BAB 7

1639 Words
JANGAN LUPA LOVE NYA YAAAAAA^^ *** Setelah selesai keduanya pergi sarapan, di salah satu kursi Leah sudah bersiap dengan makanannya. Tak jauh dari tempatnya duduk seorang pelayan tengah memberikan s**u pada bayi Leah. Leah mendongak menatap William dan Elena yang baru saja datang. Elena memperhatikan bayi Leah, lalu entah kenapa ia tergerak menghampiri bayi Leah dan menggendongnya. Sepertinya naluri keibuan Elena mulai muncul, setiap wanita akan memiliki naluri keibuan dengan sendirinya ketika ia akan menjadi seorang ibu. tapi sayangnya bayi tidak bisa selamat saat naluri itu muncul. "hai George, selamat pagi. Kau tampan sekali."Elena mencium pipi George membuat bayi itu tertawa. Elena menoleh pada Leah seolah meminta ijin padanya. "tidak apa kan?." "tentu saja. anggap saja dia anakmu sendiri."jawab Leah memberikan ijin, Elena nampak senang mendengarnya. Mereka bertiga menghabiskan sarapan. William tak henti-hentinya tersenyum melihat Elena yang terlihat begitu akrab dengan George. Istrinya bahkan harus sarapan menggunakan satu tangan karena bercanda dengan George hingga membuat bayi laki-laki itu tak henti-hentinya tertawa. *** "Selamat tinggal George, sampai jumpa nanti sore."Elena melambaikan tangannya pada George, namun bayi laki-laki itu malah menangis seolah tak ingin Elena meninggalkannya. Elena tertawa ketika George seolah ingin menggapainya. Elena masuk ke dalam mobil. sementara William masih berdiri di samping Leah. "aku pergi dulu. ingat jangan sunkan saat berada di sini." Leah mengangguk, bibirnya tersenyum lebar ketika mendengar ia mendapatkan ijin dari William. Pria itu begitu baik padanya. "terima kasih." kedua orang itu tersenyum dan entah kenapa hal itu malah membuat hati Elena terusik saat melihatnya. Elena memalingkan wajahnya, kaca jendela yang terbuka ia tutup lalu duduk bersandar dengan pandangan lurus. Tak lama William masuk ke dalam mobil dengan duduk di sampingnya. Elena terdiam menjadi sedikit canggung. Kenapa hal tadi malah membuatnya terlihat seperti seorang suami yang sedang berpamitan dengan seorang istri. Salahkah Elena jika ia cemburu ? "Kalian terlihat serasi."gumam Elena seraya memandang lurus. Ucapan Elena membuat William melirik ke arahnya. "Kenapa kau berkata begitu."ucap William dengan nada suara tidak suka. "Hanya opini."lanjut Elena bergumam. Masih tidak menatap William. "Aku tidak suka kalimat itu."timpal William. Elena tak membalasnya ia memilih untuk diam karena jika di perpanjang mereka bisa beradu argumen lebih dari itu. Kini ia lebih memilih untuk menatap ke jendela di sisinya. Elena terhenyak ketika William menggenggam tangannya dan mencium punggung tangannya. “Aku mencintaimu Elena.” *** Elena dan William sampai. Elena melihat dengan antusias sebuah Toko Pastry yang cukup besar akan di pimpin olehnya. William memberikan toko ini padanya. pemiliknya mengalami kolep dan menyerahkan usahanya pada William, dan William memberikan itu untuk di kelola istrinya. Elena cukup berpengalaman karena dulu dia sempat bekerja membantu bibi temannya selama 1 tahun. dia cukup mengenal tentang bisnis tersebut, dan bagi William setidaknya Elena tak terikat pada orang lain dan dia bisa mengontrol istrinya sesuka hatinya. "Terima kasih ini luar biasa. Aku pergi."Elena ingin keluar dari mobil namun William langsung menahan pergelangan tangannya. Elena berbalik menatap William dengan bingung. Apa dia melupakan sesuatu, atau William ingin mengatakan sesuatu padanya.  "Ada apa?.”tanya Elena pada William yang menahannya untuk keluar. William melirik ke arah supir nya dari kaca spion, lalu sopirnya keluar dari dalam mobil meninggalkan Elena dan William hanay berdua di dalam mobil. Elena melihat kepergian sopirnya lalu beralih pada suaminya yang kemudian menerjang bibirnya tiba-tiba. William melahap rakus bibir Elena, berciuman dengan panas. menikmati setiap inchi bibir istrinya seolah ini pertama kalinya mereka berciuman. Elena hanya bisa pasrah menerima segala perlakuan William karena suaminya tidak bisa di hentikan untuk apa yang ia inginkan. Bukan?! Setelah bermenit-menit lamanya mereka menghentikan ciuman tersebut. William mengelap bibir Elena menggunakan ibu jarinya. Ia tersenyum melihat bibir merah Elena yang sedikit membengkak. Ia mengecup singkat sekali lagi bibir semanis cherry itu. Tidak ada kata bosan bagi William untuk menikmati bibir lezat istrinya."Kau tidak berniat pergi dariku tanpa ciuman perpisahan bukan!." "Maafkan aku."sesal Elena membuat William terkekeh kecil. "Ku maafkan. Tapi tidak ada tolerir untuk selanjutannya. Ku hukum jika kau lupa, selamat bekerja istriku."ucap William membuat pipi Elena merona. "Aku akan menjemputmu pukul 5."katanya saat Elena keluar dari mobil. Elena mengangguk lalu melambaikan tangannya pada William. Ketika mobil itu sudah pergi dari hadapannya Elena baru masuk ke dalam. *** Elena masuk ke dalam Toko Pastry miliknya, beberapa pegawai memandangnya sedikit takjub. Kata William ada 7 pegawai di sini. 2 orang koki pembuat pastry, 1 orang peracik minuman dan 1 orang lagi pembantu dapur. Sisanya 2 orang pelayan toko dan 1 hrd. Memanage keuangan Elena yang memegangnya langsung bersama Hrd. Para pegawai membungkuk hormat padanya yang di balasnya dengan senyuman ramah. "Elena ?." Elena menoleh ke arah sumber suara, mendapati seorang gadis dengan rambut pendek di atas bahu yang memanggilnya, kini ia sedang tersenyum dengan wajah berbinar. Menatap Elena yang tersenyum padanya. Ia mendekati Elena dengan mimik wajah takjub. Matanya berbinar, yang membuat Elena tertawa. "ini benar Elena kan? ini aku Key. Aku adik kelas mu di SMA. Aku wartawan Sekolah yang meliput kekasihmu, Ethan saat pertandingan basket nasional." . . . . . . Elena terdiam. Mencoba kembali mengingat masa lalunya. Lagi-lagi masa lalunya kembali teringat, dan nama Ethan kembali disebut-sebut di hadapannya. Butuh beberapa menit bagi Elena bisa tersenyum, seolah baik-baik saja ketika mendengar nama itu. Elena tersenyum ramah pada Key. Elena mengingat Key, wanita periang itu dulu mewawancarai Ethan. Tetapi semakin memutar balik untuk mengingat Key, Elena hanya semakin mengingat Ethan dalam hidupnya. "aku ingat Key. Kau semakin cantik." "Terima kasih, anda bisa saja. Jadi  yang akan jadi atasanku. Wah tak bisa ku percaya. Tapi yang ku dengar nama suami dari pemilik baru kami bernama William. Apa kau sudah tidak bersama dengan Ethan lagi? kenapa? Padahal kalian serasi sekali." . . . . . "Ethan... sudah meninggal Key." *** SROTTTT Key menangis sesegukan mendengar cerita Ethan yang meninggal karena kecelakaan dan kenangan masa lalu yang Elena ceritakan padanya. Key tidak habis pikir Ethan, senior di Sekolah menengah nya dulu bisa meninggal dengan tragis seperti itu. Dulu mereka bertiga cukup dekat. Key adalah wartawan Sekolah. Prestasi Elena dan Ethan di sekolah membuat keduanya menjadi incaran nomor satunya untuk di wawancarai dan masuk dalam koran sekolah. Key selalu ingat bagaimana Ethan memarahinya jika Key meminta Elena untuk membantunya membujuk Ethan untuk bisa di wawancara. Dan mereka akan adu mulut setelahnya. Key selalu ingat hal itu. Elena dan Ethan adalah sunbae favoritenya. Sunbae yang sangat baik dan friendly membuat Key merasa nyaman berteman dengan mereka. Jangan tanya Elena bagaimana. Wajahnya begitu kacau karena menangis. Kenangan bersama Ethan selalu membuatnya mengeluarkan air mata. Elena menghapus air mata di pipinya menggunakan tisu. Cukup sudah. Ia harus berhenti menangis sekarang. Banyak hal yang lebih pening baginya untuk di pikirkan si bandingkan harus selalu mengenang masa lalunya bersama Ethan. Terlalu mudah untuk di katakan, tapi sangat sulit. Sangat sangat sulit bagi Elena untuk bisa melepas kenangan itu. "Hei. Kau tidak boleh menangis. Kau harus melayani para pelanggan." Key mengangguk masih dengan tangis di wajahnya. "Aku lupa.. Hiks.. Hiks.. Hiks.." "Maafkan aku… hiks.. Hiks.. Hiks.." Elena terkekeh melihat Key. Ia menyodorkan tisu padanya yang wanita itu ambil dan kembali membuang ingusnya, hal itu kembali membuat Elena terkekeh. *** Dua pemuda tampan memasuki Toko Pastry. Jimmy nama salah satu pria tersebut. Ia mengajak teman nya ke sana ketika jam kantor malan siang. Kantornya tidak jauh. Selisih 2 Toko sebelum sampai pada Kantornya di sebrang. Toko yang memiliki kesan yang cukup bagus, mulai dari rasa, harga dan kondisi tempatnya yang cukup nyaman. "Pastry di sini enak dan coffeenya sangat harum. Kau mau apa biar ku pesankan?" Pria bernama Jasen itu menatap papan menu yang tergantung di dinding atas di tempat kasir. Semuanya terdengar enak, namun tidak benar-benar menarik perhatiannya untuk dipilih. "Terserah kau saja. Tapi aku mau coffee late. Jangan terlalu manis." "Okey."Jimmy melangkah pergi meninggalkan Jasen yang kini mendudukan dirinya di salah satu kursi di dekat jendela. Kedua matanya mengedar ke segala penjuru ruang. Tempatnya tidak begitu besar. Tapi selalu ramai. Bahkan sekarang begitu ramai. Tempat ini di d******i warna coklat kayu. Mulai dari kursi meja dan tiang ruang. "JION."teriak salah Serang wanita pada bocah laki-laki yang berlari menjauh darinya seraya tertawa. Jasen beralih melihat ke arah mereka ingin tahu. Bocah laki-laki itu menjauh dari ibunya yang tengah menikmati dessert. Seolah mengajak sang ibu bermain ia meledeknya dari jauh. Menjulurkan lidahnya meledek membuat sang ibu sedikit kesal. "Cepat kemari Jion."perintah sang ibu dengan ancaman dari sorot matanya. Tapi bocak laki-laki itu tidak mengerti ia tetap di ujung ruang seraya tertawa tersenyum dengan cengiran di wajahnya. Bocah laki-laki itu bersiap berlari untuk kembali pada sang ibu namun ia hampir saja tertabrak dengan troli piring kotor yang baru saja masuk kalau saja Elena tidak menarik tubuhnya dengan cepat. Bocah laki-laki iti berbalik dan memandang Elena yang tersenyum ramah padanya. Elena berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan si anak laki-laki tersebut. "Tidak apa-apa?." Bocah laki-laki itu mengangguk. "Jangan berlarian ya. Nanti kalau jatuh terus berdarah bagimana.."seru Elena menasehati seraya mengusap kepalanya lembut. "Ya. Terima kasih."jawabnya. Elena tersenyum memandangnya lalu menuntun bocah laki-laki itu menuju ibunya. "Terima kasih.”ucap sang ibu pada Elena. "Sama-sama. Saya permisi. Sampai jumpa Jion."Elena mengusap pucuk kepala sang bocah laki-laki tersebut sebelum pergi. Jasen terus memperhatikannya. Kedua sorot matanya terpaku menatap Elena. Jasen ingat siapa wanita itu. Wanita yang berpapasan dengannya di pemakaman, dan sukses membuat jantungnya berdegup saat pertama kali melihatnya. Elena pergi menuju kasir. Sepertinya mengontrol karena ini pertama kalinya ia di sini dan dia mau mengenal semua aktifitas Tokonya dengan baik. Jasen terus memandangnya tanpa ada kata bosan. Elena seolah menyedot minat ketertarikan Jasen padanya. Tiba-tiba arah pandang Jasen terhalang dengan wajah Jimmy yang berada di hadapannya. "Hei Jasen apa yang sedang kau pandang ?. Aishh... dasar kau ini."goda Jimmy penasaran. Jasen mendelik. Mengalihkan wajahnya malas. Jimmy menolehkan wajahnya ke belakang. Merasa penasaran dengan apa yang sedang Jasen lihat dengan begitu terpananya tadi.  Seorang wanita dan Jimmy ingat dia pemilik dari Toko ini. Jimmy kembali menolehkan wajahnya pada Jasen dengan senyuman aneh. "Hey. Dia itu sudah bersuami. Ingat itu."ucap Jimmy memperingatkan. "Apa maksudmu?!."ucap Jasen seolah tak mengerti dengan ucapan Jimmy. "Aishh.. Bocah ini. Aku tahu kau mengerti apa maksudku!."Jasen mendengus lalu memilih untuk menyeruput coffenya. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Elena. TBC JANGAN LUPA LOVE NYAAAA YA^0^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD