When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Liam menggeliat bangun, meringis merasakan tangan kirinya kebas seperti tertindih. Kaget, matanya yang baru membuka seketika mengernyit tajam mendapati wanita tengah tidur pulas di pelukannya. Jantung Liam berdegup kencang, diam tanpa berani bergeming sedikitpun karena takut membangunkan Shera. Seperti lupa akan tangannya yang kebas kesemutan, dia kemudian justru tersenyum melihat kening Shera yang benjol membiru. Semalam meski pulang dalam keadaan mabuk, tapi dia masih ingat yang terjadi setelahnya. Jatuh menimpa Shera di sofa, dipapah masuk kamar, keinginan Ganesh untuk tidur bertiga, juga tangis Shera. Setengah menunduk Liam menatap wajah cantik Shera yang mendusel nyaman di dadanya. Entah siapa dulu yang memulai, karena nyatanya mereka berdua saling berpelukan. Liam hanya berpikir,