22. Terima kasih hujan

1326 Words

                                 “Erlangga?” Bibir mungil itu bergetar, menyebutkan nama yang tanpa disadarinya kini sudah melekat di hatinya. Air matanya berlinang sukses menghujani kedua pipi mulusnya. “Kenapa lo ke sini?” Qiana segera meraih payung dari tangan Erlangga. “Tangan lo masih sakit, kenapa lo ke sini?” tanya Qiana lagi cemas.  Erlangga tak menjawab. Ia hanya menatap gadis yang sudah beberapa hari ia rindukan dengan begitu parahnya. “Lo tega banget sama gue, Na?” Tangan kiri Erlangga segera memeluk gadis itu erat. “Kenapa lo nggak jenguk gue lagi? Lo nggak tau gue hampir gila di rumah sakit?” Erlangga memejamkan matanya, menghirup harum rambut Qiana. “Gue nggak mau tau. Lo harus tanggung jawab, gue sayang sama lo. Oh, bukan. Gue udah cinta sama lo. Dan gue mau, lo bal

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD