Kamu Adalah Milikku

1295 Words
Lee memasuki ruangan latihan khusus dirinya, seorang guru telah menunggu pria tampan yang telah menjadi actor ternama dan digilai wanita diseluruh dunia. Lee sudah lama tidak datang keruangan latihan karena kesibukan syuting.   “Apa kabar Lee?” Pria paruh baya tersenyum pada Lee, ia telah melatih Lee dari kecil.   “Baik Guru.” Lee membungkukkan badannya memberi hormat.   “Apa kamu sudah siap?” Pria yang menjadi Guru itu memasang kuda-kuda. Lee membuka kemeja memperlihatkan tubuh seksi berotot.   “Tentu saja.” Lee bersiap menerima serangan dari gurunya. Gerakan cepat dan pukulan ringan telah mengenai tubuh Lee, pria itu terjatuh di lantai.   “Ini adalah akibat dari tidak pernah mangasah diri.” Guru itu duduk di kursi melihat Lee terkapar di atas lantai.   “Anda benar.” Lee tersenyum dan duduk.   “Aku datang kemari untuk berlatih kembali.” Lee beranjak dari lantai dan duduk di depan gurunya.   “Apa kamu punya waktu untuk latihan?” Guru meneguk the hangat yang tersedia di atas meja.   “Aku memiliki waktu liburan setelah berkeliling dunia dan mengosongkan jadwal syuting.” Lee menggunakan kemejanya.   “Kapan kamu akan mulai latihan?” Guru Lee melihat keluar jendela.   “Secepatnya.” Lee meneguk Yuja Cha.   Teh tradisional Korea yang dibuat dengan mencampurkan air panas dengan selai jeruk. Teh Yuja adalah teh yang menyehatkan karena tidak mengandung kafein. Yuja Cha dibuta dari buah Yuja, limau, atau Yuzu, buah Jepang. The dikenal karena menfaat kesehatannya.   “Teh ini sangat nikmat dan menyegarkan.” Lee meneguk habis Yuja Cha miliknya.   “Apa kamu mau berkeliling?” Pria itu menatap lembut pada Lee.   “Tentu saja, aku sudah sangat rindu pada tempat ini.” Lee beranjak dari kursinya dan menggunakan kembali masker untuk menutupi wajahnya.   “Aku akan memperkenalkan dirimu dengan seorang gadis yang masih sangat muda dan luar biasa.” Guru tersenyum.   “Apa dia tidak akan menerkam ku?” Lee tersenyum melihat gurunya, setiap gadis yang melihat dirinya akan berteriak histeris.   “Dia berbeda.” Guru menepuk pundak Lee dan berjalan bersama menuju halaman belakang.   “Itu adalah gadis kecil dengan kekuatan besar bernama Anna.” Guru tersenyum melihat Anna yang sedang menghajar dan mengalahkan lawan latihannya.   “Dia adalah jodohku.” Lee tersenyum.   “Apa yang kamu gumamkan?” Guru melihat Lee yang telah ia anggap seperti anak sendiri.   “Tidak ada.” Senyuman lebar terlihat jelas di wajah actor tampan itu.   “Apa kamu mau bertanding dengan dirinya?” tanya guru.   “Tidak, aku ingin bertemu khusus dengan dirinya dan hanya berdua.” Lee berjalan meninggalkan tempat latihan Anna.   “Apa yang ia pikirkan?” Guru mengikuti Lee.   Anna telah selesai latihan dan berjalan menuju sebuah tempat duduk yang berada di bawah pohon, ia membuka baju latihan dan hanya menggunakan kaos tanpa lengan yang basah karena keringat. Beberapa teman wanita duduk besama Anna untuk beristirahat menghilangkan letih dan keringat di tubuh.   “Anna, bagaimana kamu memiliki kemapuan bertanding yang berbeda dari kami?” tanya seorang wanita.   “Aku sudah terbiasa dari kecil.” Anna tersenyum, ia meneguk air mineral.   “Kenapa dia membuka pakaiannya di tempat umum?” Lee melihat Anna dari kejauhan.   “Mata para pria melihat dirinya, ingin rasanya aku kesana dan menutupi tubuh itu dengan selimut.” Lee menggerutu seorang diri dari ruangan pribadinya yang berdinding kaca.   “Anna.” Seorang pria paruh baya tersenyum pada Anna.   “Halo guru.” Anna segera berdiri dan memberi hormat.   “Bisakah kamu ikut guru?” pria itu melirik kearah ruangan Lee.   “Tentu saja.” Anna mengambil pakaian latihan dan membawanya bersama mengikuti langkah kaki Guru.   “Apa kalian tahu, Anna tidak pernah berpacaran.” Seorang wanita berbicara dengan rekannya.   “Dia menghabiskan waktu dengan belajar, latihan dan bekerja di kedai mie.” Seorang lagi berbicara mengamati kepergian Anna bersama Guru besar.   “Kita akan kemana Guru?” tanya Anna karena ia tidak di bawa kedaerah itu.   “Pemilik tempat ini mau bertemu dengan dirimu.” Guru membuka pintu untuk Anna.   “Jalan kurus saja.” Guru tersenyum.   “Terimakasih.” Anna menunduk untuk memberi hormat, ia berjalan masuk melalui jalanan berdinding dan berlantai kaca tebal.   “Tempat apa ini?” Anna memperhatikan sekeliling, jari-jari indahnya menyentuh kaca hingga ia berhenti tepat di depan pintu.   “Kenapa pemilih tempat ini mau bertemu dengan diriku?” Anna menarik napas panjang dan membuangnya perlahan, ia mengetuk pintu yang terbuka otomatis.   “Ya Tuhan.” Gadis itu terkejut, ia melihat sebuah ruangan dengan kursi dan meja kerja serta sofa.   “Permisi.” Anna melangkah masuk dan pintu tertutup otomatis.   “Ya Tuhan, ruangan ini terlalu canggih dan mengejutkan.” Anna melihat pintu yang telah menutup.   “Halo, apakah ada orang?” Anna terdiam di depan pintu memegang baju latihannya.   “Sebaiknya aku keluar.” Tangan Anna akan membuka pintu dan tubuhnya tertekan dari belakang.   “Halo gadil kecil.” Suara yang tidak asing tersengar di telinga Anna.   “Oh My God.” Anna mengencangkan pegangan pada gagang pintu.   “Sepertinya kamu sangat suka datang pada diriku.” Lee memeluk Anna dari belakang, mengunci kedua tangan gadis itu.   “Apa yang kamu inginkan?” tanya Anna kesal yang kembali bertemu dengan Lee.   “Kamu, jadilah kekasihku.” Lee berbisik di telinga Anna meniupkan udara hangat dari mulutnya.   “Lepaskan!” Anna berusaha berontak.   “Kekuatan wanita tidak akan sebanding dengan seorang pria.” Lee semakin mengeratkan tangannya.   “Baiklah lepaskan aku, tubuhku berkeringat!” Anna semakin kesal.   “Aroma keringat yang manis.” Lee mencium leher Anna membuat seluruh rambut pada tubuh gadis itu berdiri merinding, wajah dan telinganya memerah karena geli dan kulit yang sensitive.   “Lepaskan aku!” Suara Anna melemah.   Lee tersenyum melihat kulit sensitive Anna yang membuat wanita itu melemah karena geli akibat dari  sentuhan dan ciuman di bagian leher. Tubuh itu terlihat bergetar.   “Hey, wajah kamu merah.” Lee mencium pipi Anna.   Dengan kesal dan emosi, kaki Anna menedang pintu hingga tubuh mereka terdorong kebelakang dan jatuh di sofa. Anna berada di atas tubuh Lee yang masih mengunci tubuhnya. Kaki mereka berdua bertarung dan saling menedang.   “Tidak bisakah kamu diam!” bentak Lee.   “Tidak bisakah kamu membiarkan aku tenang?” Anna terngah-engah kelelahan.   “Jika kamu terus bergerak sesuatu di bawah sana ikut terbangau.” Lee tersenyum nakal.   “Lepaskan!” Anna berteriak kesal, ia tidak bisa berbuat apa-apa di depan pria itu, padahal dirinya sudah pernah membuat bibir Lee pecah dengan tendangan tetapi sekarang pria itu bisa membaca setiap gerakan dirinya.   “Kenapa kau selalu emosi setiap bertemu dengan diriku? Tidak bisakah kamu berbicara santai?” Lee kesal.   “Karena dari pertama bertemu kamu sudah membuat aku kesal.” Anna berteriak memekakkan telinga Lee.   “Stop!” Lee membalik tubuh Anna yang semula di atas kini berada di bawah.   “Aku bisa gila karena dirimu.” Lee menatap tajam pada mata indah Anna.   “Lepaskan diriku dan lupakan bahwa kita pernah bertemu.” Anna melotot.   “Siapa yang bisa melupakan tendangan pada wajah mahalku ini.” Lee menyeringai.   “Apa kamu tahu aku telah mengasuransikan wajah ini?” Lee mendekatkan wajahnya pada Anna hingga  hidung mereka bersentuhan, hembusan hangat keduanya beradu dalam deruan napas menggoda.   “Aku akan mem.” Kalimat Anna terputus, Lee telah melumat bibir mungil dengan mulutnya. Gadis itu berusaha berontak dan mengunci giginya tetapi Lee tidak membiarkan itu lidah pria dewasa itu menjelajahi ruang dalam mulut. Ciuman paksaan dan basah begitu dinikmati.   Ketika ada kesempatan Anna mengigit bibir Lee, hingga pria itu melepaskan ciumannya, darah menetes di wajah putih gadis cantik dengan tatapan menyala penuh emosi dan kebencian. Aktor tampan tersenyum, ia mengigit dan menghisap leher Anna sehingga memberika tanda merah dan gigitan.   “Arrg.” Anna berteriak marah, geli, merinding dan rasa yang bercampur aduk dalam diri yang tidak ia mengerti.   “Tidak aka nada yang mendengar teriakan dirimu.” Tersenyum dan menjlati bibirnya yang terasa perih karena luka.   “Kau pria gila menjijkan.” Anna mengigit bibirnya.   “Tenanglah aku hanya melakukan ini dengan dirimu dan kamu tidak perlu cemburu.” Lee beranjak dari sofa dan melepaskan tubuh Anna.   “Jangan pernah memperlihatkan tubuh indah kamu dihadapan pria lain.” Lee mengambil tisu untuk membersihkan darah di bibirnya.   “Kau, kau tidak punya hak untuk melarang diriku, aku bisa melindungi diri sendiri.” Anna membuka baju yang telah mengikat tangannya.   “Dengar Anna, kamu adalah milikku!” Lee kembali menekan tubuh Anna ke Sofa.   “Apa kamu seorang psykopat?” Anna menatap Lee penuh kebencian.   “Kamu telah melakukan pelecehan pada diriku.” Tatapan tajam Anna menahan luapan emosi.   “Kamu adalah kekasihku, tidak ada istilah pelecehan.” Lee tersenyum.   “Aku membenci dirimu.” Anna mendorong tubuh Lee dan keluar dari ruangan itu, dan melihat warna merah di leher putih dan jenjangnya. Ia segera membuka ikatan rambut untuk menutupi bekas gigitan dan hisapan pria itu.   “Kenpa aku harus bertemu dengan pria gila berhasrat itu?” Anna mengusap lehernya dan berjalan menuju parkiran. Mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Nenek San.   “Aku tidak bisa mengontrol diri setiap kali melihat dirinya, apa karena usiaku yang telah matang dan tidak pernah berpacaran?” Lee mengacak rambutnya.   Dengan kesibukan dan pelatihan yang Lee lakukan, ia tidka memiliki kesempatan jatuh cinta hingga mencapai kesuksesan. Tidak boleh ada hubungan apapun denga nlawan jenis agar tidak menjadi skandal.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD