Ania terbangun dengan wajah lesu, tenaganya seolah terkuras. Bagian belakang lehernya masih berdenyut, tetapi ia menahannya sekuat tenaga. Ania membasuh wajahnya di wastafel, rahangnya mengetat ketika melihat keadaannya sekarang. Setelah perasaannya membaik Ania check out dari hotel. Ania keluar tepat pukul 10 malam. Tidak ada tempat tujuan yang bisa ia datangi, termasuk apartemennya. Ketika itu juga, Ania memikirkan satu tempat aman yang bisa menampungnya untuk sementara. Ania membawa motornya ke arah perumahan mewan di Jakarta. Saat hendak masuk ke perumahan itu, ia dihadang oleh pihak keamanan yang berjaga. Ania hanya menyebut satu nama, pihak keamanan itu langsung masuk dan menghubungi rumah yang Ania tuju. Ania berharap semoga saja ia tidak membayahayakan anak itu. “Kau dipers