Naya POV. Sampai di rumah, aku menemukan ruangan yang kosong. Mas Furqon mungkin pergi ke rumahnya Berlian. Dan aku tentu saja tidak akan pernah protes. Itu sudah menjadi keharusannya ia berada di sana. Selain karena dia sedang hamil. Mas Furqon juga memang hanya mencintai mbak Berlian. Jadi wajar saja, kalau laki laki itu berada di sana. "Ibu mau makan sesuatu?" tanya mbak ijah. Aku menggeleng pelan. "Aku sudah makan, mbak. Terima kasih." ujarku. "Nona kenapa enggak marah ketika tuan pergi ke rumahnya nona Berlian? bukankah seharusnya nona marah?" "Oh, maaf sekali, mbak. Saya enggak suka bahas itu. Saya masuk dulu." Aku pun segera masuk ke dalam kamarku. Menjatuhkan tubuh ini ke atas ranjang. Aku sungguh merasa amat lelah. Terutama batin ini. Ponsel ku bergetar, aku pun membuka po