Terkejut

1200 Words
"Engggh ...." Gumaman panjang keluar dari mulut gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Citra. Dirinya sedang terjebak di dalam konflik internal keluarga Zulkarnain yang jelas-jelas jauh berbeda tingkatan dengan orang sepertinya. Suasana di sini benar-benar mencekik. Batinnya gusar. Bagaimana tidak, di dua sofa panjang yang saling berhadapan dan hanya dipisahkan oleh meja kaca, Ayunda dan Melinda menatapnya dengan tajam, seolah ingin mengulitinya hidup-hidup. Sampai-sampai Citra ingin bersorak untuk mereka, "Yeaaay, selamat, kalian memenangkan penghargaan tatapan pembunuh No. 1 seantero alam semesta." Tapi tentu saja Citra tidak berani, bisa-bisa dia saat pulang disergap oleh pasukan berbaju serba hitam dan dijual ke pelelangan manusia. 'Kan tidak lucu jadinya. Bryan yang sudah bosan dengan suasana ini langsung membuka suara, "Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan padaku?" Melinda memanyunkan bibirnya langsung, "Bryan! Kenapa kau tega sekali denganku! Jelas-jelas aku punya lebih dan lebih daripada gadis dekil di sebelahmu itu, pilih saja aku Bry!" Citra menunjuk dirinya sendiri seolah berkata, "Aku? Dekil?" Tapi dia mengangguk miris, ya memang benar sih. "Lalu kenapa?" Bryan bertanya balik, membuat gadis cantik itu terdiam. Dia menempel lagi pada ibu sang pria. "Tante ..." lirihnya pelan. "Bryan, sudah cukup main-mainnya." Ayunda akhirnya to the point, wajahnya berkilat serius. Citra merasakan betapa miripnya anak dan ibu itu saat mereka tengah serius. Benar-benar kekuatan genetik. "Mamah minta kamu buat putusin dia, dan segera lamar Melinda. Lagipula, mau kamu pacaran sama siapapun itu gak bakal merubah calon istrimu nanti." Ayunda berbicara tegas sambil menatap tajam Citra yang tertunduk. Dia tidak tahu apa alasannya sampai harus menunduk seperti itu. Toh, seharusnya Citra menganggap ini hanya settingan bukan? Kenapa dia sampai menjiwainya setengah mati seperti ini? Bryan mendengus, "Siapa bilang dia hanya pacarku?" "Hah?" "Hah?" Semua orang bingung, bahkan Citra sendiri pun bingung. Bryan tiba-tiba mengenggam telapak tangan Citra dengan erat, membuat gadis itu memerah spontan. "Ap-apa yang kau—" ancam Citra namun omongannya langsung dipotong oleh pria berbadan ideal tersebut. "Aku akan menikahinya, kenapa tidak?" Satu kalimat meluncur tanpa beban dari mulut Bryan, membuat seluruh tatanan hidup Citra yang sudah ia susun saat malam ini usai langsung berantakan. "Bry ... Bryan ... kau ..." Ayunda sesak napas, karena mendengar pengakuan anaknya yang membuatnya shock hebat. "Mah!" Bryan segera melepaskan genggamannya dari Citra dan menuju ibunya yang sedang kejang ringan. Melinda juga sama paniknya. "Tante ... tante ..." dia hampir menangis. Sementara Citra, dia hanya kemelut di antara bayangan dan kenyataan yang terjadi. " ... tra." " .. itra." "Citra!" "CITRA? KAU MENDENGARKU TIDAK?!" lamunannya pecah, dia segera menoleh dan terkejut ketika melihat situasi yang terjadi saat ini. "M-maaf pak, apa yang harus saya lakukan?" tangannya sedikit bergetar karena takut. Bryan mengusap wajahnya kasar. "Buka buku telepon di meja tamu dan panggilkan dokter Tommy, dokter pribadi keluarga ini untuk segera datang ke rumah. Bilang atas perintah dariku, cepat!" Bryan menggendong ibunya yang masih kesusahan untuk mengambil napas dan membawanya ke kamar. Dia diikuti oleh Melinda yang menangis takut. Citra berdiri, dia berlari ke luar kamar namun kakinya tersandung oleh high heels yang melekat di kakinya. "Argh ... sakit ..." Citra melepaskan kedua sepatu itu dan meletakannya rapi di pinggir pintu, dia segera berlari turun ke bawah tangga untuk mencari buku teleponnya. Saat dia turun ke bawah, Citra berpapasan dengan Rey. Pria itu sudah mengganti setelannya menjadi jas yang rapi dan mengkilap, dia menghentikan Citra yang nampaknya tak mengenali dirinya. "Hei, Cit. Mau kemana?" hadang Rey tiba-tiba. Wajah Citra sangat pucat dan tampak blank. "Hah ... hah?" dia hanya ber-hah ria, di pikirannya hanya satu saat ini, mencari buku telepon dan menelpon dokter Tommy untuk segera datang ke sini. Rey yang menyadari gelagat aneh gadis itu langsung memegang kedua pundak Citra dan mencari tatapannya. "Katakan padaku, apa yang terjadi di atas?" Citra mengatur ulang napasnya, dia sedikit terengah-engah. "Pak bos, ah tidak, maksudku Bryan mengatakan sesuatu hal seperti perjodohan dan pernikahan, aku ... aku tidak tahu apa yang mereka maksudkan pada intinya, tapi ketika Bryan mengatakan sesuatu tentang ingin menikahiku atau semacamnya, ibunya langsung kejang-kejang dan ... dan dia menyuruhku untuk menelpon seseorang bernama Tommy ... dia seorang dokter pribadi ... dan ..." "Oke, oke, aku tahu. Sekarang kau tenanglah." Rey menghentikan Citra yang sudah ngos-ngosan, sepertinya di sini Citra lah yang menerima beban paling besar. "Tapi aku harus ke bawah untuk mencari nomornya," Citra hendak pergi lagi, namun langkahnya ditahan kembali oleh Rey. "Sudah kubilang untuk tenang, Citra. Aku punya nomor dokter Tommy, aku yang akan menghubunginya. Kau duduklah dan tenangkan dirimu. Oke?" Rey menatap manik gadis itu. Citra mendongak, membalas tatapan Rey dengan tatapan lelah. "O-oke ... baiklah, mungkin aku harus beristirahat." "Bagus, turunlah dan minum beberapa jus dingin. Aku akan naik ke atas." tanpa menunggu lagi, Rey mengeluarkan ponselnya dari saku jas dan mulai menelpon seseorang. Lalu dirinya naik ke lantai atas. Citra merasa bingung saat Rey sudah pergi meninggalkannya. "Apa mungkin aku pulang saja?" gumam Citra tiba-tiba. Entah kenapa dirinya sudah merindukan kasur dan bantal guling kesayangannya. "Tidak, aku akan mendapat masalah besar jika pergi dari sini tanpa ijin." Citra mengurungkan niatnya dan turun dengan langkah gontai. Sepertinya dia akan ke toilet saja. Wajahnya sudah lusuh karena keringat yang mengotori make up di wajahnya dan perlu untuk di basuh. 'Currrr ...' Keran air pun ditutup. "Fwaaah, segarnya." Citra mengusap wajahnya yang terasa lebih ringan dan segar setelah seluruh make up di wajahnya sudah ia hapus dengan remover yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Meski terlihat lebih polos, itu tidak menyurutkan kecantikan alami Citra yang memang terlihat seperti ras timur-tengah. Dengan hidung mancung dan juga mata lebar lengkap dengan bulu mata lentik menggoda. "Aduh, tiba-tiba kebelet." Citra segera memasukan semua barang-barangnya ke dalam pouch miliknya dan masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Dia mendapat panggilan alam. "Kalian lihat tadi?" Citra mengerjapkan matanya, ternyata dia bisa mendengar suara dari balik bilik ini. Yah, lumayan. Jadi bisa buat radio dadakan, daripada bosen. Batinnya acuh dan kembali fokus untuk membuang semua sampah perutnya. "Lihat dong, si Melinda kan?" "Melinda? Maksudnya gadis yang akan dijodohkan dengan pak bos?" lirih Citra bingung, mereka tengah membicarakan gadis super cantik dan super kaya tersebut. "Iya hahaha, gak habis pikir deh kenapa dia masih berani nunjukin muka di depan Bryan. Padahal dulu kelakuannya kayak monster kesurupan, bikin ngeriii." "Bener, bener. Masih inget banget tuh pas kejadian si Melinda sengaja nabrak pacarnya Bryan sampe koma gara-gara cemburu." Tunggu, Citra mengernyit dan segera melupakan prosesi yang tengah ia jalani saat ini. Citra mendapat kepingan baru dari pak bosnya. "Gila banget kan, makanya pas itu si Bryan marah-marah sama dia dan nyuruh Melinda buat ga nemuin dia lagi selamanya." "Tapi nyatanya dia masih aja berani nunjukin wajah sok cantiknya itu, hueeek, mau muntah rasanya." "Ahahaha iya bener banget, bikin muaaaal." Citra membuat ekspresi kesal, dia menyiram toiletnya dan segera merapikan pakaiannya. BRAK! "Astaga!" kedua gadis yang tengah berdandan di kaca toilet tersebut terkejut saat Citra membanting pintu dengan keras. "WAH, TOILETNYA PANAS BANGET. PANTESAN, BANYAK SETANNYA TERNYATA." Citra berseru keras sambil berjalan melalui mereka, kedua gadis itu hanya mengernyit bingung sambil berbisik-bisik. Citra keluar dan mendecih pelan, dasar orang kaya! Semuanya sok dan hanya tahu menjatuhkan orang lain! "Hei!" Citra terkejut saat suara seseorang mengarah kepadanya. Dia berbalik dan melihat seseorang di sana. [jangan lupa komentar bunds^°^]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD