When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Shera sampai meringis berusaha menepis cekalan tangan Liam. Rasanya malu bukan main ditarik oleh atasannya saat suasana lobi sedang ramai oleh lalu lalang pegawai. Namun, Liam tidak ambil pusing. Dia terus menggandeng tangan Shera menuju kafe tak jauh dari pintu utama itu. “Lepasin dulu! Malu dilihat banyak orang aku diseret kayak kerbau begini. Pak!” geram Shera sampai kewalahan mengikuti langkah lebar Liam karena dia mengenakan sepatu hak tinggi. Sumpah, kalau bukan sedang di kantor pasti sudah dia jambak rambut pria yang selalu menyebalkan ini. Sampai kemudian tiba-tiba kaki Shera kesleo dan nyaris tersungkur. Liam menoleh kaget, lalu buru-buru menarik tangan Shera yang masih dia gandeng. “Kebiasaan kalau jalan nggak lihat-lihat!” bentaknya kesal, tapi seketika dia langsung diam mel