarapan di kantor nanti." "Tapi Chan--" "Bagaimana kabar bayi kita pagi ini? Kau tidak merasakan mual? Sepertinya bayi kita tidak terlalu merepotkanmu, hm?" Chanyeol tersenyum teduh, lantas mengecup singkat perut Baekhyun. "Eung! Dia jarang membuatku mual Yeollie. Tapi ia menggantinya dengan merepotkanmu dalam mengidam." Baekhyun terkikik geli. Sepertinya bayi itu memang benar sangat menyayangi Chanyeol. Semua keinginannya itu benar-benar terlimpah pada Chanyeol. Karena biasanya di trimester pertama ini, sang ibu-lah yang biasanya banyak mengalami syndrome mengidam atau mual muntah dan sebagainya. Namun tidak dengan Baekhyun, laki-laki mungil itu baik-baik saja, kadang hanya dua minggu sekali paling banyak ia merasa mual dan muntah. Chanyeol tersenyum kecil. "Dia akan mirip sepertiku, mungkin?" "Ya, dia pasti akan tampan dan gagah sepertimu Chanyeollie," ujar Baekhyun semangat. "Hm." Chanyeol berdeham kecil menanggapi, matanya yang semula tertuju pada perut Baekhyun sekarang teralih pada wajah submissivenya itu. "Aku pergi sekarang." Baekhyun tak menanggapi, lantas langsung saja memberikan sebuah kecupan kecil yang cukup lama di sudut bibir Chanyeol. "Jangan pulang terlalu lama, baby merindukanmu." "Tentu saja, sayang," jawab Chanyeol lantas langsung berdiri. "Tidurlah lagi, kau pasti lelah." Baekhyun menurut, dan kembali berbaring. Mereka berdua tidur jam dua pagi kemarin, ditambah dengan sesi mari bercerita tentang keluarga kita yang hancur, membuat Baekhyun sedikitnya lelah mengingat masa lalunya. Drrtt... Drrtt... Ponsel Chanyeol tiba-tiba berdering setelah ia baru beberapa langkah keluar dari kamarnya. "Ya," ucap Chanyeol singkat setelah menekan tombol hijau di layar ponselnya. "Aku sudah mendapatkan sedikit info tentang keluarga Baekhyun, Chanyeol," ujar seseorang di seberang sana. "Hm, tunggu diruanganku, aku sedang dalam perjalanan kesana," ujar Chanyeol yang langsung mengakhiri sambungan teleponnya tanpa menunggu respon jawaban dari seseorang di seberang sana. Sedikitnya, Chanyeol benar merasa terusik tentang ujaran terakhir Baekhyun semalam. "Chanyeol, aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau misalkan ibuku pernah menjadi jalang ayahmu? Apakah kau akan membenciku?" Kalimat itu lagi-lagi terngiang lagi di telinga Chanyeol. Membuat pria bertubuh atletis itu langsung menghubungi Jongin, sekretarisnya untuk mencarikan info tentang keluarga Baekhyun malam itu juga.  TIdak, Chanyeol sudah mengingatkan dirinya berkali-kali bahwa itu semua tidak ada hubungannya dengan Baekhyun-nya. Baekhyun dan orang tuanya adalah orang yang berbeda, lantas dibagian mananya Chanyeol harus membenci baekhyun, benar? Ia hanya sedikit penasaran, tentang apakah benar ayahnya menikahi jalang yang merupakan ibu dari Baekhyun. Karena kemungkinan-kemungkinan bisa saja terjadi. Chanyeol mempercepat pacuan mobilnya menuju kantor miliknya. Setelah sampai, ia mendapati Jongin yang sudah duduk di kursi tamu miliknya. "Ck! Sudah mengataiku mirip tahi, sekarang kau dengan seenaknya menyuruhku mencari informasi tentang keluarga Baekhyun di tengah malam buta." "Tutup mulutmu itu jika masih ingin bercinta dengan adikku Kim Jongin," sahut Chanyeol datar, lantas mengambil dokumen yang berada di atas meja. Sialan! - umpat Jongin dalam hati tentu saja. Ya, Jongin dan Sehun, entah bagaimana mengatakannya, mereka terlibat dalam hubungan strange with benefit. Hanya sekedar saling memuaskan saja tanpa ikatan apa-apa. Oh jangan tanya Chanyeol tentang siapa yang menusuk atau yang ditusuk, Chanyeol tidak akan mengurusi hal-hal seperti itu. Mungkin jika mereka bergantian tusuk-menusuk rasanya akan lebih baik. Sehun juga Chanyeol, sepertinya kebrengsekan mereka berdua menurun dari ayahnya. Mereka sama-sama suka membuang-buang s****a mereka untuk jalang-jalang. Hanya saja Chanyeol sudah menemukan seseorang yang berhasil memenangkan hatinya. Sehun, entahlah, dia masih saja asyik mengeluar-masukkan kejantannya ke berbagai macam lubang, entah itu a**s atau v****a. Sialan memang. Dan ketika lembaran itu dibuka, sangat cukup membuat Chanyeol mendengus kasar. Potret perempuan yang ada di dalam biodata yang dipegangnya itu benar mirip dengan jalang yang dinikahi ayahnya beberapa bulan belakangan.  