Ania dan Daniel berjalan kembali menuju kelas mereka, di tengah jalan mereka bertemu dengan Devan dan mengatakan sebaiknya mereka ikut menuju ruang keamanan, tempat dimana cctv berada.
Mereka bertiga akhirnya bersama-sama ke sana, kejadian tadi merupakan sebuah hal yang mengejutkan apalagi untuk sekolah mereka yang memiliki kemanan tingkat tinggi. Setibanya di kantor kemanan, para staf di sana terlihat sibuk. Namun, Daniel dengan gampangnya meminta rekaman CCTV yang tepat berada di depan kelas tadi.
Mereka bertiga mengamati rekaman CCTV itu dengan seksama, tapi tidak dapat melihat apapun. Orang yang datang ke kelas mereka hilang begitu saja, seolah-olah menghilang ketika tiba di ujung lorong. Mereka tidak dapat mencari tahu siapa orang yang menyusup itu, karena yang terlihat hanya matanya saja.
“Sebaiknya kita beristirahat, aku sangat lelah.” Daniel menyuarakan pendapatnya.
Ania setuju, pikirannya yang bercabang-cabang dan memikikan banyak hal membuat energinya terkuras. Lagipula mereka juga tidak menemukan apapun di tempat ini.
Mereka bertiga keluar dari tempat itu, lalu Ania berpisah dengan Daniel dan Devan, ia ingin pergi makan siang. Setelah memastikan Daniel dan Devan sudah jauh, Ania kembali masuk ke dalam ruagan keamanan, meminta rekaman CCTV di halaman sekolah.
Ania menyalin rekaman itu dengan cepat, lalu menghapusnya dari tempat file aslinya berada. Setelah memastikan rekaman itu tidak ada lagi, Ania keluar dari ruangan itu. Menuju kantin untuk makan siang, seperti yang dia ucapkan sebelumnya kepada Daniel.
….
Setelah berppisah dengan Ania, Daniel dan Devan menuju sebuah ruangan khusus dimana mereka berempat selalu berkumpul. Di dalam ruangan itu terdapat komputer dengan jaringan internet tanpa batas.
Daniel menuju komputernya, menyalakan benda tipis itu lalu mengetik dengan cepat. Ia tiba-tiba saja sudah dapat mengakses website yang sangat berbahaya, Darkweb.
“Ku pikir kau sudah berhenti menggunakan web kematian ini?” Dion yang tidak sengaja melihat Daniel mengakses website itu mengomentari.
Perkataan Dion, membuat Devan dan David melangkah mendekat, tertarik. Darkweb merupakan web underground yang sangat berbahaya, yang hanya dipakai oleh orang tertentu untuk membeli ataupun menjual barang ilegal, transaksi dengan pembunuh bayaran, dan masih banyak lagi.
“Hanya kali ini, firasatku megnatakan kita tidak akan menemukan penyusup tadi dengan cara biasa. Penyusup itu sangat terlatih dan hanya di tempat ini kita dapat menemukannya.” Ucap Daniel serius.
Daniel percaya firasatnya, orang yang bisa membawa pistol dan granat ke sekolah bukanlah orang sembarangan, apalagi orang itu dapat menembus keamanan ketat sekolahnya.
“Tapi, kau akan membayar sangat mahal.” Balas Devan, suaranya terdengar sangat misteriusd dan menyimpan arti tersirat.
Daniel yang menganggapnya mahal dari segi materi, hanya mengangkat bahu acuh sembari meneruskan apa yang ia kerjakn, sekarang hanya menampilkan wajah yang paling jelas yang bisa ia dapatkan dari rekaman CCTV lalu mempostingnya, beberapa detik kemudian apa yang di posting Daniel menyebar ke seluruh dunia dilihat oleh semua orang dan beberapa orang mulai mencari siapa identitas orang itu.
“Kau yakin itu akan berhasil?”
Devan menghela napas pelan, “Entahlah,”
Mereka dengan jelas dapat melihat jumlah orang yang melihat itu meningkat derastis, tidak yakin apa ada yang bisa memperoleh informasi tentang orang itu walalupun dia sudah mengatakan akan memberi imbalan 2 juta dollar sebagai hadiah.
Tidak berhenti disitu, Daniel membuat postingan satu lagi dan itu membuat ketiga sahabatnya kaget. Walaupun Daniel sudah bersikap baik kepada Ania, ia masih sangat penasaran siapa gadis yang bisa tiba-tiba masuk ke sekolahnya itu.
Ia tidak bisa mencari informasinya dimana-mana maka, hanya tempat inilah jawabannya. Daniel memasukkan foto Ania, baik foto yang ia ambil diam-diam dari belakang yang hanya menampilkan sedikit wajahnya. Betapa kagetnya mereka ketika seseorang langsung mengomentari postingan itu.
Hidden. Seorang pembunuh bayaran dengan rata-rata disewa oleh orang penting didunia dengan p********n 10 juta dollar per 1 misi.
Mereka membaca kalimat itu berulang-ulang sampai ketika postingan itu hilang setelah lima menit kemudian.
Bagaimana mungkin?
Daniel masih tidak percaya, komenta selanjutnya dari akun anonim lain.
Code Name : Hidden. Was once hired to kill the Russian Minister of Defense.
Hidden. She is one of the five cruel mercenaries in the entire world, also listed on the INTERPOL, FBI, CIA, Yakuza, etc.
Daniel melotot terkejut, ia buru-buru menghapus postingan itu sebelum menyebar. Tidak lupa Daniel membersihkan riwayat yang ia lakukan lalu mematikan komputer itu.
Belum juga kekagetannya hilang, mereka mendengar seseorang sedang mengakses kunci elektronik ruangan mereka. Nada familiar terdengar tanda bahwa pin keamanan yang mereka pasang cocok.
Ania mendorong pintu itu dengan ekspresi mengerikan. Gadis itu menggoyangkan ponselnya dengan dramatis. Ia duduk di sofa seolah-olah sudah terbiasa dengan ruangan itu. Ia baru saja tahu ketika informasi masuk ke ponselnya, menyatakan jika ada orang yang mencarinya di darkweb dan betapa terkejutnya ketika ia mengetahui bahwa Daniel lah yang memasukkan fotonya ke dalam web s****n itu.
“Sudah tahu identitasku? Aku tidak percaya kalian punya akses masuk ke darkweb.” Ania menggretakkan gigi.
Ania benar-benar tidak menduga jika mereka menggunakan darkweb untuk mencari tahu informasi tentang dirinya. Ia sudah tidak peduli lagi jika identitasnya diketahui, lagipula memang sangat sulit menyimpan rahasia di zaman seperti sekarang, ketika sangat mudah mendapatkan informasi seseorang hanya dengan melakukan peretasan ataupun cara lain.
“Kalian tahu, banyak pengguna darkweb yang tewas secara mendadak belakangan ini? Aku tidak bisa bertanggung jawab jika saja ada yang membunuh kalian di saat yang tidak terduga karena memanfaatkan informasi dari dunia bawah.” Ania menatap mereka satu persatu.
Anak-anak ini, sangat tidak tahu jika sebagian dari dunia ini sangat kelam, batin Ania dalam hati.
Suhu ruangan berAC itu bertambah dingin dibawah tatapan intimidasi dari Ania.
“Sekarang apa tujuan kalian setelah tahu aku siapa? Mau mengeluarkanku dari sekolah ini?” Ania bertanya dengan tatapan tajam.
Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Ania, sementara Daniel yang selama ini sangat suka mendebat Ania juga ikut diam.
Ania menghela napas panjang, ia berdecih lalu menyalakan ponsel untuk melakukan sesuatu di sana. Ia melakukan peretasan pada komputer yang baru saja digunakan Daniel. Ania memaksa masuk ke server komputer itu, menyalakannya lalu membuka sebuah website yang baru saja Daniel tutup beberapa menit yang lalu, darkweb.
Keempat anak lelaki itu terkejut untuk ketiga kalinya ketika melihat ke arah layar komputer yang tiba-tiba menyala. Foto mereka berempat sudah tersebar luas di website itu.
“Bagaimana? Sangat ceroboh bukan?” Ania berdecak jengkel. “Identitas kalian sudah tersebar di dalam website itu, begitupula dengan koneksi apa yang kalian miliki, bisa dibilang semua informasi kalian sudah tersebar, juga foto kalian.”
Daniel masih menatap layar monitor, di sana terdapat foto mereka berempat diposting oleh anonim yang menampilkan mereka sedang memakai seragam sekolah, dengan menatap sesuatu sangat serius.
Itu adalah kejadian beberapa menit yang lalu ketika mereka membaca informasi tentang anak perempuan yang sedang duduk di depan mereka, Ania.
“Apa kalian kira darkweb itu web biasa? Di sana ada banyak sekali orang-orang jahat, hacker adalah hal biasa di tempat itu dan kalian dengan suka rela membiarkan wajah kalian,” Ania tidak bisa melanjutkan perkataannya karena jengkel.
Ania berdiri dari tempatnya, berjalan menuju pintu yang ia masuki tadi. “Kalian bukankan punya banyak uang? Lakukan sesuatu agar wajah kalian menghilang dari web s****n itu! Jika tidak, nyawa kalian akan menjadi taruhannya.”
Ania meninggalkan ruangan itu, menutup pintu dengan pelan. Membiarkan keempat anak lelaki itu sadar bahwa apa yang mereka lakukan sangat berbahaya hanya karena penasaran.
Sepeninggal Ania, mereka seketika menghubungi pihak keamanan yang mengurusi keluarga mereka masing-masing, sibuk menjelaskan dan juga memberikan alasan tentang perbuatan yang mereka perbuat.
…..
Ania menghempaskan tubuhnya di kasur, ia berbaring lalu menutup matanya lelah. Ia baru saja tiba di apartemen beberapa menit yang lalu, setelah kejadian beruntun di sekolahnya tadi ia sangat lelah.
Ania membuka matanya pelan, menatap langit-langit. Berkali-kali menghela napas panjang seolah-olah ada beban sangat berat yang mengganjal di hatinya. Ia memutuskan untuk membersihkan diri untuk melepas lelah.
Setengah jam kemudian, ketika Ania sedang duduk santai di balkon ia mengingat ada hal yang belum ia lakukan, memeriksa siapa orang ia lihat dari jendela di sekolah tadi. Ania bangkit dari posisi bersantainya berjalan menuju sebuah monitor di dekat tempat tidurnya.
Ania memasukkan flasdisk lalu memindai wajah orang dari CCTV ke dalam sebuah aplikasi pemindai wajah. Butuh waktu cukup lama hingga proses pindaian itu selesai, Ania pindah menggunakan monitor yang berbeda.
“Wah, ini sangat melelahkan.” Ania berkata pelan.
Ania membuka website sekolah dan meretasnya, ia menghapus namanya dari data siswa sekolah. Gadis itu berniat keluar dari sekolah itu, menghilang lebih tepatnya. Sementara Ania menghapus data-datanya dari sekolah, ia kembali memperhatikan hasil pindai wajah yang ia lakukan tadi.
Ania mengangkat alisnya terkejut begitu melihat wajah yang familiar baginya, ia mengusap wajahnya frustasi. Kepalanya sakit karena terlalu memikirkan banyak hal, Ania harus menghilang dari sekolahnya nanti malam, jika tidak semua yang mengenalnya akan dalam bahaya.
Tidak terkecuali dengan anak-anak kaya itu, mereka bisa saja dibunuh di tempat yang tidak terduga sama sekali karena sudah mengenalnya. Orang yang menyusup ke sekolahnya tadi, adalah salah satu pembunuh bayaran kelas menengah yang juga dari tempatnya dulu berasal.
Tiba-tiba bel apartemennya berbunyi nyaring, Ania menghela napas pelan sebelum berjalan untuk melihat siapa yang datang. Ia membuka pintu begitu saja ketika melihat Werren berada di depan pintu.
Pria itu masuk dengan wajah cerah, namun sirna ketika melihat Ania tampak kusut. Werren meletakkan dua bungkus ayam goreng yang dibelinya di atas meja, memilih mengikuti gadis itu ke dalam kamarnya.
“Kau,” tenggorokan Ania tercekat, tidak sanggup mengatakan kalimat berikutnya.
Werren berjalan mendahului Ania lalu berdiri tepat di depan gadis itu. Ia memegang kedua bahu Ania, “Kau kenapa?”
“Kau, kembalilah menghilang.” ucap Ania dengan suara serak.
Sepertinya Werren mulai mengerti apa yang dimaksud oleh Ania. Pria itu mengetatkan rahangnya menahan emosi. Werren sudah menduga, sejak paket yang
“Karena kita tidak akan pernah aman, kecuali mati.”
….
Ania telah siap menyusup ke dalam sekolahnya, ia memakai pakaian serba hitam dengan rambut di ikat dengan memakai topeng yang seirama dengan pakaiannya. Ia membawa beberapa peralatan yang akan ia gunakan untuk mensukseskan misinya.
Ia masuk dengan melompati pagar di daerah yang menjadi titik buta CCTV, ia memanfaatkannya agar dirinya tidak terekam CCTV manapun saat masuk. Ania akan memulai dari tempat monitor CCTV berada, ia akan menghapus semua rekaman dimulai sejak ia masuk ke sekolah sampai hari ini.
Ania bergerak dengan cepat, ia sudah siaga setelah membuka pintu. Di dalam ruangan itu masih terdapat tujuh orang staf yang masih berjaga. Ania dengan sigap mengunci pintu, ia gesit mengeluarkan gas yang berfungsi membuat orang yang menghirupnya tidak sadarkan diri.
Beberapa orang staf mulai jatuh karena efek menghirup gas itu, sementara Ania harus memukul tengkuk dua orang yang masih sadarkan diri agar misinya sukses. Ia bergerak cepat menuju komputer utama di ruangan itu, mencarir rekaman CCTV yang tersimpan lalu menghapus semuanya. Tidak lupa, Ania juga akan menonaktifkan CCTV hingga pukul lima besok pagi agar aktivitasnya tidak terekam.
Begitu selesai, Ania segera keluar dari ruangan itu menuju ruangan tata usaha, ia juga akan menyingkirkan berkas miliknya. Sekarang misinya sudah selesai, ia tidak akan menampakkan dirinya di sekolah besok. Tidak, Ania tidak ingin mengambil resiko membahayakan orang lain dan tidak ingin dirinya tertangkap.
“Hei, Kau!”
Ania sedang berjalan di koridor menuju kelasnya ketika sebuah tangan memegang pundaknya. Ia membeku, tidak menoleh sedikitpun.