Anniversary

1760 Words
Jieya merapatkan jaketnya saat sampai di depan rumah susun sederhana. Itu tempat tinggalnya bersama kekasihnya, Bryan Byun. Mereka sudah menjalin hubungan sejak dua tahun yang lalu tapi baru tinggal bersama sejak tiga bulan yang lalu. Bryan Byun adalah tetangga Jieya di Busan dan juga kakak kelas Jieya saat sekolah menengah atas. Mereka berdua merantau ke Seoul dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan lebih dekat dua tahun yang lalu. Jieya membuka pintu ruangannya. Suasana masih sepi, Bryan belum pulang. Jieya justru senang karena dia bisa menata semua barang belanjaannya sebelum Bryan datang. Jieya meregangkan badannya seusai menata semua jajanan dan makanan yang dibelinya. Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk. Senyum Jieya merekah. Itu pasti Bryan kekasihnya. Jieya berlari kecil ke pintu dan membukanya. Bryan ada di depan pintu dan tersenyum saat melihat Jieya membuka pintu.  "Halo sayang." Sapa Bryan. "Maaf aku terlambat pulang." Jieya menggeleng. "Tidak apa-apa oppa. Masuklah, kau pasti lelah." Bryan tersenyum memandang Jieya. "Melihat wajah cantikmu lelahku hilang." Kata Bryan merayu. Jieya tersipu mendengar kata-kata manis Bryan, lalu Jieya meraih tangan Bryan, bergandengan tangan masuk ke dalam ruangan. "Wah apa ini? Kau belanja begitu banyak!" "Hanya makanan ringan dan beberapa makanan cepat saji saja." "Hm....tumben kau belanja begini banyak?" Kata Bryan sambil mengendorkan beberapa kancing kemejanya. Jieya menduga Bryan sama sekali tidak ingat bahwa hari ini adalah anniversary mereka. Jieya agak kecewa, tapi mencoba bersabar, mungkin Bryan terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor sehingga melupakan hari ini. "Oppa.... kau tidak ingat hari ini?" Tanya Jieya pelan. "Oh...? Hari Kamis? Kenapa kau tanya? Apakah aku lupa belum membayar tagihan air dan listrik?" Tanya Bryan pada Jieya yang membuat Jieya semakin yakin bahwa Bryan sama sekali tidak ingat hari spesial ini. Jieya semakin kecewa. Bayangan indah soal bermesraan dan mungkin kado manis dari Bryan untuk hari jadi mereka buyar sudah. Bryan Byun bahkan lupa perihal hari ini. "Bukan itu....ya sudahlah. Ayo makan oppa. Aku sudah beli beberapa makanan." Kata Jieya lesu. "Happy anniversary sayang." Bryan berkata dan menggenggam tangan Jieya saat Jieya dengan wajah kecewanya hendak membuka kemasan sandwich. Jieya meletakkan kembali sandwich di meja dan menatap Bryan dengan mata berbinar. Bryan hanya berpura-pura lupa tentang hari ini. "Kau tadi membuatku sedih oppa. Aku kira kau melupakan hari ini!" Protes Jieya Bryan menarik Jieya dalam pelukannya. Mengelus rambut kecoklatan Jieya. "Tentu saja aku mengingatnya sayang. Aku mengingat setiap hari bersamamu." Suara Bryan terdengar berat di telinga Jieya. Tapi Jieya benar-benar merasakan percikan hangat di dalam hatinya. "Terima kasih sudah bersamaku selama ini. Terima kasih karena selalu mendukungku dan aku minta maaf, karena aku tidak bisa membuatmu bahagia, maaf aku hanya bisa membuatmu menderita." "Oppa....kenapa kau bilang begitu?kau tau oppa, sejak orangtuaku meninggal hanya kau yang kumiliki, aku mencintaimu oppa. Kita akan selalu bersama selamanya." Kata Jieya sambil memeluk tubuh Bryan lebih erat. Bryan justru melonggarkan pelukannya, dan melepaskan pelukan Jieya, membuat Jieya merasa kehilangan. "Aku juga mencintaimu, sayang." "Aku hanya kadang merasa bersalah belum bisa menikahimu. Kau tahu pekerjaanku saat ini belum mapan dan aku belum bisa memberikan kehidupan yang baik untukmu." Jieya menggeleng. "Jangan berpikir begitu oppa. Kita akan bersama apapun yang terjadi. Aku tidak menuntut pernikahan, asal bisa bersamamu itu sudah cukup." Kata Jieya sungguh-sungguh. Bryan Byun tersenyum. Merasa bersyukur karena Jieya adalah gadis yang tidak menuntut. Jieya adalah gadis penurut dan melimpahinya cinta. Tapi hal itu malah membuat Bryan merasa gundah. Bryan tidak membalas cinta Jieya sebanyak gadis itu memberikannya pada Bryan. Bryan mengeluarkan kotak beludru dari kantong celananya. Dibukanya kotak itu dan sebentuk kalung indah dengan liontin berbentuk hati. Mata Jieya berbinar melihat kalung itu. "Maaf, aku hanya bisa memberikan ini untukmu." Kata Bryan lembut. "Itu indah sekali oppa." Kata Jieya sambil menyentuh kalung itu. "Aku akan membantumu mengenakannya." Jieya mengangguk dan Bryan mengambil kalung itu. Memasangkannya pada leher jenjang Jieya, membuat Jieya merasa dirinya wanita paling cantik dengan kalung indah itu. "Kau suka?" Jieya mengangguk. "Sangat suka. Terima kasih oppa. Aku....tidak memiliki apapun untukmu." Sesal Jieya. "Kau kado terindah untukku Ji. Kau menyelamatkan hidupku." "Eh...?" Jieya menatap Bryan dengan tanya saat mendengar ucapan Bryan. "Ah.... pokoknya kau paling berarti bagiku....hanya kau yang berarti dalam hidupku." Bryan menarik Jieya dan mengecup dahi Jieya. "Aku mencintaimu Ji." "Aku juga oppa." Bryan kembali menempelkan bibir tipisnya pada dahi Jieya, lalu memeluk Jieya yang membalas pelukan Bryan, tapi sekonyong-konyong Bryan menjauhkan tangan Jieya yang memeluk tubuhnya, membuat Jieya merasa kehilangan. "Oppa...." Jieya memanggil Bryan pelan, seakan tidak rela kemesraan mereka terhenti. "Eung....aku lapar Ji....ayo kita makan." Kata Bryan beralasan. Lelaki itu melangkah meninggalkan Jieya menuju meja makan. "Ayo kesini, lihat kau sudah banyak membeli makanan. Wah, bahkan kau juga membeli makanan kesukaanku, juga soju." Bryan mengambil nasi kepal berisi tuna dengan saos mayonaise lalu memakannya dengan lahap. Jieya hanya menatap Bryan dalam diam, dan merasa kecewa dengan sikap Bryan. Jieya berpikir Bryan sedikit berubah lelaki itu tidak semesra dahulu, atau mungkin Jieya yang terlalu berprasangka? Tidak ada yang berubah pada Bryan, mungkin saja Jieya yang berubah, menginginkan Bryan lebih romantis dan mesra? Selama tiga bulan tinggal bersama, Jieya dan Bryan belum pernah melakukan hubungan seksual. Terkadang Jieya merasa heran dengan Bryan, mengapa Bryan begitu. Apakah Jieya kurang menggairahkan? Atau sebenarnya Bryan homo? Sehingga lelaki itu tidak tertarik secara seksual pada wanita? Ataukah Bryan benar-benar pria baik yang bersumpah tidak akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah? Seharusnya jika itu benar, Jieya harus merasa bersyukur karena Bryan adalah pria baik yang tidak sembrono, tapi tetap saja kadang terbersit dalam benak Jieya apakah mungkin Bryan bosan padanya dan tidak membuat Bryan b*******h, dan mungkin saja Bryan memiliki wanita lain yang lebih menggairahkan? Pertanyaan semacam itu seringkali datang dalam benak Jieya, tapi Jieya selalu menepisnya. Jieya percaya bahwa Bryan setia padanya dan hanya mencintainya. Sebisa mungkin Jieya terus meyakinkan dirinya bahwa Bryan adalah orang yang baik, yang ingin menyimpan kemesraan bercinta pada saat yang tepat, yaitu setelah pernikahan mereka, meski sayangnya sampai saat ini belum ada pembicaraan tentang hari bahagia itu. Meski kecewa Jieya tidak bisa melakukan apapun, sebagai wanita Jieya merasa malu dan sungkan jika harus meminta penjelasan soal mengapa Bryan tampak menghindarinya dan tidak ingin bermesraan dengannya, meski hanya berpelukan saja Bryan nampak enggan dan menghindar. Pada akhirnya, Jieya hanya bisa mengangguk, mengulas senyum, menunjukkan kepada Bryan bahwa ia baik-baik saja, meski dalam batin Jieya merasa gundah gulana. Perayaan hari jadi Bryan dan Jieya diisi dengan memakan makanan yang dibeli Jieya dari minimarket dan kemudian menonton dvd film Despicable Me. Jieya berada dalam pelukan Bryan yang tertawa geli melihat adegan yang menampilkan minion berwarna kuning berlarian serampangan. Meski berulangkali meyakinkan dirinya sendiri bahwa cinta Bryan padanya tidak pernah berubah namun tetap saja Jieya merasa nelangsa. Rasanya Jieya berada dalam hubungan monoton, Jieya menginginkan hubungan dewasa yang penuh gairah seperti yang diceritakan teman-temannya, atau yang dibacanya dalam majalah wanita atau film romantis. Tapi apa daya, nampaknya Bryan bukanlah pria dengan romantisme seperti yang digambarkan dalam film, dan Jieya berkali-kali mengingatkan dirinya sendiri bahwa membandingkan hubungannya dengan film ataupun hubungan orang lain malah hanya akan membuatnya terobsesi dan tidak mensyukuri hubungan yang dijalaninya saat ini bersama Bryan. Jieya menatap layar televisi dengan tatapan kosong. Minion kuning yang lucu tidak mampu membuatnya lebih ceria, Jieya terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri tentang dirinya dan Bryan. Berbagai pertanyaan mengalir tanpa henti di otaknya dan tidak ada satupun jawaban kecuali kecewa yang dirasakan dalam hatinya. Lama kelamaan, Jieya merasa lelah dengan semuanya dan jatuh tertidur dalam pelukan Bryan. Bryan Byun memandang wajah polos Jieya yang tertidur. Dikecupnya pelan pipi mulus Jieya. Wangi tubuh Jieya begitu menggoda, apalagi pandangan sayu Jieya yang mendamba, membuat sesuatu di bagian bawah Bryan terbangun. Tapi Bryan menahan semuanya, karena satu alasan. "Maafkan aku Ji. Aku tidak punya pilihan lain. Kelak aku pasti akan menebus semuanya." Bisik Bryan sambil mengelus kepala Jieya. Bryan membaringkan Jieya ke ranjang dan mengecup kembali wajah Jieya. Ada rasa sayang, ada rasa gundah dan juga penyesalan dalam hati Bryan. Apa yang akan dilakukannya begitu berat. Tapi Bryan tidak punya pilihan lain. Bryan mengambil selimut, menyelimuti Jieya yang dibuai mimpi, Bryan menatap wajah Jieya lama, lalu mengusap surai kecoklatan milik Jieya yang terasa halus dan lembut di jemarinya. Bryan menghela nafas, ada rasa berat menggelayut di d**a, namun lelaki itu akhirnya beranjak dari sisi ranjang, meninggalkan Jieya yang telah lelap dan tenang, di dalam mimpi.   *** Jieya mengamati kalung pemberian Bryan di kaca. Kalung itu begitu manis dan indah meski Jieya masih merasakan setitik kecewa karena Jieya merasakan Bryan begitu dingin pada Jieya, dan Bryan seperti menghindari untuk bermesraan dengannya. Sebenarnya selalu begitu, Bryan kadang menyentuh tubuh Jieya, tapi tiba-tiba saja menghentikannya tanpa penyelesaian. Bryan menggantung kemesraan mereka dan Jieya hanya mampu menerimanya dengan pasrah. Jieya tidak ingin Bryan menganggapnya sebagai wanita yang terlalu banyak menuntut, Jieya tahu bahwa Bryan mencintainya, lagipula ada banyak ukuran tentang cinta, dan Bryan adalah salah satu orang yang tidak terlalu ekspresif soal cinta, seharusnya Jieya tidak mempermasalahkan soal itu. Setiap orang memiliki cara untuk mengungkapkan perasaannya. "Kau belum berangkat sayang?" Tanya Bryan pagi itu saat Jieya sedang mengenakan blazer kantornya. Bryan tiba-tiba saja sudah berada di belakang Jieya. Pria itu memeluk Jieya dari belakang dan mengendus tengkuk Jieya membuat seluruh tubuh Jieya merinding. "Sebentar lagi aku akan siap." Ucap Jieya menahan nafas karena hembusan nafas Bryan menerpa tengkuknya. "Ji, ada yang ingin kukatakan." "Apa?" Tanya Jieya membalikkan badan dan membuat tubuhnya berhadapan dengan Bryan. "Aku tidak tahu mungkin ini terlalu mendadak, aku juga melakukan ini tanpa persiapan tapi aku harap kau akan memberikan jawaban dan kepastian yang kutunggu." Jieya menatap Bryan dan mengangkat alisnya, tidak memahami ke arah mana pembicaraan Bryan. Jieya mengamati gerak gerik Bryan, lelaki itu merogoh saku celana kainnya, lantas mengeluarkan kotak kecil berlapis beludru biru. "Ji, aku tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengatakan ini semua, aku juga sadar aku banyak memiliki kekurangan dan mungkin aku tidak memberikan kenyamanan yang layak untukmu, tapi diatas semua itu, dengan segala kekurangan dan kelemahanku, aku memberanikan diri mengatakan, maukah kau menikah denganku?" Mata Jieya membulat saat mendengar kata-kata Bryan, rasanya Jieya tidak percaya dengan pendengarannya, hingga tidak mampu berkata-kata, hanya air mata mendesak di pelupuk mata digempur rasa haru. Ternyata, sikap Bryan yang Jieya rasakan berubah, karena Bryan menyiapkan hari ini. Hari di mana Bryan mempersunting Jieya untuk menjadi istrinya. Jieya menyesal telah berpikir segala sesuatu yang buruk tentang Bryan, semuanya menguap sudah kini. Jieya menghambur ke dalam pelukan Bryan, memeluk erat lelaki itu dengan air mata berurai, mengatakan berulangkali bahwa ia bersedia menjadi pendamping hidup Bryan Byun selamanya, hingga maut memisahkan. Haru dan bahagia yang Jieya rasakan. Hangat sinar matahari menembus tirai dan menyinari Jieya dan Baekhyun, menyebarkan rasa hangat, yang rasanya tidak akan bisa dihapuskan oleh musim dingin sekalipun.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD