When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Liam berdiri di depan lift menunggu Shera yang masih mampir ke toilet dulu. Dia hanya mengangguk ketika para pegawai yang juga hendak pulang menyapanya sopan. Yang tidak kenal Liam pasti mengira dia sombong, karena mukanya yang lempeng dan irit senyum itu. Tapi, pegawai disana sudah paham kalau orangnya memang seperti itu. Terlebih atasan mereka sedang menerima telepon. Iya, Cello menelpon minta Liam dan Shera untuk menyusulnya di kafe Gala. Lama mereka tidak pernah nongkrong bareng. Terlebih sejak Liam punya Ganesh dan Shera, dia jadi lebih betah di rumah. Ditambah cekcok mereka dengan Sean, padahal biasanya kan selalu ngumpul setiap kali ada waktu longgar. “Kalau kami mampir kesana dulu, nanti Nesh ngambek. Kalian saja yang pergi. Lagi Shera belum tentu nyaman nongkrong sama anak-anak