Daniel melepaskan pelukan Ania, berbalik menatap gadis itu. Ania menundukkan pandangannya, menatap kaki Daniel. Sementara lelaki itu menahan marah, apa yang barus saja Ania katakan? Bunuh diri? Atau dia yang salah dengar? “Apa yang kau katakan?” tanya Daniel setengah menggeram. Ania mengunci bibirnya rapat-rapat. “Katakan sekali lagi!” Daniel menaikkan suaranya satu oktaf. “Aku bisa mendorongmu saat ini juga dari sini,” Ania refleks mengangkat wajahnya dan mendapati Daniel memasang ekspresi yang sangat menyeramkan. Ania masih mengunci mulutnya rapat ketika Daniel merengkuh tubuhnya. Gadis itu kembali terisak, jika penderitaannya bisa di hilangkan dengan bunuh diri, Ania berkali-kali memikirkan cara itu, toh tidak ada lagi yang bisa membuatnya tetap hidup kecuali penderitaan. “Kenapa k