Akhtar membuka matanya dan melihat Vienza berbaring disofa kamar mereka.
Akhtar menjambak rambutnya kasar, bisa-bisanya dia bermimpi b******a sangat panas dengan Vienza.
Padahal nyatanya, setelah dari danau mereka langsung pulang dengan mobil yang sudah menunggu mereka.
Akhtar bangun dan mendekati Vienza yang masih tertidur. Dia punya ide jahil membangunkan istri tapi temannya ini.
Akhtar mengecup pipi Vienza tapi Vienza masih nyenyak sekali.
Lalu Akhtar mencubit pipi Vienza, masih juga tidur. Akhtar mulai memikirkan cara lain untuk membangunkan Vienza dan dia dapat ide.
"Bangun atau aku cium" bisiknya ditelinga Vienza. Dan Vienza langsung duduk dari tidurnya dengan terburu-buru.
Dia menatap Akhtar dengan kesal.
"Kau ini, sudah semalaman mengganggu tidurku, sekarang malah membangunkan ku dengan seperti ini. Menyebalkan sekali" Vienza cemberut dan memukul wajah Akhtar dengan bantal sofa.
"Oh ya aku mengganggumu? Memang apa yang kulakukan."
Vienza tidak menjawab malah pergi begitu saja masuk. "hei kau mau kemana putri. Jelaskan padaku dulu."
Vienza berhenti menatap Akhtar. "Aku mau mandi pangeran, nanti saja kuceritakan". Vienza melanjutkan lagi jalannya.
"Mau ku temani sayang..." Akhtar tertawa sambil menangkap sendal tidur Vienza yang dilempar kan wanita itu.
Akhtar merasa sangat bahagia mengganggu Vienza. Akhtar memikirkan mimpinya tadi malam dan dia tersenyum, andai mimpi itu menjadi nyata. Tapi tunggu apakah dia mulai jatuh hati kepada Vienza.
Ponsel Akhtar berdering dan dia bangkit dari sofa menuju meja disebelah ranjang nya.
"Ya hallo"
"Pangeran, tuan Ghafur sudah menunggu anda di Bandara Yamun. Yang mulia Raja mengabarkan kalau tuan Ghafur yang akan melayani anda dan tuan putri selama berbulan madu."
"Ah... Baiklah Thomas, terimakasih. Dan tolong katakan pada Ghafur untuk menunggu satu jam lagi. Aku dan Vienza akan bersiap-siap terlebih dahulu."
"Baiklah pangeran"
Vienza keluar dengan handuk yang dililitkan tubuhnya.. juga rambutnya yang basah dia bungkus handuk.
Akhtar melihatnya dari atas hingga kebawah, dan Vienza buru-buru ingin masuk kedalam walk in closet.
"Hei sayang, mau kemana. Setelah menggodaku kau mau pergi begitu saja." Vienza masa bodoh dengan ucapan Akhtar, hingga dia mendengar Akhtar berkata.
"Ghafur sudah menunggu kita di bandara. Jadi jangan terlalu lama berdandan oke."
Akhtar tersenyum jahil ingin berlalu masuk kedalam kamar mandi tapi Vienza menghentikan langkahnya.
"Pangeran bisakah kita berpura-pura romantis didepan orang lain."
Akhtar sangat senang mendengar hal itu.
"Memangnya ada apa? Bukannya kau bilang kita berteman. Teman apa yang romantis.?"
"Maksudku ehm... Hanya kita berdua yang tahu hal yang sebenarnya. Aku tidak enak jika orang lain tahu kita tidak saling mencintai."
Padahal maksud sebenarnya adalah Vienza ingin Ghafur sadar kalau dia harus melupakan Vienza dan agar Ghafur bisa mencari wanita lain.
Akhtar mendekat kearah Vienza dia melingkarkan tangannya kepingang Vienza.
Kulit halus dan aroma tubuh Vienza membuat Akhtar gila.
Dia sangat ingin mendekap Vienza saat ini.
Dan akhirnya dia mengatakan apa yang sangat ingin dia katakan kepada istri tapi temannya ini. Dengan jarak sedekat ini, mata biru terang milik Vienza melihat mata Akhtar yang berwarna coklat.
"Kenapa kita harus berpura-pura Vienza?"
"Maksudmu apa pangeran?" Vienza sedikit gugup dengan jarak mereka yang sedekat ini.
"Kenapa harus berpura-pura saling mencintai dan bersikap romantis.?"
"Karena. Kamu. Tidak. Mencintaiku."
Vienza dengan susah payah mengeluarkan suaranya karena Akhtar menjelajahi leher nya meski tidak terkena langsung kekulit lehernya. Lalu Akhtar menatap wajah Vienza, menangkup wajah itu dengan kedua tangannya.
"Sekarang aku tidak ingin berbohong lagi, dan dengar kan ini baik-baik."
Vienza menggigit bibirnya karena gugup luar biasa.
"Aku mulai jatuh hati padamu, setiap aku mencoba tidak perduli padamu, hatiku selalu mengatakan hal yang sebaliknya. Aku ingin selalu dekat seperti ini denganmu."
Vienza tak percaya apa yang dikatakan Akhtar, dia tak sanggup lagi untuk berdiri. Apalagi sekarang Akhtar mencium bibirnya dengan lembut dan mesra, tidak kasar seperti sebelumnya.
Handuk yang dikenakannya hampir lepas, tapi tangan Akhtar berhasil menangkap handuk itu dan tersenyum kepada Vienza.
"Aku tidak akan memaksa mu menyukai ku dan menerima ku sebagai suamimu, jika kau ingin kita berteman maka baiklah. Tapi kau harus tahu kalau aku tidak berpura-pura Vienza."
Saat Akhtar mencium bibir manis milik Vienza, wanita itu tak merespon atau pun membalas ciuman Akhtar. Dia hanya membuka mulutnya tanda Akhtar boleh memilikinya, tapi Akhtar tahu Vienza belum menerima nya dengan hati nya.
Vienza masih menatap punggung tubuh Akhtar yang menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Rasanya Vienza mendapatkan suatu kejutan di hari ulang tahunnya. Tidak mungkin kan Akhtar mengerjainya.
Vienza memegang bibirnya dan dia ingat semalam Akhtar menyebutkan namanya saat pria itu tertidur.
Vienza mengambil ponselnya, dia menelpon seseorang sambil berjalan masuk kedalam walk in closet.
Hallo yang mulia ratu....
Seseorang yang jauh mengangkat telponnya kegirangan.
"Zia dia mengatakan mulai jatuh hati padaku. Bagaimana ini?"
Adiknya Zia disebrang sana langsung duduk antusias menanggapi apa yang dikatakan kakaknya. Vienza memang selalu bercerita apa pun kepada adiknya itu, jadi dia tahu apa yang dimaksudkan sang kakak sekarang.
"Apa nya yang bagaimana kak, ikuti saja alurnya. Lagi pula kalian sudah menikah, dan pangeran Akhtar itu sangat keren. Masa iya kakak tidak tergoda padanya. Lupakan masa lalu kak, dan jalani apa yang jadi tanggung jawabmu sekarang."
Nasehat adiknya ada benarnya juga, tapi dia tidak tahu bagaimana cara menghilangkan Ghafur dengan sendirinya.
"Aku mengerti Zia, tapi bagaimana menghilangkan perasaan yang kumiliki ini." Vienza menspeaker ponselnya agar dia bisa memakai pakaian sambil terus meminta solusi kepada adiknya.
"Oh my god kakak..., it's a easy. Makanya belajar dari dulu sama Zia kak."
Vienza memutar bola matanya malas, tapi memang benar sih kalau Zia adalah penakluk lelaki dan dia begitu mudah mendapatkan cinta baru, lalu melupakan yang lama. Tidak seperti dirinya yang hanya terjebak pada satu perasaan.
"Kak, lakukan apa yang diinginkan oleh suamimu. Dan bersikap lah sebagaimana semestinya suami istri. Nanti lama kelamaan dirimu akan terbiasa dengan semua itu, dan cinta masa lalu s****n mu itu akan hilang dengan sendirinya."
Diluar ruang walk in closet itu Akhtar tersenyum mendengar suara nasehat ntah dari siapa. Dia baru saja ingin masuk kedalam ruang walk in closet dan berhenti saat mendengar Vienza menelpon seseorang.
"Kak... Aku ada pemotretan, nanti aku hubungin lagi oke. Nikmati hidupmu kak, dan jangan terlalu memikirkan masalah yang begitu rumit. Nanti kau cepat keriput, hahahaha.... Bya kak. Cinta juga bisa datang karena terbiasa kak... I love you".
Sambungan telpon itu terputus dan Vienza juga selesai dengan dress berwarna biru muda tanpa lengannya.
Dia mengambil sebuah topi pantai dan juga kaca mata hitamnya.
Memakai flat shoes dan pilihannya jatuh pada hand bag berwarna putih.
Didepan pintu walk in closet nya Akhtar berdiri tegak sambil tersenyum.
Vienza sedikit merona akibat tatapan Akhtar tapi dia buru-buru berjalan keluar, membuat Akhtar ingin tertawa kencang.
Vienza sangat imut dengan dress nya tadi, dan Akhtar sangat menyukai wajah merona Vienza.
**************
Mobil yang dikemudikan Thomas itu sampai disebuah landasan udara, pintu mobil dibuka oleh dua orang pria berseragam serba hitam.
Vienza langsung keluar dan memakai kaca mata hitamnya. Jet pribadi milik Akhtar sudah siap dan didekat tangga masuk sudah ada Ghafur berdiri tegap memakai stelan jas berwarna putih gading dan kancing kemeja putihnya yang tidak terkancing. Dari balik kaca matanya Vienza tahu tatapan yang Ghafur berikan kepadanya, tapi dia berusaha tidak perduli Ghafur akan menanggapnya apa.
Saat tangan Akhtar melingkar di pinggul Vienza dia tersenyum manis kepada Akhtar.
"Sangat manis" puji Akhtar membuat Vienza benar-benar tersanjung.
Ghafur melihat itu tapi berusaha tenang, tapi pikirannya menanyakan apa yang terjadi kepada Vienza.
Akhtar naik kepesawat bersama Vienza, Ghafur dan thomas ikut naik dan dua orang lagi yang tidak Vienza tahu akan ada.
"Hai putri Vienza, masih ingat aku bukan."
Fasya membungkuk memberi hormat.
"Tidak keberatan bukan, jika mereka aku ajak ikut bersama kita."
Vienza hanya sedikit tersenyum dan menggeleng.
"Oh iya ini calon tunanganku namanya Aurel". Fasya mengenalkan Vienza kepada Aurel, dan mereka berjabat tangan.
Dan singkat cerita akhirnya Vienza mengetahui jika Aurel ini adalah putri bangsawan dari kerajaan Wieldburg.
Aurel memiliki tubuh mungil dan wajah yang manis.
"Dimana Tania?" tanya akhtar tiba-tiba membuat Vienza bingung.
"Oh Tania ada acara hari ini, dia akan langsung menyusul saja nanti kesana."
Akhtar mengangguk setuju dan berjalan memasuki kabin pesawat.
Vienza duduk didepan Akhtar dan mulai membuka buku yang dia bawa saat pesawat lepas landas.
Akhtar memilih bermain game, sedangkan fasya dan aurel ntah menceritakan apa yang membuat mereka berdua terlihat romantis sekali.
Tanpa sadar vienza tertidur, akhtar berdiri dan menyelimuti tubuh Vienza.
Fasya dan Aurel melihat itu semua dan tersenyum.
Akhtar duduk kembali setelah mengecup kening Vienza, ghafur juga dapat melihat semua itu. Dia tidak sanggup lebih lama lagi seperti ini, menyakitkan melihat orang yang begitu kau cintai memiliki pria lain.
Kenapa semua wanita yang dia cintai pergi meninggalkannya. Pertama ibunya dan sekarang kekasihnya, hidup seakan tidak adil kepadanya.
Setelah beberapa jam mereka berada didalam pesawat akhirnya pilot memberitahukan bahwa mereka telah tiba ditempat tujuan.
Mata vienza terbuka karena sentuhan dipipinya, bukan karena suara pilot.
Mata Vienza melotot saat Akhtar berada tepat didepan wajahnya. Senyuman manis dan menggoda milik Akhtar membuat vienza tidak bisa berucap apa pun padahal dia sangat ingin marah saat ini, marah karena Akhtar mengejutkannya.
"Maaf sayang, aku hanya ingin melihat wajah istriku." Fasya dan Aurel tertawa karena wajah Vienza benar-benar lucu bagi mereka.
Tapi Vienza hanya diam tak menanggapi, dia lebih malah melihat kearah jendela pesawat. Dan matanya berbinar melihat laut yang begitu indah, Akhtar berbisik ditelingannya.
"Siap untuk honeymoon kita sayang"
TBC...