When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sean bangun, berdiri gugup menghadapi amukan papa Nay. Iya, sejak pertama kali diperkenalkan dengan Nay di ulang tahunnya, Satria Lin memang mengundangnya datang ke rumah mereka. Namun, hingga detik ini Sean tidak pernah punya keberanian memenuhi undangan itu. “Sebelumnya saya minta maaf atas kejadian di mall kemarin. Saya Juga tidak tahu kalau Eliya akan berbuat sekasar itu. Padahal kami benar-benar tidak punya hubungan apa-apa, Om,” ucap Sean akhirnya memberanikan diri untuk memberi penjelasan. “Hanya teman tidur. Iya kan?” sindir Satria menatap muka Sean yang ternyata sudah ada bekas tonjokan. Dia kembali duduk di samping istrinya yang tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan kemarahan suaminya. “Iya, saya memang sebrengsek itu. Tapi sumpah, saya tidak pernah punya niat berbuat m