7

1025 Words
Semua orang yang berada di lobby perusahaan Loey Corp. terpaku saat melihat pimpinan mereka, Park Chanyeol menggandeng seseorang bertubuh mungil berkulit putih bersih yang hanya mengenakan celana hitam setengah paha atasnya juga kemeja putih bergaris biru yang sangat kebesaran hingga sedikit melebihi pangkal pahanya. Ketertegunan mereka tak sampai di sana, tatkala melihat penuhnya kissmark yang berwarna merah bahkan ada yang hampir berwarna ungu, memenuhi leher hingga tulang selangka seseorang tersebut karena dua kancing teratas kemejanya yang terbuka. Seseorang itu, Byun Baekhyun, hanya mengiringi langkah Chanyeol dengan tatapan tak mengerti dan menurut. Hingga mereka sampai di sebuah ruangan di lantai paling atas barulah Chanyeol melepas pegangannya. Ruangan besar yang malah terlihat seperti sebuah rumah di banding dengan sebuah kantor itu, terlihat nyaman dengan d******i warna abu-abunya. Mulai dari berbagai alat gym di sudut ruangan, sebuah tempat yang terlihat seperti bar agak jauh di sebelah sofa tamu, juga satu pintu di sisi kanan yang terlihat menuju ke sebuah ruangan. Chanyeol telah duduk di kursi kebesarannya yang berada di belakang kaca besar, menghadap langsung pada keramaian kota. "A-aku harus apa?" tanya Baekhyun kebingungan, saat Chanyeol malah sibuk dengan kertas-kertas di atas mejanya. Chanyeol menaikkan pandangannya, menatap Baekhyun. "Kemari," panggilnya. Baekhyun mendekat, berdiri di belakang meja tepat di samping Chanyeol. "Duduk di atas meja, menghadapku." Mendengar itu spontan Baekhyun mengernyitkan dahinya, tak mengerti. Namun, dengan lamat, ia melangkah ke meja Chanyeol. Lalu duduk di sisiannya tepat menghadap pada sang dominan. "Lepaskan celanamu, dan mengangkanglah." Ucapan dengan nada rendah itu membuat d**a Baekhyun berdentum keras. Bukan karena takut di setubuhi. Hell! Itu memang tugasnya bukan? Di setubuhi bahkan di perkosa. Entah kenapa, hanya saja kali ini Baekhyun merasa berdebar. Slave itu menundukkan pandangannya, mulai melepas celana pendeknya yang sebenarnya agak ketat di pinggulnya, hingga terpampanglah p***s kecilnya yang menggantung. Setelahnya, ia duduk kembali di atas meja dan mulai melebarkan pahanya dengan sedikit rasa malu, terlihat dari gerakannya yang ragu- ragu dan juga membuang pandangannya, tak berani menatap tatapan tajam milik Chanyeol. "Tatap aku, Baekhyun." Baekhyun langsung menatap Chanyeol, obsidian itu seolah mengoyak dirinya, terlalu kuat dan dominan. "Lebarkan lagi pahamu," titah Chanyeol. Seperti kerbau di cucuk hidungnya, Baekhyun melebarkan pahanya hingga menampakkan paha putih mulus miliknya yang tanpa cela, p***s kecilnya yang menggantung, juga lubang kemerahan miliknya. Chanyeol menyeringai. "Puaskan dirimu sendiri, dengan tanganmu, dan desahkan namaku, Baekhyun." Satu tangan Baekhyun terangkat, untuk di ludahi agar ia mudah untuk mengoral penisnya seperti yang di titahkan Chanyeol, namun tertahan. "Kemarikan tanganmu," ujar Chanyeol. Baekhyun menurut, menyurungkan telapak tangannya di depan Chanyeol. Spontan, Baekhyun mengulum bibirnya saat dengan santainya, Chanyeol meludahi tangannya. "Hanya gunakan ludahku saja," ujar Chanyeol. "Sekarang oral penismu." Baekhyun lagi menurut, membawa tangannya yang sudah di ludahi Chanyeol ke penisnya, ia melumuri kepala hingga batang penisnya dengan ludah Chanyeol yang tak seberapa. "Eungh..." Desahan pertama terdengar saat Baekhyun memutari kepala penisnya dengan genggaman. Chanyeol mulai meletakkan salah satu kakinya ke atas paha, dan kedua tangannya yang mulai tersilang di depan d**a, menatap Baekhyun dengan tatapan datarnya. Mulut Baekhyun mulai terbuka, satu tangannya menumpu ke belakang dengan tubuh ikut melengkung kebelakang saat ia mulai merasa rangsangan penisnya semakin menggila. Matanya hendak terpejam, namun urung saat Chanyeol tak membolehkan. "Tatap aku, Baekhyun." Mau tak mau Baekhyun terus mengoral penisnya yang sudah teracung tegak dengan menatap Chanyeol. "Ouhh... Chanhh- Chanyeol-hhh. Anhh..." Baekhyu mendesah kepayahan, mulutnya terbuka lebar sedang mata terus berusaha untuk tetap terbuka menatap masternya. "Teruskan sayang." Suara husky berat milik Chanyeol taunya malah membuat libido Baekhyun semakin di ubun-ubun. Slave itu mempercepat kocokannya. "Annnhhh!" Bukan o*****e, melainkan tiga jari sekaligus milik Chanyeol tiba-tiba menerobos lubang anusnya. "Chanhh! Channie, eunghh!" Baekhyun semakin mempercepat kocokannya saat Chanyeol menyentuh titik sensitif di dalam anusnya. "Owhh dadd-hhh... Please, more. Ahh..." Dada Baekhyun membusung ke depan dengan kepala terdongak dan mata terpejam, tak mampu lagi menahan gelenyar kenikmatan di daerah selatannya. "Daddh! Daddy-hh! I- I wanna chumm..." Plop! Chanyeol mengeluarkan ketiga jarinya, meninggalkan hembusan angin dingin yang langsung menyapa lubang berkedut kemerahan miliknya. Di permainkan lagi. "Selesaikan sendiri dengan tanganmu, baby," ucap Chanyeol dengan seringaiannya, saat ia menangkap sarat kecewa di wajah Baekhyun ketika ia melepas jarinya tatkala o*****e belum di capai Baekhyun. Tak mampu membantah, ah lebih tepatnya tak mungkin bisa membantah apalagi protes, Baekhyun kembali mengocok penisnya dengan gerakan naik turun yang semakin cepat. Matanya kembali terpejam dengan d**a yang kembali membusung, tubuhnya agak merebah ke belakang dengan di tumpu tangan lainnya pada sisian meja. Chanyeol dengan senyum miringnya hanya memperhatikan indahnya slave yang ia miliki kini. Tubuh Baekhyun menegang, juga kocokan tangan pada penisnya yang semakin cepat. "CHAN! CHAN! CHANNIEEE! AHHHHH!!!" Desahan dengan lolongan panjang itu terdengar, d**a naik turun juga bersamaan dengan tubuh Baekhyun yang melengkung sempurna, juga muncratan s****a dari p***s miliknya, itu taunya hanya di tatap datar oleh obsidian Chanyeol. Setelah gelombang kenikmatan pasca o*****e menyurut, masih dengan napas yang terasa putus-putus juga mata sayunya, Baekhyun kembali menatap Chanyeol, membuat pandangan mereka bertemu. Namun Chanyeol tak memberikan respon, membuat Baekhyun hanya menundukkan pandangannya hingga ia melihat s****a miliknya yang berceceran di lantai juga sedikit mengotori meja. Baekhyun menurunkan kakinya tiba-tiba tanpa di suruh, lalu mulai berjongkok di lantai dengan lutut menumpu di lantai, bermaksud untuk menjilati spermanya yang berceceran, karena ia tahu, Chanyeol tak menyukai s****a yang berceceran mengotori lantainya. Baru hendak mendekatkan kepalanya pada lantai, suara Chanyeol telah menginterupsi. "Berdirilah, dan kenakan celanamu." Mendengar itu, Baekhyun refleks menaikkan kedua alisnya, heran. Tapi, ia tetap menuruti perintah masternya. Tangannya terulur untuk mengambil celananya di dekat kursi Chanyeol kemudian ia berdiri dan memakai celananya. Baekhyun menunduk setelahnya, lagi-lagi tak berani menatap langsung pada obsidian kelam milik Chanyeol. "Kemari," Chanyeol menepuk pelan pada kedua pahanya. Dada Baekhyun lagi-lagi berdentum keras, ia lalu duduk di pangkuan Chanyeol dengan perasaan berdebar tak karuan. Ia membuang pandangannya, benar-benar tak mampu menatap mata Chanyeol yang terasa mengintimidasi. "Letakkan kakimu di masing sisi tubuhku, baby. Menghadapku." Baekhyun lagi menurut, membawa kakinya di samping sisi tubuh Chanyeol, mengangkanginya tepat menghadap sang master. Cup! "Eunghh..." Baekhyun sedikit melenguh saat di rasakannya Chanyeol memberikan sebuah kissmark dengan sedikit menyedot kulit tulang selangka Baekhyun, menimbulkan bercak kemerahan yang sangat kontras dengan kulit putih milik slave itu. Lantas, Chanyeol membawa kepala Baekhyun ke pundaknya, bersender di sana. "Tidurlah, baby," bisiknya. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD