10. Gadis cerdas yang bodoh

1275 Words
"Tidak ada yang tahu kapan rasa cinta itu datang. Yang jelas, ketika melihatmu. Rasa itu memang hadir tanpa aku menyadarinya" *** "Sudah jatuh cinta lo! " Sean terperangah saat melihat siapa cowok di sampingnya. "Lo ngapain di sini? "Sean cemas sudah jelas keberadaan cowok itu di sana sangat berbahaya terutama untuk gadis yang saat ini sedang asik ngobrol bersama Lulu Kinanti "Siapa tuh cewek, pacar lo? " Sean terdiam. jangan sampai cowok itu tau kalau Qiana dekat dengan salah satu dari kelimanya. "Bukan, bahkan gue enggak kenal"jawabnya. "Oya, mana antek-antek lo? Kurang seru kalo cuma sendirian yang gue hajar." "Kenapa lo enggak berani? "Sean menyeringai. "Ayo kita bicara di luar" ajak Sean. Ia melangkah lebih dulu keluar pintu, meski ia tahu keberadaannya yang sendirian akan membuatnya babak belur, tapi bagaimana lagi inilah satu-satunya cara agar Qiana bisa aman dari Glen. Glen adalah musuh terbesar BRAYUDA. Terutama dengan Sean dia akan menjadi dua singa yang perang ketika bertemu. "Sebenarnya apa mau lo nyamperin gue? ", ujar Sean datar setelah mereka sama di parkiran yang sepi. "Gue kangen sama lo, terutama... " BUGGHHHH!! Tiba-tiba saja Glen menonjok rahang menawannya Sean. Tentu saja Sean sempoyongan ia belum siap dengan serangan ini. "Brengsekk lo! Apa maksudnya ini! " Sean mengusap darah segar di sudut bibirnya. "Ahaha... Jangan bodoh Sean ini pasti terjadi setiap kita bertemu, lo lupa Sean" Glen kembali ingin memukulnya. Tapi Sean lebih dulu melayangkan bogemnya, dan Glen-pun terhuyung ke samping. "Lo lupa Glen, masalah kita sudah kelar. gue udah enggak minat berurusan lagi sama lo" "Menurut lo kelar, menurut gue enggak. jadi gimana mau satu lawan satu atau lo jadi babi cincang di sini" ujar Glen dengan seringaian seramnya. "Piuh..."Sean membuang ludah di depan cowok itu."Lo pikir gue bakal takut, gue enggak takut meski gue sendirian mana jongos-jongos lo? " Tantang Sean, menatap tajam cowok di depannya. Lalu... "Guy's... Keluar" seru Glen santai. Lalu beberapa detik kemudian datang tujuh cowok dengan membawa macam-macam s*****a. Seperti cerulit, rantai, samuray, pemukul dan yang lainnya. Sean membelalak ternyata Glen memang sengaja mendatanginya untuk menghajar dirinya, wah.. Ucapan Glen benar bisa jadi babi cincang dia! Sean menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa kering, berharap Erlangga dan sahabatnya yang lain bisa mendengarkan percakapan tadi lewat penyadap di bajunya. Siall... Kalo Erlangga masih balapan bisa-bisa enggak denger percakapan gue tadi... Sean membatin, dengan sikap siaga. "Bagaimana Sean? " Glen mulai memainkan rante di tangannya, bisa di bayangkan kepala Sean akan jadi apa kalo rantai itu mendarat di kepalanya. "Gue enggak nyangka ternyata lo pengecut, beraninya main keroyokan" Sean berusaha mengulur waktu. "Mau satu lawan satu juga boleh mundur guy's" ujar Glen pada ketujuh temannya. Dan Sean tersenyum kecil Glen bisa ia pengaruhi, dengan begini ia bisa mengulur waktu sampai kedatangan Erlangga dan teman yang lainnya. Sementara ini Qiana sudah bosan menunggu Sean yang pergi gitu aja ketika ia ngobrol dengan Lulu tadi. Lalu ia beranjak berharap bisa menemukan cowok itu. Qiana terus berjalan menuju parkiran dia putuskan untuk pulang saja. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan cowok-cowok yang mengerubungi satu cowok di dalamnya yang merintih kesakitan. Entah kenapa perlahan tapi pasti gadis itu melangkah mendekatinya. Meski kedua kakinya kini bergetar tak karuan. *** "HENTIKAANNN!!!" Teriakan seorang gadis membuat ke delapan cowok yang sedang memukuli Sean terhenti dan menatap ke arahnya.  "Berhenti guy's ada saksi mata kita bisa di tangkep polisi! "Seru Glen, lalu ketujuh cowok itupun berhenti.  Namun justru kini yang jadi ancaman bukanlah Sean, tapi justru gadis itu.  Perlahan kedelapan cowok itu menghampiri Qiana yang semakin pucat ketakutan karena tatapan tajam dan seram dari kedelapan cowok itu.  Sial... Kenapa Qiana ke sini.. Sean mencoba menguatkan dirinya, agar bisa bangun dengan rasa sakit yang luar biasa dari sekujur tubuhnya. "Lo di mana? Erlangga lo dimana, Erlangga s****n lo di mana! "Teriak Sean pada penyadap di kerah bajunya. Ia tak bisa bangun sekujur badannya sudah lemas dan darah di perutnya sudah banyak keluar. Akibat kena pisau nya Glen tadi. Meski tidak dalam, tapi darah yang keluar membuat tubuhnya lemas, dan kepalanya pening. Tuhan.. Lindungi Qiana... Kepalanya mulai terasa pusing.  "Hay cantik" Glen menatapnya seram, Qiana menunduk dalam demi apapun ia amat sangat takut untuk sekedar membalas tatapan dalam cowok itu.  "Tidak, jangan mendekat"Qiana mundur dan mengangkat sebelah tangannya.  "Kenapa cantik ?" Glen senyum kecil, ketakutan yang diperlihatkan gadis itu malah membuatnya semakin tertarik.  "Siapapun kalian. Cepat pergi, karena aku sudah menelpon polisi,cepat! "Ujar Qiana berusaha tenang.  Dan Glen beserta ketujuh temannya malah tertawa dan itu membuat Qiana semakin ketakutan luar biasa.  Keringet dingin di sekujur tubuhnya sudah mulai bercucuran,ia tiba-tiba merasa pusing dan mual karena tubuhnya yang gemetar hebat.  "Aku suka cantik..." Glen menarik tangan gadis itu, dan meraih tubuhnya dan di dekapnya.  Qiana menggigit bibir bawahnya sendiri dalam.  "Lepaskan aku!" Qiana mendorong tubuh cowok itu.  "Cantik juga guy's,enaknya kita apakan cewek ini?" Glen mengangkat rahang gadis itu. Sehingga Glen bisa melihat kedua mata cantik yang penuh airmata ketakutan itu.  Sejenak Glen terkesiap, betapa kedua mata itu sangat indah dan... Apa yang terjadi dengan dirinya ketika airmata itu meluncur membasahi kedua pipi mulus yang dimiliki gadis itu.  Glen melepaskan gadis itu begitu saja dan bahkan ia mundur beberapa langkah dari gadis itu.  "Kita pulang guy's! "Tegas Glen, lalu merekapun pergi setelah Glen kembali menatap gadis itu lagi.  Kenapa gue....! *** "Sean!!! "Qiana segera meraih kepala Sean kepangkuannya, dengan tangisnya yang mulai pecah. Sean tersenyum menatap seorang gadis cantik yang menangisinya dan gadis hebat yang sudah mengusir seorang GLEN PRAYOGA  anak dari seorang mafia. Yang ia tahu memang sangat berbahaya, terutama buat seorang gadis seperti Qiana. Glen terkenal gila perempuan, ia akan menjadikan perempuan yang cantik sebagai boneka mainannya. Dan lantas campakannya setelah bosan.  Perlahan Sean mengangkat tangannya mengelus lembut wajah gadis itu meski terasa berat untuk sekedar mengangkat tangannya saja.  "Gadis bodoh, bagaimana kalo mereka ngapa-ngapain kamu coba" lirihnya dengan menahan sakit yang amat sangat di perutnya,  "Sean..."lirih Qiana bergetar ketakutan melihat darah di perut cowok itu.  "Gue udah telpon ambulan, sabar sebentar lagi ya"ucapnya lembut.  "Cantik...! "Lirih Sean dengan senyuman manisnya, meski nyawa cowok itu sedang di ujung tanduk. Tapi tetap saja jiwa cassanovanya masih melekat padanya. "Bertahan ya Sean" Airmata gadis itu jatuh membasahi wajah Sean di bawahnya, sehingga dengan cepat Qiana mengusapnya dengan tangan mungilnya.  Tapi Sean menahannya dan menggenggamnya hangat.  "Terimakasih, lo nyelametin gue Qiana" ucapnya dengan suara dalam.  "Gue sayang lo Qiana! "Qiana membeku ucapan cowok itu membuat napasnya seakan berhenti.  Dan Sean menutup matanya.  Tidak... Sean tidak... lirih cemas hati Qiana. Lalu gadis itu memegang nadinya Sean. Ia sedikit lega karena nadinya masih berdenyut meski lemah. Erlangga dan ketiga sahabatnya sudah sampai di rumah sakit, dan di temuinya saat ini seorang gadis tengah menggigil ketakutan dengan noda darah yang mewarnai dresh putihnya. Duduk lemas di kursi penunggu.  Wajahnya pucat dan airmatanya mengalir tanpa henti, perlahan Erlangga mendekatinya.  "Lo enggak apa apa, Qiana? "Lembut Erlangga meraih bahu gadis itu.  Perlahan Qiana mendongak.  "Lang...." lirihnya, dengan mata yang merah bengkak dan sembab. Erlangga menatapnya sangat cemas. "Lang... "Lirihnya lagi, lalu tiba-tiba saja ia terkulai lemas dan Erlangga segera meraihnya dan membopongnya. Setelah membawanya kekamar pasien, dan menidurkannya dengan hati-hati. Erlangga menatapnya dalam dan sangat hangat.  Perlahan tangannya terangkat dengan refleksnya, lalu menelusuri pipi mulus itu oleh punggung jari-jemarinya. Bibirnya mengulas sebuah senyuman indah, betapa ia tidak pernah merasakan kehangatan ini selain ketika ia menatap wajah cantik di depannya ini.  Berani-beraninya lo datang dan tanpa permisi masuk ke dalam hati gue...apa lo enggak tau sebesar apa gue nahan perasaan ini...  Apa lo tau bagaimana tersiksanya perasaan gue saat berhadapan dengan lo seperti ini... Gue harus nahan hasrat gue... Gadis bodoh... Maaf gue lancang lagi... Cupp...! Sebuah kecupan dalam dan lama mendarat di kening gadis cantik yang kini sedang tertidur lelap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD