4 janji

1168 Words
Sherina berhenti berlari tepat di ujung jembatan. Jembatan tempat kejadian malam ter-lucnut itu. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan, matanya celikukan mencari sosok manusia sinting yang baginya sangat menyebalkan. Kedua mata bulat itu melotot saat melihat pria yang sudah berdiri di besi pembatas jembatan. Ada motor warna merah yang bertengger dibelakangnya. Nggak salah lagi, itu udah pasti Vasco. Sherina kembali berlari, berhenti dismaping motor merah itu. “Vasco! Apa sih yang lo dapat dari bunuh diri?! Kenapa pengen banget mati?! Astaga ....” membuang nafas lelahnya sampai d**a naik turun. Vasco sedikit menoleh, melirik wanita yang ia harapkan peduli padanya. Bahkan setelah malam itu, ia sangat berharap Sherina adalah tempat ternyamannya mengadukan segala keluh kesah. Memilih diam, memejamkan mata, lalu .... Hyuuuufff .... Tubuhnya benar-benar melayang keudara, dia benar-benar turun dari atas jembatan. Namun .... Ssreettt .... Sebuah tangan yang terasa lembut menarik lengan tangannya kembali. “Vasco! Lo gila ya!” teriak Sherina yang ada diatas. Vasco mendongak, menatap wajah Sherina yang terlihat sangat ketakutan. Posisinya sudah menggantung diudara dengan tangan kanan yang dipegangi Sherina. “Kamu apaan sih! Lepasin tanganku!” pintanya, berusaha melepaskan tangan yang ada digenggaman Sherina. “Mati bunuh diri itu nggak baik. Ayo naik lagi. Jangan lakuin hal konyol kek gini.” Berusaha menarik tubuh yang lebih besar dari tubuhnya dengan sangat kesusahan. “Ngapain sih kamu selametin aku lagi?! Bukannya kamu bilang nggak peduli! Ngapain kamu disini?! Pergi! Lepasin tanganku!” Sherina menggeleng. Ia sendiri tak tau kenapa bersikap seperti ini. Yang jelas ia tak mau seseorang mati setelah terlibat adu mulut dengannya. Itu akan membuatnya merasa bersalah seumur hidup. “Ayo naik, ppliis jan kek gini.” Mata bulat itu berkaca-kaca. Vasco mengeryit. “Nggak usah berlagak peduli. Nyatanya kamu nggak sayang sama aku. Kamu nggak cinta sama aku. Lepasin tanganku!” kembali berusaha melepaskan tangan dari genggaman Sherina. “Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Jadi ... jangan mati.” Bohong. Ya, kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya adalah sebuah kebohongan. Mana mungkin ada seseorang yang bisa dengan mudah mempunyai perasaan secepat ini. Sama orang sinting model Vasco? No, no, no! “Bohong!” bantah Vasco. “Aku serius, aku beneran sayang sama kamu, aku peduli sama kamu. Ayo naik. Kamu ... berat.” Wajah Sherina memerah, tak kuat terlalu lama menahan berat badan Vasco. Vasco tersenyum. “Janji, kamu bakalan setia sama aku?” Sherina ngangguk, asal jawab aja, dari pada ini bocah mati sia-sia, kan? “Kita pacaran, kan?” kembali kepala wanita itu ngangguk. “Kamu nurut sama aku ya.” Anggukan yang ketiga. “Yaudah, tarik aku.” Pintanya. Aksi tarik manusia itu terjadi, Vasco sendiri menggenggam besi pembatas dengan tangan kiri, mulai naik dengan kekuatan sendiri mengangkat tubuhnya. Lalu, bhuuuk! Tubuh tinggi itu jatuh menindih tubuh kecil Sherina. “Aauuw!” rintih Sherina saat tubuhnya membentur aspal. Bukannya langsung berdiri, Vasco sengaja berlama-lama, menatap wajah wanita yang sudah resmi menjadi pacarnya ini. Wajah penuh keringat dengan mulut yang terbuka karena ngos-ngosan. “Yaang, kalo kamu mangap-mangap gini, mirip ikan yang ada didalam akuariumku.” Nyengir tanpa dosa tepat didepan wajah Sherina. Sherina melotot tak percaya, untuk sepersekian detik tatapan keduanya beradu. Diam merasakan jantung yang tak karuan detaknya. Lalu mendorong Vasco hingga cowok sinting itu terguling kesamping. Beranjak bangun dengan wajah manyun, berdiri mengusap bagian belakang tubuhnya yang kotor terkena debu jalan. “Dah ya, aku mau pulang. Capek.” Ngomong tanpa menatap Vasco yang berdiri disampingnya. Cepat tangan itu ditarik, hingga tubuh Sherina berada didalam pelukan pria sinting yang sudah membuat hidupnya repot. “Makasih, sayang. Makasih.” Sherina diam tak membalas pelukan Vasco yang sangat erat. “Kamu, adalah alasan aku untuk tetap ada didunia ini.” Apa sih yang sebenarnya terjadi sama bocah ini? Batin Sherina. Berusaha mendorong d**a bidang itu, namun sia-sia. Pelukan Vasco terlalu erat, tubuhnya juga lebih besar. Akhirnya memilih diam, memejamkan mata, menikmati pelukan seorang lelaki untuk pertama kali. Sialnya, ini sangat hangat dan nyaman. Tubuh Vasco yang sedikit berkeringat tetap wangi. Pelan, tangan Sherina terangkat, membalas pelukan pria yang sekarang berstatus sebagai kekasihnya. “Aku sayang sama kamu, Sherina.” Ungkapan Vasco yang sangat lembut mampu membuat jantung Sherina terpompa tak beraturan. Dia yakin, pasti Vasco bisa merasakan itu. Menarik tubuh Sherina dari pelukannya, lalu tersenyum menatap wajah Sherina yang ternyata bulshing. “Aku makin yakin kalo kamu emang sayang sama aku. Sherina manyun, menepis kedua tangan Vasco yang ada dibahunya. “Apa sih! Nyebelin!” berjalan menjauh dari Vasco. “Yaang! Mau kemana?” tanyanya masih dengan terkekeh. “Cari makan, aku lapar.” Jawabnya ketus. Vasco segera naik ke motor, mengejar langkah Sherina, menyuruh gadis itu untuk naik ke boncengan. Malas untuk kembali berdebat, Sherina memilih mengikuti perintah, naik ke boncengan dan motor melaju pelan. “Yaang,” panggilnya sedikit menoleh ke belakang. Sherina hanya diam dengan mulut manyunnya. Sama sekali tak berniat menjawab panggilan itu. “Mana tangannya?” satu tangan Vasco menengadah kebelakang. “Mau ngapain?” tanya Sheina yang sejak tadi bersedekap. “Siniin tangan kamu.” Perintahnya. Dengan malas Sherina menyerahkan tangan kirinya, hingga tangan itu digenggam erat dan ditarik melingkar keperut Vasco. Tubuh Sherina jatuh mepet kepunggung Vasco. “Vas—“ “Peluk aku.” Pintanya memotong kata-kata Sherina. Beberapa menit berlalu, Sherina tetap diam, enggan untuk memeluk pria yang menurutnya memiliki kelainan di otak. “Yaang,” “Iya, ini aku peluk.” Ngalah lagi, melingkarkan tangan kanan keperut Vasco, sampai tangannya bertemu dengan tangan kiri yang berada digenggaman tangan Vasco. Vasco tersenyum, ada kebahagiaan baru yang ia temukan saat bertemu dengan Sherina. Ia sadar jika sudah memaksakan. Tapi ia benar-benar butuh sosok Sherina dalam hidupnya. “Yaang, mau makan dimana?” tanyanya kemudian. “Di lesehan aja.” “Ok.” Menambah laju motor hingga membuat Sherina mengeratkan pelukan. ** Motor merah itu berhenti tepat diwarung lesehan tempat biasa Sherina jajan sehabis gajian. Sherina melepaskan pelukan, celikukan menatap ke sekitar. Gimana Vasco bisa tau tempat biasa ia makan? Apa selama ini mereka memang sering ketemu? “Udah, yaang. Turun.” Terkekeh karna Sherina tak juga turun. Gugup, Sherina turun dengan berpegangan bahu Vasco, lalu sibuk merapikan rambut yang sangat berantakan. “Sini.” Vasco ikut berperan merapikan rambut Sherina. Membuat gadis itu diam dengan perasaan yang mulai berbeda. “Udah, ayok.” Meraih tangan Sherina, menggenggamnya. “Pak, nila bakar satu sama bebek bakar satu. Minumnya es jeruk satu aja.” Si bapak penjual ngangguk. Vasco menarik tangan Sherina untuk duduk diatas karpet yang masih kosong. Duduk bersampingan dengan pikiran masing-masing. Sherina merasa tak nyaman karna sejak tadi Vasco tak henti menatapnya. “Kamu mau diculek?” akhirnya mengeluarkan suara karna sangat risih. Vasco terkekeh. Kembali menatap wajah kekasihnya dengan senyum yang mengembang. Merasa begitu tak nyaman, Sherina mendorong wajah Vasco untuk berhenti menatapnya. “Kamu ngapain sih, liatin aku begitu?!” kesalnya. Vasco tertawa kecil. “Nggak nyangka aja. Wanita secantik kamu betah jomblo sampai umur 20 tahun. Kita memang dipertemukan untuk berjodoh. Aku mau jadi suami kamu.” Mata itu terbelalak. Kenapa Vasco bisa tau semua tentangnya? “Vasco, kenapa sih, kamu bisa tau semua tentang aku? Bahkan kamu sampai tau umurku? Ini aneh. Malam itu pertama kalinya aku ketemu sama kamu. Jadi, kurasa kita ini baru aja kenal.” Vasco terekekeh, gemas menatap wajah kekasihnya yang terlihat sangat bingung. “Namanya aja jodoh, yaang.” Sherina mengalihkan pandangan, membuang nafas melalui mulut dengan kasar. “Vasco ... aku nanya serius.” “Silakan, pesanannya.” Seorang ibuk-ibuk datang mengantarkan pesanan mereka. “Kita makan dulu, nanti aku jelasin.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD