When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Ayah tidak mau ini semua sia-sia. Ayah harus segera pergi menyusul ibumu, Gwen. Ibumu sudah menunggu ayah," ujar Tuan Jimmy yang seketika membuat jantung Gwen terasa diremas. "A-apa maksud Ayah bicara seperti itu?" tanya Gwen dengan suaranya yang serak, dia dapat melihat manik sang ayah yang berkaca-kaca. Apakah ayahnya berniat meninggalkan dirinya, pikir Gwen. Jemari Tuan Jimmy yang bebas mengusap jejak basah di pipi Gwen. "Sudah saatnya kau memikirkan dirimu sendiri, Gwen. Baktimu pada ayah sudah selesai. Sekarang, giliran Nich yang mendapatkan itu semua. Dia suamimu, maka kau harus menghormatinya sebagaimana mestinya," ujarnya berpesan, kendati dia tahu jika pernikahan putrinya hanya berlandaskan sebuah kontrak kerja sama. Akan tetapi, Tuan Jimmy tidak akan mengungkitnya sekarang.