"Kusut aja itu muka. Kenapa lagi, lu?" Dimas yang melihat wajah Elang ditekuk ketika memasuki markas tampak penasaran saja. Tidak bersemangat seperti biasanya. Pemuda itu menjatuhkan diri di atas sofa. Menyandarkan kepala sembari memejamkan mata. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan senyum ketika mengingat notes yang ditulis oleh istrinya. Bahkan notes kecil itu dia simpan di dalam kamarnya. Hanya hal kecil tapi sanggup menyentil hatinya. Di balik sikap sinis juga ketus yang selalu Kiran tunjukkan, sebenarnya perempuan itu juga perhatian. "Woi, Lang. Elu ish ... daripada elu bengong ... sana lu bantuin kita. Ada proyek baru." Dengan semangat Elang beranjak dari duduknya. Melepas jaket juga meletakkan tas yang ada di punggung. Membayangkan jika pekerjaan yang bisa dia sel