BAB 41

1322 Words
“Apa sampai sekarang belum ada kabar dari Letnan Yeoh?” Seorang pria berpangkat lebih tinggi dari Yeoh itu terlihat mendekati pria yang tengah membelakanginya. Dilihat dari pangkatnya, dapat dipastikan beliau adalah seorang jenderal. Mereka tampak serius memperhatikan layar monitor yang berisi begitu banyak perang yang terjadi antara tentara mereka dengan para zombie. Dan lebih mengejutkan dari itu, adapula serangan yang tengah terjadi dengan makhluk yang belum diketahui. Mereka mulai mengincar keberadaan gerbang barat yang menjadi tempat evakuasi para manusia murni yang telah terselamatkan. “Belum pak. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya terlambat.” “Bisa jadi. Perdana menteri juga belum memberikan perintah. Bagaimana keadaan kota?” “Kacau. Sementara ini pasukan block mundur untuk mengisi amunisi.” Jenderal di depannya langsung balik badan. Menatap pria kapten bintang dua tersebut dengan tatapan kesal. Jenderal tersebut seolah tidak puas dengan jawaban yang ia berikan. “Istirahat? Apa ini semacam ujian simulasi?” “Tidak pak.” “Perintahkan mereka kembali menghabisi para zombie. Dan segera cari cara untuk menemukan vampire itu. Orang yang membuat kekacauan ini harus segera ditemukan. Itu misimu!” Pria itu langsung membuat gerakan siap sedia pada jenderal yang ada di hadapannya itu. Setelah menerima perintah dengan jelas, iapun bergegas keluar dari ruang monitoring menyiapkan langkah berikutnya. Di tengah perjalanannya, ia melihat anggota parlemen datang bersama presiden. Mereka terlihat menuju ke ruang monitoring. Kapten SAT 1808 itupun melirik kehadiran Kim Hyu beserta rombongan presiden. Namun karena merasa ia tak memiliki tugas lebih lanjut di dalam, dengan langkah tegap ia meneruskan langkahnya menjalankan perintah jenderalnya.  Tapi sesekali ia juga menoleh ke belakang untuk mengamati semua orang yang tengah mengantri masuk ke dalam ruangan. Merasa tak ada apapun yang mengganjal pikirannya, pria tersebut pun melanjutkan langkahnya. ==  Sesuai rencana diawal, Ko Ji bertugas membawa letnan Yeoh untuk menghubungi para militer untuk datang ke desa Sobong membawa warga yang tersisa untuk dibawa ke gerbang barat. Mereka memilih ke hutan yang lebih aman dan berada di puncak untuk mendapatkan sinyal tersebut. Sembari menunggu, Ko Ji menjalankan tugasnya, yaitu berburu darah hewan untuk pemulihan tenaganya.  “Kau mau kemana?” “Aku akan berkeliling sebentar –“ “Di saat seperti ini? apa kau tidak takut diserang?” ujar letnan Yeoh bingung.  Ko Ji selesai dengan persiapannya. Ia kemudian menunggu Yeoh sebentar untuk memberikan informasi.  “Yang berkemungkinan untuk diserang justru adalah anda,” ucap Ko Ji dengan seringainya yang khas. Yeoh mendengkus. Ia kembali fokus untuk menyalakan walkie talkie sambil mengamati situasi. Ko Ji juga melakukan hal yang sama sambil menggunakan penciumannya untuk bisa merasakan keberadaan hewan liar. Tapi nihil. Ia sepertinya harus pergi ke wilayah lainnya untuk bisa merasakan keberadaan makhluk. “Aku takut ini rusak. Aku akan coba perbaiki. Kau bisa pergi mencari makan.” Ko Ji melirik sinis. Ia sedikit terkejut dengan ucapan Yeoh yang menyadari keinginannya untuk berburu. “Baiklah. Jika ada sesuatu yang membahayakan mu, cukup goreskan saja ini,” tunjuk Ko Ji ke arah telapak tangan Yeoh.  Awalnya Yeoh tak mengerti. Namun sejurus kemudian dia akhirnya menyadari maksud Ko Ji bicara demikian. Dengan sedikit saja darah yang terkeluar, Ko Ji bisa mencium aromanya. Seperti binatang buas, Ko Ji sama seperti mereka. Walaupun sikap dan tindakannya masih seperti manusia biasa, bukan berarti Ko Ji akan terus menjadi makhluk yang jinak. Karena kapanpun pria tersebut bisa berubah menjadi vampir yang sesungguhnya. Yang haus akan pertumpahan darah. “Kau benar. Seharusnya aku yang waspada karena kapan saja bisa diserang olehmu.” Ko Ji menaikkan sudut bibirnya sambil berdesis. Baginya sekarang itu terdengar sedikit miris. “Syukurlah kalau kau menyadarinya. Aku pergi sebentar.” Sesaat setelah mengatakannya, Ko Ji melompat dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Ia berusaha secepat mungkin untuk berburu sebelum serangan tak terduga muncul. Yeoh yang kini terlihat sendiri itupun segera bergegas. Melakukan sesuatu pada walkie talkienya kemudian menghubungi seseorang lewat benda tersebut. Pada percobaan pertama, panggilan langsung tersambung.  Yeoh bergegas. “Anda dengar tadi? Itu adalah target.” “Jadi kemana dia?”  “Berburu. Dia perlu memulihkan tenaganya,” ucap Yeoh hati-hati. Saat ia tengah bicara, tiba-tiba terdengar suara geraman zombie yang tengah tersesat di dalam hutan. Yeoh menunduk sambil bersembunyi di salah satu dahan pohon. “Sial. Apa dia sengaja membawaku ke dahan pohon tinggi ini?” gumamnya. “Situasi sekarang?” “Aman. Selama ini vampir itu menjaga desanya. Dan mereka mulai bergerak untuk pergi ke gerbang barat.” “Seperti yang direncanakan. Baiklah. Besok bantuan akan datang. Dan pastikan dia mau mengikuti perintah kita.” “Dimengerti, kapten.” Panggilan terputus. Yeoh hendak turun perlahan dari pohon yang tengah pijaki. Dia sedikit kesulitan namun kemudian berhasil mengatasinya. Saat akan memijak dahan lainnya, ia tergelincir. Karena terjatuh, spontan Yeoh sedikit berteriak ketakutan. Suaranya membuat beberapa zombie yang tengah kehilangan arah menjadi tahu keberadaan Yeoh yang tengah terdesak di sebuah pohon.  Yeoh mengumpat sambil berusaha kembali naik. Lalu sejurus kemudian ada sebuah tangan yang terulur untuk membantunya naik. Tangan tersebut sedikit berlumuran darah, tapi ia cukup tenang karena tangan itu milik seseorang yang ia kenal. “Kau sudah kembali?” “Hum. Seekor kelinci menyelamatkan hidupku.” Yeoh berdecih, konyol. “Tapi hidup kelinci itu jadi sia-sia karena mu.” Ko Ji tertawa kecil. Ini kali pertama ia merasa terdesak malu.  “Bagaimana komunikasinya?” “Besok mereka akan datang.” “Bagus. Jadi sekarang kita harus menemukan bus yah?” ujar Ko Ji yang bersiap untuk menggendong Yeoh di belakang.  Yeoh sedikit sungkan. Ia beberapa kali mengurungkan niatnya untuk digendong. “Kau tidak mau pergi?” Yeoh melihat ke bawah. Segerombolan zombie mulai mengguncang pohon yang mereka naiki. Melihat sekarang ia tak memiliki senjata yang memadai, turun sendiri menghadapi para zombie itu tentu saja sama saja dengan menyerahkan nyawa secara Cuma-Cuma. “Uhm. Aku naik,” ucap Yeoh sungkan.  Ko Ji yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum tipis.  “Pegang pundakku erat-erat,” pesan Ko Ji setengah terbang lalu menebas batang pohon tersebut dengan sekali tebasan.  Karena perbuatan Ko Ji itu, zombie yang berkerumun tertimpa oleh pohon-pohon yang ada di sekitar mereka. Yeoh yang melihat hal itu hanya bisa menelan ludah sambil merasakan tubuhnya terbang ke sana kemari mengikuti Ko Ji yang tengah melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. “Jadi….boleh aku bertanya sesuatu?” Ko Ji mengiyakan sambil mengawasi sekitarnya.  “Tentu. Apa yang ingin letnan ketahui?” “Kenapa kau tidak kabur? Dengan kemampuanmu ini kau bisa saja pergi ke ujung dunia dengan adikmu.” “Maksudmu kenapa aku memilih melindungi desa?” Yeoh mengangguk. Setelah melintasi setiap dahan dengan mudah, kini mereka keluar dari hutan dan mulai melewati dataran hijau serta sungai-sungai kecil. Sejenak, Yeoh jadi lupa dengan apa yang ia tanyakan. Perhatiannya malah terpaku pada pemandangan yang kini tengah ia lihat dari belakang punggung pria yang baru ia kenal itu.  “Ya. Padahal mereka terus memanfaatkan mu.” “Setelah aku tahu bahwa aku adalah seorang vampir, aku terus berpikir untuk tak ingin melepaskan kenangan yang sudah tercipta di desa itu. Aku hanya ingin hidup tenang. Melihat semua orang yang ada di dekatku hidup.” “Tapi kau tidak bisa menjanjikan mereka akan hidup selamanya seperti dirimu. Pada akhirnya, kaupun akan sendirian.” Ko Ji terdiam. Ada sesuatu yang membuat hatinya terasa sesak. Fakta yang dikatakan Yeoh takkan bisa ia elakkan. Entah ia harus bersyukur atau sedih, yang jelas Ko Ji mulai tak tenang. “Itu! Di sana ada bus!” ucap Yeoh saat mereka tengah berada di jalan raya yang sepi dari para zombie.  Ko Ji pun turun. Mereka terlebih dahulu mengamati bus tersebut yang hanya bisa menampung sekitar tiga puluh orang saja.  “Lalu, bagaimana caramu membawa ini?” Ko Ji membuka pintu bus lalu melenyapkan sang supir yang tersangkut tali safety beltnya. Ko Ji menunjuk kursi kemudi pada Yeoh. “Anda bisa menyetir kan?” Yeoh tak berkomentar apapun. Dan selama perjalanan kembali ke desa, Ko Ji bertugas menyingkirkan para zombie yang mencoba menghalau jalan mereka. Hingga mereka pun sampai ke desa dengan selamat. Bersambung

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD