"Hyungnim! Anda baik-baik saja?" Seorang penjaga tiba-tiba sudah berada di dekat Loey dan Jieya.
"Lepaaaasss!!!" Jieya kembali berteriak dan meronta.
"Bantu aku mengurusi dia!" perintah Loey.
Penjaga berbadan kekar itu mendekat dan mengeluarkan jarum suntik dari saku bajunya.
"Jangan! Jangan menyuntiknya lagi!" Loey mencegah penjaga itu menyuntikkan diazepam untuk menenangkan Jieya.
"Bantu aku membawanya kembali ke kamar," perintah Loey yang ditaati penjaga itu.
Melawan tiga orang pria, apalagi dengan postur ketiganya yang besar, sementara tubuhnya mungil, tentu saja Jieya kalah. Jieya akhirnya berhasil dibawa kembali ke kamar dan ditempatkan lagi di ranjang.
"Segel jendelanya dari luar. Aku tidak ingin dia kabur lagi dan membahayakan jiwanya," perintah Loey pada para penjaga.
"Dasar jahat!" umpat Jieya pada Loey, seraya menatap Loey dengan tatapan penuh kebencian. Jieya sekarang diikat di ranjang, akibat mencoba melarikan diri. Hati nurani yang membisikkan untuk tidak mempercayai Loey mulai berbisik bahwa Loey sepenuhnya penjahat kelas kakap yang tidak layak dipercaya. Lihat saja bagaimana Loey mengikat Jieya di ranjang seperti ini. Sangat tidak manusiawi. Jieya juga menyesal sempat berpikir bahwa Loey benar-benar akan melindunginya. Loey hanyalah penjahat yang mengutamakan keuntungan dirinya, tidak mungkin pria berambut pink itu melakukan hal baik untuk Jieya.
"Maaf aku melakukan ini. Tapi aku tidak ingin kau melakukan hal bodoh seperti tadi," ucap Loey pelan pada Jieya.
"Brengseeeekkk!!!" jerit Jieya keras. Kata-kata Loey membuat Jieya marah. Jieya tidak mengerti untuk apa Loey meminta maaf? Untuk apa pria itu sok bersikap sopan, toh Loey adalah penjahat busuk yang keji, yang hanya memikirkan keuntungan dirinya sendiri, meski hal itu mencelakakan orang lain. Bagi Jieya, Loey tidak lebih dari seorang penjahat munafik, bersikap seolah baik, padahal kenyataannya, Loey adalah mahluk berbahaya yang menjerumuskan Jieya ke dalam neraka.
"Terserah. Habiskan suaramu dengan berteriak dan jangan harap kau bisa keluar dari sini!" hardik Loey mulai tidak sabar dengan segala tingkah laku Jieya yang selalu melawan.
"Cih! Akhirnya kau katakan. Kau hanya mau menyekapku di sini dan menjualku kan? Tidak perlu bersikap bagai malaikat, karena kau hanyalah iblis b******k!" Jieya terus memaki Loey dengan segala kosa kata buruk yang ia miliki dan Jieya merasa sedikit puas karena setidaknya ia bisa membalas sakit hatinya dengan memaki Loey.
Loey menatap Jieya tajam penuh emosi. Sudah lama Loey mencoba bersabar menghadapi Jieya, juga mencoba mengerti keadaan Jieya yang sedang tidak stabil dan dilanda kebingungan karena tiba-tiba saja ia terjebak di Lotus, tetapi Jieya terus saja memberontak dan bahkan menyerangnya setelah Loey berusaha bersikap baik pada Jieya dan berusaha menolong Jieya keluar dari Lotus. Jieya menatap balik Loey dengan berani. Jieya tidak takut, Jieya pikir bila harus mati, biarlah dia mati sekarang.
"Jangan menguji kesabaranku," geram Loey.
"Aku tidak mengujimu. Aku memang sengaja membuatmu marah agar kau bisa membunuhku dengan tanganmu," tantang Jieya, mengabaikan rasa takutnya karena putus asa, harus berada dalam kondisi seperti ini.
"Jadi itu maumu?" dengkus Loey.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu mati dengan gampang?" Loey tersenyum dengan seringai. Seringai yang terbentuk di bibirnya, membuat Jieya sedikit takut. Mungkin Jieya memang sudah berlebihan? Karena kini Jieya tidak melihat Loey yang sebelumnya, seakan Loey berubah menjadi sosok baru. Sosok baru yang tidak akan memberi Jieya belas kasihan.
Loey mendekati Jieya dan Jieya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, tangannya terikat dan Loey bisa melakukan apapun padanya, tidak akan ada satu orang pun menolongnya.
"Kalau kau bersikeras, Jieya, maka aku akan benar-benar melakukan semua yang kau katakan. Aku akan memperkosamu, lalu menjualmu kepada laki-laki yang membayarmu dengan harga tinggi. Aku akan menyuntikmu setiap hari dengan obat penenang agar kau tidak bisa melawan. Kau akan melewati hari-hari yang panjang dan buruk. Lalu kau bisa mati pelan-pelan. Aku pastikan itu." Loey menatap Jieya tajam dan wajah Jieya memucat.
Rasa sesal menghampiri Jieya. Andai saja, Jieya tidak menuruti emosinya dan menggunakan sedikit strategi, mungkin tidak akan seburuk ini. Tetapi sudah terlanjur, Jieya tidak mau menyerah kalah di hadapan Loey. Jieya akan menantang dan menghadapinya, walau kini ia seperti gadis kecil berkerudung merah yang lemah saat menghadapi serigala besar yang buas, yang hanya memiliki kemungkinan menang tipis, tetapi Jieya mengambil resiko, bukankah dalam cerita si gadis kerudung merah mampu mengalahkan serigala besar yang jahat itu?
"Tapi sebelum itu, kau harus makan." Loey mengambil nampan makanan yang tadi dibawanya. Loey menyendok bubur abalone dari mangkuk dan menyodorkan pada Jieya.
Jieya membuang muka, tidak sudi menerima makanan apapun dari tangan Loey, apalagi setelah ancaman Loey yang keji. Loey mengulurkan tangannya dan membuat wajah Jieya menoleh padanya, menjejalkan sendok pada bibir Jieya yang tertutup rapat.
"Makan Ji!" Suara Loey sedikit keras.
Jieya tidak bergeming ditutupnya bibirnya rapat.
"Jangan suruh aku menggunakan kekerasan," ancam Loey.
Loey mulai frustasi mengurusi Jieya dan Loey tidak mengerti mengapa ia menghabiskan waktunya mengurus Jieya daripada mengurus hal lain yang perlu dikerjakannya sebagai salah satu pemimpin Tiger Clan. Padahal ada lebih banyak hal yang lebih berguna dikerjakannya daripada mengurusi Jieya yang keras kepala dan tidak tahu terima kasih.
Jieya hanya diam dan wajahnya merengut menunjukkan suasana hati yang buruk dan menantang Loey. Loey memajukan tubuhnya dari tempatnya duduk dan memencet hidung Jieya. Membuat Jieya membuka mulutnya saat kehabisan nafas. Saat itulah Loey memasukan bubur ke mulut Jieya. Jieya segera menyemburkan bubur itu setelah bubur itu dipaksakan masuk ke dalam mulutnya. Bubur yang keluar dari mulut Jieya sebagian mengenai wajah Loey, dan sebagian lainnya mengenai d**a Loey.
Loey mundur dari hadapan Jieya, bergerak mengambil tisu dengan gusar, membersihkan semburan bubur di wajah dan dadanya.
Loey menatap Jieya tajam.
"Kau suka dipaksa rupanya. Baiklah akan aku lakukan," ucap Loey dengan penuh penekanan.
Jieya menciut mendengar kata-kata Loey. Jieya tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Loey. Jieya melihat wajah Loey kembali terlihat sinis dan kejam. Seharusnya Jieya tidak membuat Loey marah, dan hati kecil Jieya menyesali hal itu. Jieya membuang muka, berusaha tidak terusik dengan ancaman Loey soal pemaksaan, Jieya berusaha bertahan apapun yang Loey lakukan untuk mengintimidasinya.
Loey menyendok bubur abalone dan menyuapkan ke mulutnya sendiri, lalu Loey mendekati Jieya, tangannya meraup wajah Jieya dan mencium bibir Jieya. Membuat mulut Jieya terbuka dan Loey memindahkan bubur dari mulutnya ke mulut Jieya.
Menjijikan? Sangat.
Jieya terengah dan terbatuk setelah menelan bubur abalone yang dijejalkan Loey melalui mulutnya. Itu sangat menjijikkan, perut Jieya mendadak terasa memberontak, mengirimkan asam lambung ke kerongkongan yang membuat Jieya ingin muntah. Rasanya menjijikkan saat seseorang menjejalimu dengan bubur yang disuapkan dari mulut ke mulut. Jieya benar-benar ingin muntah. Belum lagi, Loey menciumnya di bibir begitu saja, tampaknya itu hal yang biasa bagi Loey, tetapi tidak bagi Jieya. Selama ini, Jieya hanya berciuman dengan Bryan kekasihnya, ini adalah kali pertama orang asing menciumnya, dan ciuman itu terjadi secara menjijikkan. Semua yang baru saja terjadi membuat Jieya merasakan suatu perasaan asing. Hanya Bryan yang menyentuh bibirnya dan sekarang Loey yang baru dikenalnya--tidak, bahkan Jieya dan Loey tidak berkenalan, mereka bertemu dalam hubungan yang aneh, dan pertemuan itu baru terjadi tidak lebih dari tiga hari dan sekarang Loey mencium bibirnya, meski pria itu berdalih memasukkan makanan dalam mulut Jieya.
"Bagaimana? Kau ingin aku menyuapimu dengan cara seperti itu?" tanya Loey sambil membersihkan bubur di sudut bibirnya dan menatap Jieya tajam.
Wajah Jieya memerah, menahan marah, muak dan tangis, juga jijik. Jieya merasa terhina dan tidak terima dengan perlakuan Loey. Tetapi, Jieya belajar mengendalikannya, sebesar apapun keinginannya untuk membalas Loey, Jieya berusaha untuk tidak membuat Loey semakin marah, atau semuanya akan semakin buruk. Kalau Loey bisa melakukan hal menjijikkan seperti yang baru saja dilakukannya, Loey pasti sanggup melakukan hal lain yang lebih mengerikan. Mungkin benar apa yang dikatakan nona Krystal, sebaiknya bertahan sampai mendapatkan kekuatan untuk melawan.
Jieya menggeleng lemah, mengingatkan dirinya untuk tidak melawan Loey sementara ini agar keadaan tidam semakin buruk.
"Bagus."
"Aku akan menyuapimu dengan cara biasa," kata Loey tenang seolah tak terjadi apapun. Padahal dia baru saja mencium bibir seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Jieya tidak lagi melawan saat Loey menyuapinya. Meski air mata mengalir membasahi pipinya, tapi Jieya tidak punya pilihan. Mungkin sementara ini Jieya harus tunduk pada Loey sebelum pria itu melakukan hal yang lebih mengerikan pada Jieya.
Loey menyuapi Jieya dengan telaten. Mengusap air mata Jieya dan memberikan minum untuk Jieya. Loey tahu bahwa Jieya merasa marah dan terluka, tapi Loey tidak membahas hal itu, karena Jieya akan melakukan perlawanan jika Loey melunak, maka satu-satunya membuat Jieya patuh adalah bersikap keras dan tegas.
Loey tidak ingin bertindak sekejam ini. Tapi Jieya sulit dikendalikan, dan sepertinya mengancam dan memaksa Jieya adalah cara ampuh untuk membuat Jieya patuh. Loey hanya tidak ingin Jieya terluka lebih parah.
"Istirahatlah," ucap Loey usai Jieya menghabiskan makanan yang disuapkan oleh Loey. Loey membantu Jieya merebahkan tubuh, dan Loey juga menyelimuti Jieya dengan selimut hangat yang halus berwarna salem.
"Bibi Ella akan menjagamu. Kau bisa minta bantuannya untuk mandi atau berganti baju," beritahu Loey pada Jieya dengan nada suara lembut. Siapapun tidak akan meyangka bahwa Loey adalah anggota mafia dan baru saja melakukan hal menjijikkan pada Jieya.
Jieya hanya diam. Tidak ada kata yang akan diucapkannya. Hatinya terlalu pedih dan lidahnya terlalu kelu. Kebencian Jieya pada Loey semakin besar dan Jieya berharap bisa mengirim Loey ke neraka, tapi Jieya tidak berdaya melawan, setidaknya untuk saat ini, Jieya harus bertahan untuk tidak membuat Loey murka dan melakukan hal mengerikan yang tidak akan pernah Jieya bayangkan sebelumnya.
***
"Hyung! Kau bawa gadis itu?" tanya Kaita saat Loey muncul di gudang pengolahan XTC.
"Hem..." gumam Loey tidak jelas, terlalu enggan menanggapi Kaita yang selalu ingin tahu urusan pribadinya.
"Apa kau sudah menidurinya?" tanya Kaita ingin tahu.
"Apakah otakmu bisa memikirkan hal lain selain s**********n?" sentak Loey dengan nada keras.
Mendengar kata-kata keras Loey, alih-alih menutup mulutnya, Kaita malah tertawa.
"Melihatmu yang seperti orang gila, masuk ruang display Lotus dan membawa Jieya keluar dari Lotus, lalu membawa Jieya ke rumah pribadimu, itu hal aneh hyung."
"Hanya dua hal yang bisa membuatmu seperti itu, dia memiliki s*x appeal yang tinggi atau kau memang jatuh hati padanya."
"Aku tidak mau membahasnya. Diamlah atau kau terpaksa diam dengan pistolku," sahut Loey galak.
"Apa kau b******u dengannya? Menciumnya minimal?" tanya Kaita lagi, sama sekali tidak terusik dengan ancaman Loey. Rasa ingin tahu Kaita lebih besar daripada ketakutannya akan ancaman yang Loey layangkan kepadanya.
"Kaita Kim! Aku memaafkanmu karena mulutmu yang tidak bisa menjaga ucapan dari Krystal, tapi kau masih tidak tahu diri seperti ini. Kau benar-benar ingin mati?" Loey mengeluarkan berretanya dan mengacungkan pada Kai, Loey terlihat benar-benar marah dan tidak ingin Kai bertanya apapun lagi padanya.
"Oh...baik...oke hyung... maaf ... aku akan tutup mulutku mulai dari sekarang." Kaita mengangkat tangan, tanda menyerah sekaligus mencegah berreta Loey menyalak. Loey memiliki kemampuan menembak yang sangat baik dan Kaita berani bertaruh jika Loey kehilangan kesabaran dan menarik pelatuk berretanya, maka bisa dipastikan jiwa Kai akan segera berpindah dari dunia ini ke Valhalla.
Loey jarang marah, dia juga pemimpin Tiger Clan yang "merakyat" Loey tidak segan mengobrol bersama anggota rendah Tiger Clan dan duduk minum soju bersama. Kepribadian Loey sangat berbanding terbalik dengan Sean William Oh yang bossy. Sean selalu menjadi boss dan bertingkah sebagai boss, Sean memang terobsesi untuk menguasai Tiger Clan, Sean tidak akan sudi bergaul dengan anggota Tiger Clan kelas rendah.
Jadi, kalau Loey sampai marah dan mengacungkan pistolnya, berarti Loey sedang dalam suasana hati yang sangat buruk dan sebaiknya Kaita tidak menganggu Loey. Loey mendengkus kasar, lalu memasukkan pistolnya kembali ke balik kemeja Hawaiinya.
"Bawakan aku kopi!" perintah Loey pada Kaita.
"Baik, hyung." Kaita beranjak dari hadapan Loey dengan patuh menuju pantry yang ada di bagian belakang untuk menyeduh kopi sesuai permintaan Loey.
Sepeninggal Kaita, Loey merogoh sakunya dan mengambil sebatang rokok. Dinyalakannya rokok itu dan dihisapnya dalam-dalam dan dihembuskannya asap bakaran tembakau ke udara.
Bercumbu dan mencium Jieya. Pertanyaan Kaita itu membuat Loey teringat lagi saat ia mencium Jieya. Itu bukan ciuman sesungguhnya karena Loey melakukannya untuk memaksa Jieya menelan makanannya. Tapi tetap saja bibirnya bertemu dengan bibir Jieya, dan Loey masih mengingat rasa bibir Jieya begitu hangat, manis dan kenyal.
Ini bukan ciuman Loey yang pertama, tentu saja. Loey sudah sangat berpengalaman dengan banyak wanita dan menyentuh bibir wanita adalah hal yang biasa. Tetapi menyentuh bibir Jieya menimbulkan rasa yang lain bagi Loey. Harum tubuh Jieya juga sempat menyapu sejenak indra pencium Loey saat mempertemukan bibirnya dengan bibir Jieya dan detik yang bergulir saat itu seperti abadi di otak Loey. Loey masih bisa mengingat setiap detailnya.
Loey menjadi gelisah. Dihisapnya rokok yang ada di antara jemarinya dan asap tembakau memenuhi paru-parunya, tapi gelisah dalam dirinya tak kunjung lenyap. Loey ingin bertemu Jieya, sekarang, tidak ingin ditunda, padahal baru saja Loey bertemu gadis itu.
Loey mencoba mengalihkan perhatiannya pada para pekerja yang mengepak butiran pil haram, dan bubuk sabu. Loey menggerakkan tubuh tingginya ke sekeliling para pekerja, mencoba mengecek tiap kemasan yang akan dikirim ke China, agar otaknya tidak terus menerus memikirkan soal Jieya. Namun apapun yang Loey lakukan, tetap saja otaknya mengingatkan Loey pada Jieya. Tiba-tiba saja muncul rasa khawatir di benak Loey. Pertanyaan demi pertanyaan hilir mudik dalam benaknya. Apakah Jieya sudah makan? Apakah Jieya mencoba melarikan diri dan melukai dirinya sendiri? Apakah Jieya baik-baik saja? Apakah Jieya masih menangis dan marah kepadanya? Berbagai pemikiran datang dalam benak Loey dan membuat Loey tidak tenang. Pada akhirnya, Loey membuang rokoknya ke lantai, dan menginjak bara apinya, lalu meninggalkan para pekerja yang sedang mengepak barang haram.
"Hyung! Ini kopinya. Maaf agak lama karena...." ucap Kaita pada Loey yang terus berjalan melewati Kaita yang berdiri dengan segelas kopi di tangannya. Loey berjalan cepat meninggalkan gudang dan sama sekali tidak peduli pada Kaita yang memanggil dan mengingatkan Loey soal kopi yang dimintanya tadi.
"Apa dia marah karena kopinya lama? Ah dia sangat pemarah sekarang," keluh Kaita sambil menatap Loey yang meninggalkan gudang pengolah XTC dengan mobil Land Rovernya.