LOVE NYA JANGAN LUPA DI KLIK YA^^
BIAR CEPET UPDATE. SEMANGAT!!
***
Mobil William terparkir di depan Toko Elena. Pria itu melihat ke dalam Toko. Toko itu tutup jam 8 malam tapi Elena sudah pulang saat jam 5 lewat. Tentunya itu perintah William yang tak bisa di langgar. William melihat Elena masih sibuk dengan salah seorang pelayan yang sedang berbincang dengannya saat ini. Sepertinya istinya itu tidak melihat kedatangannya.
William memilih keluar dari mobil dan di saat itu beberapa pasang mata beralih menatapnya penasaran. Sebagian pengunjung mungkin sudah tahu siapa William. Pria yang memiliki pengaruh cukup besar pada perekonomian Amerika.
"Eum.. Elena."panggil Key ketika melihat William memasuki Toko. Elena menoleh pada Key bertanya tapi wanita itu langsung menunjuk William dengan dagunya. Menunjuk ke arah pintu dimana William berada. Elena mengikuti arah tunjuk Key dan menemukan suaminya sedang berjalan menghampirinya.
Bibir William tersenyum, sebalah tangan kanannya terangkat menyapa istrinya. Lalu ia menunjuk jam tangan yang berada di pergelangan kirinya, mengingatkan Elena seketika tentang peraturan William. Elena mengangguk. Sadar jika ini sudah waktunya bagi dia untuk pulang. "Aku ambil tas dulu."
"Aku duluan ya."pamit Elena pada Key dan Surah dua orang pelayan di Tokonya. Elena berhambur pergi menuju ruangannya diikuti oleh William di belakangnya. Elena memasukan ponselnya ke dalam tas. Membereskan mejanya yang di penuhi kertas. Tiba-tiba ia merasakan kedua tangan melingkar di pinggangnya. Wajah William menelusup di leher jenjang Elena sebelah kanannya. Mengecup lembut leher Elena s*****l.
"Sepertinya kau begitu bersemangat di hari pertamamu bekerja."
"Tentu saja. Aku sangat bersemangat."
William membalikan tubuh Elena menjadi menghadapnya. Kedua tangannya menggengam erat kedua tangan Elena. Ekspresi wajah William berubah dari senyum menjadi serius seketika. Matanya menatap Elena begitu lekat, hingga membuat Elena sedikit takut. Apa dia melakukan sebuah kesalahan. William masihlah sama, pria yang cukup menyeramkan seperti pertama kali mereka bertemu. Bahkan jika Elena melanggar sesuatu yang sudah menjadi ketetapan bagi William.
"Perhatianmu tetap harus padaku. Kau mengerti."
Elena tersenyum mengalihkan pandangannya dari William sebelum kembali lagi memandangnya. Elena merasa bibirnya berkedut menahan senyum, William memang pria yang sangat cemburuan, bahkan jika hanya itu untuk perhatian.
"Tentu saja. Suamiku akan tetap menjadi nomor satu."
William mendekatkan tubuhnya ke arah Elena. Wajahnya mendekat untuk meraup bibir istrinya yang sejak tadi begitu menggoda nya untuk di kecup. Elena tahu apa yang akan William lakukan. Ia mengalihkan pandangannya saat William ingin menempelkan bibirnya hingga ciuman itu mengenai pipinya. William mendengus sebal. Ia tidak suka di tolak. Dan sikap Elena barusan adalah membuatnya kesal. William memainkan lidahnya di dalam mulutnya seraya menatap istrinya tidak percaya.
"Elena kau tahu aku tidak suka kau menolakku."
Elena kembali memandang wajah suaminya. Wajahnya terlihat tidak suka dan Elena sadar apa yang ia lakukan tadi.
"Aku tahu hasratmu. Ciuman itu akan berakhir dengan panas dan berlanjut hingga akhirnya kita tidak pulang. Aku tidak mau para pegawaiku mendengar kita."
"Hanya sebentar."William kembali ingin mencium Elena namun Elena kembali mengalihkan pandangannya.
"Di rumah saja ya."ucap Elena dengan nada memohon. Sungguh. Elena tak habis pikir denagn William. Bagaimana jika mereka mendengarnya, Elena tidak tahu dimana ia harus menaruh wajahnya nanti.
Rahang William mengeras karena amarah. Pria itu memilih keluar dari ruangan Elena dengan langkah cepat. William memilih pergi dari pada ia akan bersikap kasar pada Elena karena penolakannya barusan. Elena menghembuskan nafas kasar, inilah yang membuat Elena lelah dengan sikap William.
Elena menyusul William yang keluar dengan langkah terburu-buru. Tanpa Elena sadari Jasen memperhatikannya. Sejak keluar dari kantor pada jam 5 pria itu sudah di sini mengawasi Elena. Rasa penasarannya yang besar pada minat barunya itu membuatnya tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Jasen sangat penasaran dengan Elena. Wanita yang menarik perhatiannya begitu besar.
***
Sesekali Elena melirik ke arah William yang duduk di sebelah kirinya. Wajah William nampak muram karena marah. Pria itu selalu diam tak mengajaknya berbicara bahkan menyentuh menggenggam tangannya seperti yang biasa dia lakukan.
Wajahnya berpaling ke arah jendela. William marah. Elena tahu itu.
Dengan pertimbangan yang begitu banyak dan ketakutannya untuk di tolak, Elena memutuskan untuk menggenggam tangan William.
Elena menyentuh tangan itu dan mengaitkan jari jemarinya dengan tangan William. Elena tersenyum menyadarinya, tangan itu tadi begitu tegang saat ia menyentuhnya namun kemudian melemah. William seolah luluh dengan sentuhan Elena.
Sesampainya di rumah Elena turun dan menarik William bersamanya.
Suaminya itu tetap diam bahkan tidak menatapnya sama sekali tapi ia membalas genggaman tangan Elena dengan erat. Hal itu membuat Elena tersenyum senang.
"Kalian sudah pulang?."tanya Leah yang sedang duduk di sofa ruang tamu seraya membaca majalah. Dan kini melihat ke arah mereka berdua, namun tatapannya jatuh pada William.
"Ya."jawab Elena. Leah melirik ke arah genggaman tangan mereka. Lalu beralih pada William dan tersenyum pahit. Elena mengetahuinya, entah hanya perasaannya atau kecemburuannya tetapi Elena merasa Leah memiliki rasa ketertarikan pada William. Hal itu membuatnya cemburu.
"Kami ke kamar dulu."ucap Elena.
"Ya, selamat beristirahat."jawab Leah tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya cepat dengan kembali memandang majalah di tangannya.
Elena kembali menarik William ke dalam kamar mereka. Elena mendudukan William di kasur. Pria itu menurut namun saat Elena memandangnya dia mengalihkan wajahnya ke arah lain membuat Elena gemas dibuatnya.
"Suamiku masih marah?."goda Elena. Elena mendudukan dirinya di samping kiri William. Menatap penuh pada William.
"Suamiku marah hanya karena ciuman. Bagaimana jika nanti kita tidak bisa berciuman lagi?."William menoleh ke arah Elena dengan tampang marah. Dia tidak suka perkataan itu. Elena kembali merutuki dirinya, kenapa dia bisa berkata sesumbar seperti itu. Dasar Elena bodoh.
"Aku hanya bercanda."ucap Elena dengan cengiran di wajahnya membuat William mengalihkan pandangannya lagi. Elena bangkit berdiri. Ia memposisikan dirinya di depan William. Kedua tangannya menyentuh bahu William yang membuat William menatapnya.
Lalu tiba-tiba Elena meraup bibir William. Matanya terpejam menjelajahi bibir suaminya. Elena merasakan degup jantungnya bergemuruh ketika mencium bibir suaminya secara tiba-tiba. Elena tidak pernah mencium bibir William duluan sebelumnya. William selalu melakukannya pertama kali dan ini semua hal yang baru baginya. William hanya diam membuat perasaannya gelisah. Ia menjadi was-was takut William tidak menyukainya bahkan menolak ciumannya. Elena takut sekali.
Namun ketakutannya mencair ketika William membalas ciumannya. Kedua tangannya menyentuh pinggang Elena, menarik tubuhnya menjadi lebih dekat hingga membuat sebelah kaki kanan Elena terangkat ke atas ranjang. Ciuman itu menjadi semakin panas. William menarik kaki kanan Elena yang berada di atas ranjang menjadi melingkar di pinggangnya dan kemudian menarik kaki kirinya ikut menjadi melingkar di pinggangnya .
William membaringkan tubuhnya dengan Elena yang berada di atasnya. Lalu ia berguling ke kanan hingga membuatnya menindih tubuh Elena sekarang.
“Eummhhh... akhhh... ”Elena mengerang, merasakan ciuman panas William. Lidahnya menelusup masuk, melilit lidah Elena dan menghisap bibirnya dengan sangat b*******h. William melepaskan jas nya masih dengan mencium bibir Elena. Lalu melepaskan dasinya dan melemparnya asal. Dengan cepat Elena membantu William melepaskan kancing kemejanya. Ketika selesai William melepaskan kemejanya dan melemparnya ke atas lantai, lalu ia kembali berbaring di atas Elena, mencium bibir Elena. Sebelah tangan Elena meraih bahu William, lalu mencengkram rambut belakang William ketika suaminya menyedot kuat bibirnya. William merasa tenggelam di dalam birahinya. Hanya Elena yang bisa membuatnya segila ini.
***
Elena menyisir rambutnya yang setengah basah setelah di keringkan menggunakan hair dryer. Setelah melakukan adegan panas dengan suaminya kini mereka akan mengisi tenaga dengan makan malam. William sudah pergi duluan ketika mendengar George menangis. Setelah selesai Elena memutuskan untuk keluar dari kamarnya untuk menyusul William.
William pergi menuju ruang makan namun saat ingin berbelok ke dapur Elena menangkap sosok William yang tengah menggendong George dengan implusif.
Seketika perasaannya berubah menjadi sendu. Seharusnya...
Seharusnya hal itu menjadi kenyataan. Tapi sekarang malah menjadi impian manis dalam bayangan. Elena terdiam di tempatnya. Kedua matanya terfokus menatap aksi William yang penuh Kasih sayang sedang mencoba menidurkan George. Leah muncul berdiri di samping William. Kedua nya memperhatikan George dengan senyum cerah yang sukses membuat hati Elena seolah disayat akan goresan menyedihkan.
Lihat mereka. Bukankah itu keluarga yang begitu manis. Seharusnya mereka seperti itu bukan. Kalau saja Elena bisa menjaga bayi mereka. Kalau saja ia tidak membuatnya terbunuh. Kalau saja.....
Banyak sekali kalau saja ,dan seharusnya Elena tidak ceroboh. Tentunya mereka akan sangat bahagia dengan bayi mereka saat ini.
Elena mengalihkan pandangannya saat air matanya terjatuh. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Adegan manis itu menyakitinya. Menyakiti perasaannya. Elena melangkah pergi menuju Taman belakang rumahnya. Elena berdiri di pintu kaca yang menghadap ke arah Taman. Ia menyeka air matanya yang terjatuh. Tanpa Elena sadari Leah melihatnya. Melihat saat Elena memperhatikannya sedang bersama William dan George.
Saat Elena pergi Leah pergi dari William mengikuti Elena. Kini ia berdiri di belakang Elena dengan kedua tangan terlipat di depan d**a. Leah melangkah maju dan berhenti ketika ia berdiri di samping kiri Elena. Senyuman sinis itu di sana. Terlukis di wajahnya.
"Dia bahagia? Kau bisa lihat raut wajahnya kan?."
Elena menoleh pada Leah di sebelah kirinya.
"Aku memiliki bayi yang William inginkan dan tidak ia dapatkan darimu. Dia bisa saja menendangmu sebentar lagi. Saranku...... kau bersiap saja."
Kedua mata Elena mengerjap tidak percaya atas apa yang Leah katakan. Elena mendengus mendengar perkataan Leah. Elena menyeka air mata di wajahnya, beralih menatap Leah dengan tatapan tidak suka.
"Apa maksudmu?."
"Kau pikir apa yang baru saja kau katakan. Jangan bilang kau menyukai suamiku!."ucap Elena sarkatis.
Leah sedikit mencondongkan wajahnya ke arah Elena. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum sinis. Elena merasakan rahangnya mengeras, ia tak suka dengan sikap Leah saat ini. Wanita itu bersikap seolah ia ingin di singkirkan.
"Menurutmu!."ucapnya lalu menarik kembali wajahnya dari Elena.
"William mencintaiku. Dia tidak akan meninggalkanku."ucap Elena percaya diri. Leah berdecak. Matanya menatap sinis Elena. Kedua tangannya terkepal dengan erat.
"Kau kira apa yang kau tahu tentang perasaan menurut William."
"Kau tidak mengenalnya dengan baik seperti aku mengenalnya."ucap Leah sombong.
"Siapa kau sebenarnya?."ucap Elena dengan penekanan pada setiap katanya.
"Teman terdekatnya. Kami bahkan hampir menikah."
DEG!
DEG!
DEG!
Hati Elena baru saja di tusuk dengan pedang, terasa begitu perih karena ucapan Leah barusan berhasil mengoyak perasaannya. Hatinya terasa hancur seketika. Perkataan Leah membuatnya terdiam dalam kebisuan, mencerna setiap perkataan Leah yang cukup mengejutkannya. Tubuh Elena terasa lemas. Pikirannya kalut dalam emosi yang jelas datang memburu namun anehnya membuat tubuhnya mati rasa.
Hati Elena tertohok karena perkataan Leah. Ia sangat ingat sekali jika William mengatakan jika Leah adalah istri dari ipar ibunya.
Bagaimana bisa dia berkata seperti ini padanya.
"Jangan bohongi aku. Ini sangat tidak lucu. Bukankah kau istri dari... "
"Kau percaya?."potong Leah membungkam mulut Elena.
"Aku tahu siapa kau dan hubungan masa lalumu dengan Ethan si anak tiri br**s*k itu."ucap Leah penuh penekanan pada setiap kalimat yang di katakannya.
"Seharusnya kau ikut mati bersamanya. Seharusnya kau tidak pernah muncul di hadapan William. Bahkan melibatkan dirimu diantara mereka berdua. Kau sama br**s*knya dengan pria itu"
Leah tersenyum sinis.
"Menyedihkan. Aku kasihan padamu. Lihat bagaimana William menutupi aku darimu."Leah tersenyum dengan smirk di sudut bibirnya. Dia menang. Leah berhasil melukai hati Elena. Membuatnya menang telak dari wanita itu.
Leah melangkah pergi meninggalkan Elena dengan kedua mata berkaca-kaca. Air mata sudah memenuhi kedua mata cantiknya. Hingga saat Leah lenyap di balik dinding air mata itu lolos membasahi wajahnya. Melukiskan rasa sakit yang begitu dalam di hatinya.
Seketika tubuh Elena tumbang. Entah kenapa Elena merasa bobot tubuhnya terasa begitu berat. Atau tubuhnya yang begitu lemas mendengar kenyataan yang Leah katakan. Elena mukai terisak merasakan sesak yang begitu besar seolah menggerogoti hati dan perasaannya begitu dalam.
William membohonginya benarkah?
Benarkah itu?
Haruskah Elena mempercayainya. Tapi kenapa?
Elena merasakan denyut keras menghantam kepalanya, kepala nya terasa berat memikirkan semua itu. Rasanya sangat sakit. Sakit sekali hingga kedua tangannya menekan kepalanya dengan kuat.
Tbc.
JANGAN LUPA LOVE NYA YA^^