Kepala pening dan langkah gontai sama sekali tidak menghalangi tujuanku mengejar Mas Aiden dan wanita bergaun putih tersebut. Mereka turun menggunakan tangga ke lantai bawah lalu berbicara dengan salah satu pegawai hotel. Wanita itu ternyata sudah memesan kamar. Aku tidak bisa tinggal diam, langsung menarik si wanita dan menjatuhkannya ke lantai. Wanita itu jelas tidak menerima, ingin mengeluarkan suara, tapi aku langsung membungkamnya. “Aku rekan kerja Pak Aiden, dan kenalan istrinya Pak Aiden. Kalau kamu berani menggoda Pak Aiden, saya pastikan karir Pak Aiden akan hancur, dan kamu akan kena imbasnya!” ancamku dengan mata melotot, masih ragu mengungkap kebenaran. Aku langsung meletakkan tanganku di pinggang Mas Aiden hanya sekadar untuk menuntunnya mengikuti si pelayan hotel yang t