Kai yang melihat ekspresi tak terbaca Chanyeol hanya menghela napas kasar. "Iya, itu ibu tirimu Chanyeol. Dia ibu Baekhyun. Aku juga cukup terkejut saat tahu." Chanyeol tak menjawab, lantas mengambil handphonenya. Dan mengetikkan sesuatu disana. From: Chanyeol Park To: Seojoon Park Ayah tak perlu datang ke pernikahanku nanti, karena aku akan menikahi anak dari jalang yang sekarang menjadi istrimu. Send ... Hari sudah pukul sembilan malam ketika Chanyeol mendapati Baekhyun yang tertidur di ruang makan bersama hidangan yang belum tersentuh sedikitpun. Chanyeol lantas menarik kursi yang berada tepat disamping Baekhyun. Lantas kemudian tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata submissivenya itu. Mungkin benar bahwa cantiknya wajah Baekhyun menurun dari ibunya, Byun Yoona.  Jongin juga mengatakan, semenjak kepergian Baekhyun, ayah Baekhyun entah kemana membawa uang hasil ia menjual anaknya itu sehingga pernah lagi kembali kerumah. Dan juga Byun Yoona yang sepertinya memang sudah menganggap keluarga itu tidak ada apa-apanya memilih menikahi ayah Chanyeol.  Dan kakak perempuan Baekhyun, ia sekarang masih tetap bekerja di salah satu club malam. Keluarga yang benar-benar 'bahagia' dengan caranya sendiri. "Yeollie?" ujar Baekhyun dengan suara parau. Lehernya pun terasa kebas.  "Hm," jawab Chanyeol. "Kau baru pulang? Sudah makan?" tanya Baekhyun. "Belum, aku tak akan pernah menyia-nyiakan masakanmu Baekhyun," jawab Chanyeol. "Kalau begitu makanlah.  Ah, lauknya menjadi dingin. Akan kupanaskan untukmu Yeol. Tunggu sebentar." "Baekhyun-ah,"panggil Chanyeol tiba-tiba, membuat Baekhyun mengurungkan langkahnya menuju counter dapur. "Ya, Chanyeol?" Chanyeol lantas menatap tepat ke mata Baekhyun, mata yang kini menjadi sesuatu yang ia sayangi. Lantas ia menghela napas pelan. Baekhyun yang melihat itu langsung mengerutkan dahinya bingung.  "Ada apa Chanyeol? Kau butuh sesuatu?" "Ibumu, adalah ibu tiriku sekarang Baekhyun," ucap Chanyeol yang saat itu juga langsung membuat petir seolah menggelegar di kepala Baekhyun. Submissive itu terdiam, tak bisa berkata-kata. Lantas tak berapa lama, air mata menetes di mengaliri pipi  putih Baekhyun yang terlihat jelas karena terpantul lampu dapur. "Yeollie, maaf. Maafkan aku." Baekhyun tiba-tiba taunya bersimpuh diatas kedua lututnya menghadap Chanyeol serta kedua tangannya yang ia tangkupkan satu sama lain di depan wajahnya - seolah meminta pengampunan, membuat pria itu terkejut tentu saja. "No baby! Apa yang kau lakukan? Hey!" Chanyeol lantas langsung mengangkat tubuh Baekhyun untuk berdiri. Namun seolah seperti batu, Baekhyun menolak dan terus bersimpuh pada Chanyeol didepannya, tangisannya pun semakin keras. "Y-yeollie. Maaf-maafkan aku. Aku tidak tahu. Yeollie, maaf." "Astaga, tidak apa Baekhyun. Kau tak salah." Chanyeol akhirnya memilih mengalah dan memeluk tubuh Baekhyun dan mengusap punggung submissive itu lembut." "Maafkan kelakuan keluargaku Yeollie. Maafkan aku juga. Maaf--" Tak tahan, Chanyeol langsung membungkam mulut Baekhyun dengan ciuman dalam. Baekhyun tak membalas, membiarkan Chanyeol memakan bibirnya rakus. Bersamaan dengan itu air mata masih enggan berhenti keluar dari mata Baekhyun. "Sstt, tak apa. Kau dan ibumu adalah orang yang berbeda Baekhyun." "Tapi Chan--" Cup! "Jangan berkata apapun lagi, hm? Aku hanya memberi tahumu. Cukup ingat tentang betapa aku yang kini sangat mencintamu, Baekhyun-ah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD