Pacar Palsu

1282 Words
Citra sedikit melotot ketika melihat wanita cantik yang berdiri di depannya dan memanggil bosnya dengan sebutan 'anakku.' Kukira dia masih berusia 20-an. Batin Citra tak percaya. Tentu saja, Ayunda memiliki wajah kecil dan juga kulit yang masih kencang karena dia rajin ke dokter kecantikan terbaik. Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira bahwa Ayunda Zulkarnain adalah adik dari Bryan Zulkarnain. "Bryan, gadis ini siapa?" Ayunda melirik Citra dan Bryan bergantian, sedikit terkejut karena Bryan membawa seorang wanita. Biasanya Bryan selalu pulang dengan Rey, hingga kerap menimbulkan rumor bahwa dirinya menyukai sesama jenis. Bryan tiba-tiba menggenggam lengan Citra dan membuat gadis cantik itu terkejut. "Dia pacarku," ucap Bryan singkat, jelas dan juga padat. Mendengar ucapan Bryan yang memang terdengar lantang, para tamu pun kembali berbisik-bisik. Ayunda menutup mulutnya yang menganga karena terkejut. Matanya beralih ke arah Citra untuk mencari kebenaran. Citra meneguk ludahnya kasar saat mata lentik itu menatap dirinya, "Ha-halo tante. S-saya pacar barunya pak bos—maksudnya Bryan." Dia menggigit bibirnya sendiri karena gugup dan salah berbicara. Bryan kemudian tersenyum, memainkan perannya lagi. "Maafkan dia, mah. Dia gugup karena pertama kali bertemu denganmu. Benar 'kan sayang?" tangan kekar itu membelai pipi Citra, membuat sekujur tubuh gadis itu merinding. Dia ingin segera menyudahi drama ini. "Benar, maafkan saya tante, hehe." Citra menunduk, lalu mengangkat kepalanya lagi dan memaksakan senyuman lebar. Ayunda mendesah pelan, "Kamu malah bikin mamah badmood di hari yang bahagia ini." "Tante Yundaaaaaaa!" dari kejauhan, suara cempreng dan bernada tinggi terdengar keras. Semua atensi tertuju ke arahnya. Gadis super cantik dengan gaun selutut berwarna peach turun dari mobil porsche mewah miliknya. Rambutnya yang digerai dan diberi jepitan mutiara terlihat imut dan juga elegan. Terlebih, reaksi Ayunda sangat senang ketika gadis itu datang ke arahnya. "Isabel sayaaaaaang!" mereka berlari kecil sebelum akhirnya berpelukan dan mencium pipi satu sama lain. Bryan mendengus, membuat Citra mendongak. "Ada apa pak bos?" Mata elang itu menatap ke bawah, "Tidak ada." lalu matanya kembali menatap ke arah kedua wanita itu. "Sudah kuduga pasti gadis itu yang akan dijodohkan denganku." "Hm?" Citra mengernyit bingung. "Pak bos, pak bos, turun sebentar." ucapan Citra membuat Bryan heran, Citra melambai-lambai kecil pertanda agar Bryan sedikit berjongkok supaya Citra mampu menjangkaunya. Maklum saja, tinggi Bryan yang sampai 187 cm akan menyusahkan Citra yang hanya memiliki tinggi 164 cm. Setelah Bryan berjongkok, Citra mendekat dan berbisik di telinganya. "Pak bos, kenapa kau tidak pacaran saja dengannya? Gadis itu saaangat cantik juga terlihat serasi denganmu. Lalu kenapa kau memintaku untuk melakukan drama ini?" Bryan ingin tertawa. Dia menahan geli di telinganya saat suara Citra yang dibuat lirih dan berirama, seperti anak kecil yang tengah terheran-heran. Ayunda dan Melinda selesai mengobrol singkat, mereka beralih ke arah Bryan dan Citra yang tengah berbisik-bisik. Ayunda merasa aneh, sejak kapan Bryan menjadi anak penurut seperti itu? "Tante, siapa gadis dekil di sebelah Bryan? Apa dia pacar barunya Bryan? Terus Melinda gimana dong tante?" Melinda berkaca-kaca, dia mencengkeram lengan Ayunda dengan sedikit kuat dan membuat wanita itu tersadar dari lamunannya. Melinda sudah mencintai Bryan dari usia kanak-kanak. Ayahnya yang notabenenya adalah mitra kerja dari perusahaan Zulkarnain membuat Melinda dan Bryan kecil sering bertemu di acara peresmian atau penghargaan. Tentu saja, Melinda adalah satu dari banyak gadis yang mengidamkan pangeran tampan dan sedingin es itu. Namun, Melinda tak sama dengan mereka. Dia punya pion untuk melangkah maju. Selama dia bisa merebut hati ibu Bryan, maka dia pasti akan mendapatkan anaknya kapanpun dia mau. Tapi sekarang, melihat pria idamannya itu tengah bertingkah konyol bersama gadis lain tepat di depan matanya membuat hati Melinda terbakar api cemburu. Apalagi saat melihat gadis yang menjadi pasangan Bryan adalah gadis polos dan terlihat jelas bukan dari kalangan atas. "Tante ... tolongin Melinda ..." rengeknya ke Ayunda. Ayunda menepuk-nepuk punggung tangan Melinda dengan pelan, dia harus memikirkan cara agar gadis itu mau menjauhi putranya sekarang. "Tenang saja, tante bakal selalu dukung kamu." Citra menjauhkan wajahnya, "Kenapa anda tertawa pak? Saya bicara serius ini lho," Bryan lalu berdeham, "Siapa yang tertawa?" "Lah jelas-jelas tadi ..." "Siapa. Yang. Tertawa. Ha?" Bryan menunjukan wajah dinginnya lagi, membuat Citra langsung menyerah untuk meledeknya. Kapan lagi kan bisa ngeledek bos sendiri, sebelum dipecat. "Bryan, dan ... kamu pacarnya." Ayunda menginterupsi mereka berdua. Melinda berdiri di sebelahnya sambil menatap Citra dengan tatapan penuh bara, seolah-olah siap untuk membakarnya kapanpun. Citra bergidik sendiri, dia tidak menyangka bahwa dirinya dilemparkan ke kandang singa seperti ini. "Kalian berdua ikut mamah ke dalem, kita bicarain di dalem aja." Ayunda sedikit menarik bibirnya sinis saat melihat Citra dan langsung berbalik pergi diikuti dengan Melinda yang mengekorinya. "Pak bos ... kayaknya saya gak kuat kalo diterusin." Citra sedikit memohon, Bryan menatapnya lagi. "Pulau Buru atau Nusakambangan?" Sial. Umpat Citra di dalam hati, dia lalu menghapus wajah gelisahnya dan langsung memasang ekspresi ceria. "Ayo masuk, mas, udah ditungguin sama mamah di dalem." Citra mengeratkan pegangannya, Bryan tersenyum kecil, senyuman mengejek. Dalam hatinya ia sangat ingin menendang s**********n bos menyebalkan sepertinya, AH SIALAAAAAN! Saat kakinya melangkah masuk ke dalam mansion, lagi-lagi Citra dibuat terperangah. "Apa ini benar-benar sebuah rumah?" Semua dekorasinya berwarna emas dan juga mengkilap, Citra langsung bergidik ngeri saat mengira jika saja seluruh rumah ini terbuat dari emas asli. Boleh ambil sebatang dua batang kali ya buat bekal emak sama abah naik haji. Batinnya langsung. Citra juga berpikir ada berapa pembantu di rumah ini, jika saja dia dipecat dari pekerjaannya di kantor, maka Citra akan langsung mendaftar jadi pelayan di rumah yang mirip seperti istana ini. "Hei, Bryan. Wow! Cantik sekali dia, kau menyewanya dari mana? Boleh kupinjam setelah ini?" tiba-tiba saja datang seorang pria berperut gempal dengan jas dan dasi kupu-kupu berwarna merah menyala. Pria itu cegukan sambil memegang botol anggur mahal yang disediakan pesta ini sebagai jamuan tamu. Bryan terpaksa berhenti karena langkahnya dihadang, pria itu adalah salah satu investor di perusahaannya. "Dia pasanganku malam ini." "Malam ini saja 'kan? Besok boleh kubawa?" Faruq lalu menoel dagu Citra dan tersenyum licik di depan wajahnya. Citra bergetar takut dan berusaha menyembunyikan wajahnya di balik lengan Bryan yang lebar. Bryan tanpa sadar langsung mencengkeram kerah pria itu. "Tentu saja, tapi jika kau masih hidup sampai besok." Ancamannya membuat Faruq menciut seketika, "Okey, okey, brother. Aku mengerti, okey? Tolong lepaskan kerahku, kerahku tolong." Bryan menurunkannya dengan sekali hentakan, membuat Faruq terbatuk karena sesak. Dia lalu menarik Citra dan berjalan lebih cepat, meninggalkan bagian dalam pesta yang hanya diisi oleh tikus-tikus penggerogot uang negara. "Te ... terima kasih." Citra mengucapkan terima kasih karena Bryan menyelamatkannya dari pria m***m itu, padahal dia bisa saja memilih untuk menyerahkannya dan tidak peduli dengan Citra sedikitpun. Entah kenapa, ada getaran kecil yang berdetak di hatinya. "Jangan salah paham. Aku hanya benci dengan pria m***m kurangajar." Citra mengulum bibirnya, dia paham, dia tidak boleh salah paham. Citra segera menetralkan ekspresinya, dia harus menyelesaikan malam ini dengan sempurna agar posisinya aman selama 5 sampai 10 tahun ke depan. "Tentu saja, pak bosku memang yang terbaik!" Citra tersenyum lebar dan mengacungkan jempol ke arah Bryan yang kaget dengan perubahan sikap Citra yang terlalu tiba-tiba. 'JANGAN BUANG SAYA KE PULAU BURU ATAU NUSAKAMBANGAN YA PAK!' Batin asli Citra. Entah kenapa, melihat senyuman lebar Citra membawa kembali kepingan memori di dalam ingatan Bryan. (flashback on) "Tentu saja, Bryanku memang yang terbaik!" ucap seorang gadis sambil mengacungkan jempol kanannya dan es krim cup di tangan kirinya. Wajahnya tersenyum lebar seolah-olah tidak ada beban di sana. (flashback off) Bryan merasa pusing akibat memori yang tiba-tiba masuk tersebut lalu menatap Citra dengan pandangan terdingin yang ia miliki, hal itu membuat Citra bergidik ngeri. Tanpa bicara apa-apa lagi, Bryan kembali berjalan dan menarik Citra di sampingnya. "Kenapa dengannya?" gumam Citra pelan dan bingung. [jangan lupa komentar ya bunds]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD