15

1306 Words
"Lelah?" "Kau lebih tahu Chanyeol," ujar Baekhyun dengan wajah sayu, Chanyeol hanya terkekeh. Kini mereka berdua sudah berpindah ke ranjang besar di kamar Chanyeol. Tak terhitung sudah berapa kali pria itu menggagahinya malam ini. Ditambah perutnya yang kini sudah sedikit terasa bertambah bobotnya, karena ini sudah masuk bulan ketiga terhitung semenjak Kris memeriksa Baekhyun dulu. "Pasti bayiku senang sekali di dalam sana, mendapat kunjungan dari milyaran saudaranya, iya kan Baekhyun?"  Baekhyun hanya mengangguk kecil dengan sunggingan senyum tipis dibibirnya.  Sekarang semuanya seolah benar-benar berubah, terutama Chanyeol. Baekhyun seolah melupakan bagaimana arogannya dulu pria itu. Betapa bengisnya dulu pria itu padanya, juga betapa kasarnya perlakuan bahkan kalimat yang terlontar dari mulut pria itu dulu. "Baekhyun, bagaimana masa kecilmu dulu?" tanya Chanyeol tiba-tiba. "Kau punya keluarga?" Pertanyaan itu membuat kepala Baekhyun sedikit mendongak, menjatuhkan pandangannya tepat di manik kelam milik Chanyeol.  Keterdiaman malah mengisi di satu menit setelahnya. "Kalau kita awali dengan cerita tentang keluargamu dulu, bagaimana?" tawar Baekhyun. Bukan apa-apa, Baekhyun rasa masa kecilnya tidak terlalu menarik untuk dibahas, keluarga yang cukup membuat Baekhyun hanya mengingat tentang bagaimana setiap harinya ia dipukuli dan bertingkah seperti jalang, sepertinya sesuatu yang tidak menyenangkan untuk dibahas setelah sesi bercinta seperti ini. "Apa itu begitu berat untukmu? Maksudku keluargamu?" tanya Chanyeol lagi. "Bagaimana dengan ayahmu Chanyeollie? Apakah dia juga tampan sepertimu?" Baekhyun malah mengalihkan pertanyaan Chanyeol, hal yang sudah mulai berani ia lakukan sekarang. "Selain senang menasehatiku, kau sekarang sudah pintar mengalihkan pembicaraan, hm?" telisik Chanyeol dengan alis yang hampir menyatu, tapi Baekhyun sadar, raut wajah Chanyeol yang seperti itu hanyalah candaan dari pria itu untuknya. Maka Baekhyun hanya membalas dengan rengekan kecil. "Ayolah Chanlie, aku hanya ingin tahu. Tidak boleh?" Chanyeol lagi-lagi tidak menjawab. Hanya menatap lekat mata Baekhyun dengan pandangan yang tidak terbaca. "Baiklah kalau kau tidak mau menjawab Chan. Aku tidur saja."  Baru Baekhyun hendak melepaskan rengkuhan Chanyeol, Chanyeol langsung menahannya. "Entah bagaimana caranya kau selalu bisa menekan emosiku seperti ini Baekhyun. Rasanya sekarang aku tidak bisa sama sekali marah padamu. Kau menyihirku?" tanya Chanyeol dengan nada yang memang benar serius, namun ditanggapi dengan kikikan kecil dari Baekhyun. "Tentu saja, aku menyihirmu dengan lubang berkedutku Chanyeol." Baekhyun kini tertawa yang dibalas Chanyeol dengan cubitan kecil di pucuk hidung Baekhyun. "Nah, sekarang dengan bercerita terlebih dahulu tentang ayahmu. Dia pasti pria yang hebat, benar?" "Hm, dia pria yang hebat, kurasa." "Tentu saja, itu menurun padamu dari engkau yang juga terlihat hebat Chanyeol." "Dan dia sama brengseknya sepertiku, Baekhyun." "Tentu saja kau memang b******k Chanyeol," ucap Baekhyun seolah benar-benar tak takut lagi pada pria yang dulu menjadi masternya itu. "Terima kasih pada kata cinta yang kini ada pada diriku untukmu Baekhyun, karena aku benar-benar tidak bisa memarahi dirimu lagi sekarang," ucap Chanyeol dengan bola mata yang memutar malas. Baekhyun tertawa kecil. "Lanjutkan. b******k seperti apa Chanyeol?" "Dia suka bermain jalang diluar sana. Ibuku tak tahan dan memilih pergi disaat umurku sepuluh tahun. Ayah hanya membiarkannya tanpa niat sedikitpun untuk menahan ibuku, dan dia malah sibuk memasukkan p***s sialannya itu ke lubang seorang jalang di ruang tamu di depan mata kepala ibuku sendiri. Dan sampai sekarang aku mencari ibuku, aku tak pernah bisa menemukannya Baekhyun." "Ugh, maaf Chanyeol. Aku tak seharusnya bertanya." "No Baekhyunnie. Kau harus tahu," ucap Chanyeol dengan usapan lembut dikening Baekhyun. "Dan begitu seterusnya, ayahku selalu bergonta-ganti jalang, mungkin seperti aku." "Dan sekarang kau masih bergonta-ganti?" tanya Baekhyun. Jelas saja kini hatinya benar-benar mencintai Chanyeol, dan ia berharap bahwa Chanyeol tidak lagi bermain jalang diluar sana. Chanyeol terkekeh. "Bagaimana kalau aku mengatakan iya?" Mata Baekhyun lantas sedikit membola kecil, namun kembali mengatur ekspresinya. "Tak apa, itu kebebasanmu Chanyeollie. Aku tak berhak melarang benar?" ucap Baekhyun walau hatinya mengatakan yang sebaliknya. "Cukup katakan kau cemburu Baekhyun, dan aku akan sangat senang karena membuatku yakin orang yang akan aku nikahi seminggu lagi ini benar-benar mencintaiku." Dan ucapan Chanyeol benar-benar membuat Baekhyun terkejut. "Apanya yang seminggu lagi Chanyeol? Menikah? Kau tidak memberitahuku apa-apa." "Sstt... Aku sudah menyuruh asistenku untuk mempersiapkan semuanya. Jadi kau tenang saja." "Tapi, bagaimana kalau keluargamu tidak merestui aku dan tidak menyukai hubungan kita? Aku bahkan belum bertemu dengan mereka Chanyeol." Baekhyun mendadak ketakutan sendiri. "Baiklah, aku lanjutkan dulu tentang ayahku sebentar." "Tapi Chanyeol--" "Sstt..." Baekhyun meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Baekhyun, menyuruh laki-laki mungil itu untuk diam.  "Sampai dimana ayahku menyukai bergonta-ganti jalang, akhirnya ia menyukai seorang jalang Baekhyun, dan sepertinya perempuan itu juga benar-benar mencintai ayahku terlepas dari ia yang memang menyukai uang ayahku. Setelah kepergian ibu, aku meminta ayahku untuk tidak mengurusi apa yang menjadi hakku. Dan beruntungnya, ayahku adalah tipe orang yang tidak mengurusi urusan anaknya. Dia membebaskan aku. Bahkan setelah ia menikahi jalang itu, ia malah memberikan seluruh aset kekayaan bersihnya padaku, dan lebih memilih untuk bekerja di dunia bawahnya." "Dunia bawah?"  "Hm, dia adalah gembong narkoba terbesar di Korea Baek." Mata Baekhyun membola, dan benar-benar tidak bisa berkata-kata. "Tapi tentu saja aku masih membencinya Baekhyun. Dia membuatku tidak memiliki kasih sayang ibuku. Dan juga ia yang membuatku mengikuti dirinya menjadi pria brengsek." "Mungkin kau memang membencinya Chanyeol, namun tak melupakan fakta bahwa dia adalah ayahmu Chan. Dan tentang dirimu yang b******k, tak apa. Itu bukan salahmu. Mungkin itu adalah salah satu caramu melampiaskan rasa sakit. Hanya jangan keterusan, ketika kita menikah nanti," ucap Baekhyun dengan wajah yang langsung memerah malu saat ia mengucapkan kalimat terakhirnya. Chanyeol hanya tertawa kecil. "Berarti ajakanku untuk menikah diterima?" "Kau pasti tidak menerima penolakan Chanyeol," ujar Baekhyun malas dan disambung dengan tawa kecil pria disampingnya itu. "Sekarang bagaimana dengan orang tuamu Baekhyun. Aku sudah menceritakan tentang orang tuaku." "Itu tidak menarik untuk dibahas Chanyeol." "Aku akan mendengarkan, Baekhyun." Baekhyun akhirnya menghela napasnya, berusaha memutar kembali bagaimana hidupnya di masa lalu. "Orang tuaku, mereka selalu berteriak satu sama lain setiap hari. Ibuku, dia seorang jalang bersama kakak perempuanku disebuah club, dan ayahku seorang penjudi.  Mereka berdua tak pernah memperhatikan aku sedikitpun, bahkan terkadang memarahiku ketika mereka pulang dan tak menemukan makan diatas meja, padahal mereka tak memberi uang sepeserpun padaku untuk membeli bahan makanan. Terkadang aku tak pernah diberi makan berhari-hari karena mereka tak pulang-pulang. Aku hanya mengandalkan tetanggaku yang kasihan padaku Chanyeol." Baekhyun sedikit menarik napasnya, lantas mengeluarkannya dengan perlahan.  "Aku tidak bermaksud menceritakan cerita yang sok menyedihkan seperti ini Chanyeol. Tapi memang begitu keadaannya. Suatu ketika, ayah pulang, dan langsung menyeretku entah kemana. Aku tak bisa berontak. Apalagi ketika seseorang bertubuh besar mengambil alih tubuhku dari ayah dan memasukkanku ke dalam mobil van hitam. Kulihat dari sana, ayahku mendapatkan amplop yang cukup tebal dari seorang laki-laki. Dan saat itu, aku tahu aku telah dijual." "Aku dibawa ke sebuah tempat yang dipenuhi laki-laki dan perempuan bertubuh kurus sepertiku. Setiap hari aku dan juga mereka dicekoki mainan-mainan seperti yang ada di kamar merahmu itu. Ingat ketika Pak Kim mengatakan aku belum terlatih saat kau ingin membeliku? Aku hanya berada seminggu disana, entah mengapa mereka mempercepatu memasukkanku ke dalam kurungan, karena biasanya slave-slave itu akan dilatih selama satu bulan paling lama. Begitulah cerita bagaimana kau bisa menemukanku di toko slave itu Chanyeol." Chanyeol terdiam. Hanya menatap paras cantik Baekhyun yang terpantul sinar bulan dari kaca besar yang tepat berada diatas kamar mereka. "Semenjak itu, aku memutuskan untuk menerima apapun dalam hidupku Chanyeol. Karena kurasa hidupku memang ditakdirkan untuk hancur dari awal. Namun, itu semua berubah semenjak aku hidup dalam rengkuhan diatas ranjang yang hangat ini bersamamu. Terima kasih Chanyeol." Baekhyun mengakhiri ceritanya dengan mendaratkan kecupan kecil di bibir Chanyeol. "Aku mencintaimu Baekhyunnie," ucap Chanyeol tiba-tiba dan menarik Baekhyun makin dalam rengkuhan hangatnya.  Baekhyun mengangguk dalam pelukan Chanyeol. "Chanyeol, aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau misalkan ibuku pernah menjadi jalang ayahmu? Apakah kau akan membenciku?" "Kenapa kau menanyakan itu, hm?" "Ugh, aku benar-benar mencintaimu, dan aku takut jika memang itu benar, kau pasti akan membenciku Chanyeollie." "Akan kupastikan itu tidak Baekhyun," ucap Chanyeol. "Tidurlah, kau lelah," tutupnya. Chanyeol juga lelah, percakapan tentang keluarga yang hancur memang tidak pernah menyenangkan. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD