BAB 14 : Tanda Tangan Perceraian

1205 Words

Secangkir kopi berada di tangan, hendak aku bawa ke ruang kerja. Namun, saat akan berpapasan dengan Mas Aiden dan Zul, aku mempertajam telinga dan melambatkan langkah. “Kamu seperti sama siapa saja. Saya ini teman kamu, tidak perlu segan. Saya juga nyaman-nyaman saja ngasih tumpangan ke kamu,” kata Mas Aiden, yang terdengar mendesak. Aku melewati keduanya, langkah semakin diperlambat. “Nggak usah, lah, Pak. Lagian rumah kita kan beda arah.” Zul mulai terdengar tidak enakan. Kenapa di sini, Mas Aiden yang terdengar ganjen? Aku semakin merasa tidak mengenali Mas Aiden di kantor. “Jauh sedikit, tidak masalah. Lagipula, saya sudah terbiasa kasih tumpangan ke kamu.” Mas Aiden menepuk pundak si Zul dua kali. “Besok, tidak perlu bawa mobil lagi ke kantor.” Aku berbalik sebentar, melihat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD