Ciuman Pertama
Kebencian kepada seorang papa yang telah meninggalkan dirinya dan Mama Marina membuat Anna membenci semua pria yang berada di dunia hiburan. Papa Anna adalah seorang actor yang berasal dari Korea dan Mamanya adalah dokter bedah yang sangat cantik.
Hari ini ia harus kembali ke Negara yang ia benci untuk kuliah dan mencari Papanya sesuai permintaan Mama Marina. Anna sangat menyayangi wanita yang telah membesarkan ia sendirian sehingga menjadi gadis cantik yang cerdas.
Rumah minimalis dengan taman indah dan luas dipenuhi banyak pohon berbuah, sayuran dan bunga beranekaragam. Lingkungan yang sangat asri dan menyejukan. Burung-burung berkicau menyambut pagi, kumbang dan kupu-kupu berterbangan berebut sari madu.
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang sedang menikmati sarapan bersama mama tercinta. Anna hanya tinggal berdua dengan Mamanya sejak ia dilahirkan hingga menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan melanjutkan kuliah di kampus Seoul National University Korea Selatan, jurusan kedokteran.
“Sayang, kamu akan segera menyelesaikan kuliah, bisakah temukan Papa?” Mama Marina duduk di depan Anna yang hampir menyelesaikan sarapannya.
“Tentu saja Ma, Anna akan lakukan semua permintaan Mama.” Anna tersenyum menutupi kebohongannya.
Gadis itu tidak pernah berusaha mencari Papanya, ia hanya fokus pada kuliah agar bisa diselesaikan lebih cepat, kembali ke Indonesia menjadi dokter terbaik dan termuda. Kuliah di Korea adalah kemauan Mama Marina yang dilakukan dengan terpaksa tetapi Anna tetap menjadi Mahasiswi terbaik.
Anna berhasil mendapatkan beasiswa Korean Government Scholarship Program atau KGSP, menjadi mahasiswi cerdas dan menguasai tiga kemampuan beladiri yaitu Taekwondo, Karate dan Silat serta menyukai banyak cabang olahraga. Gadis itu juga mampu berbicara dalam bahasa Inggris dan korea.
“Sayang, Mama akan mengantarkan kamu ke Bandara.” Mama mencium dahi Anna, beranjak dari kursi berjalan menuju garasi mobil.
"Ya, Ma." Anna menghabiskan sarapannya, tidak ada keinginan untuk kembali ke Korea, semua dilakukan demi Mamanya, ia harus segera menyelesaikan kuliah. Gadis itu beranjak dari kursi membersihkan peralatan makan dan ke kamar mandi untuk menggosok gigi, mengambil sebuah koper kecil berisi cemilan khas daerahnya yang akan ia berikan kepada Yuna sebagai oleh-oleh.
“Sayang, kenapa rambutnya diikat? kamu sangat cantik dengan rambut tergerai.” Mama melihat Anna yang tersenyum manis masuk ke dalam mobil.
“Ma, itu akan memudahkan diriku bergerak.” Anna meletakkan koper di kursi penumpang, ia memasang sabuk pengaman.
“Sayang, Mama bercanda, bagaimanapun gaya rambut kamu tetap terlihat cantik, lihatlah leher jenjang yang seksi ini.” Mama menyentuh rambut halus di bagian belakang leher Anna.
“Ma, itu menggelikan.” Anna tersenyum mengusap lehernya, rambut-rambut halus diseluruh tubuhnya berdiri.
“Kulitmu benar-benar sensitif dengan sentuhan.” Mama tersenyum melihat telinga Anna memerah dan mengusap tangannya untuk merapikan kembali rambut halus yang berdiri.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan perkarangan rumah minimalis yang sangat asri menuju bandara Internasional. Mama dan Anna telah sampai di pintu masuk, mereka berjalan bersama menuju ruang tunggu.
Wanita itu mencium dahi dan memeluk tubuh Anna dengan erat, melepaskan kepergian putri sematawayang untuk menyelesaikan kuliah di Negara asal suaminya.
“Terimakasih Ma, maafkan Anna yang belum bisa memenuhi keinginan Mama untuk menemukan Papa.” Anna menatap wajah cantik Mamanya.
“Tuhan pasti akan mempertemukan kamu dengan papa, Sayang.” Mama mencium pipi Anna dan melepaskan pelukannya.
Anna melambaikan tangan, meninggalkan Mama yang tersenyum cantik padanya, senyuman penuh harap agar Anna bisa membawa suaminya pulang dan berkumpul bersama.
Pesawat telah mengudara meninggalkan langit Jakarta menuju bandara Internasional Incheon Korea Selatan. Anna memasangkan hearphone di telinganya mendengarkan musik dan tidur dengan nyenyak di kursi. Gadis itu terbangun ketika pesawat telah mendarat.
“Aku kembali lagi ke Negara ini.” Anna menarik napas dengan berat.
"Baiklah, ayo selesaikan kuliah dan pulang ke Indonesia." Gadis itu menyemangati dirinya sendiri, ia beranjak dari kursi ketika semua orang telah turun dari pesawat sehingga ia berjalan dengan santai seorang diri.
Anna berjalan menuju pintu utama dan terkejut ketika melihat ada banyak fans yang sedang menunggu kedatangan sang idola, seorang aktor sekaligus penyanyi terkenal.
“Apa-apaan ini?” Anna memijit kepalanya, ia merasa mual dan pusing melihat kerumunan banyak orang.
“Aku tidak bisa melewati semua pintu keluar.” Anna kembali masuk ke dalam Bandara.
“Aku benar-benar pusing.” Anna duduk di kursi yang berada di sudut ruangan tersembunyi untuk menenangkan diri, ia mengambil botol minuman sari buah dan meneguknya berharap bisa menghilangkan rasa mual pada perut.
“Sepertinya di sana ada jalan keluar.” Anna tersenyum, untuk tubuh ramping dan koper kecil, ia bisa melewati jalan itu dan keluar dengan aman, gadis itu segera menyimpan botol minuman kedalam tas ransel. Beberapa orang melewati Anna.
“Ayana, kenapa para fans bisa mengetahui kepulangan diriku?” Lee kesal melihat banyak orang yang telah menunggu dirinya di depan pintu keluar.
“Aku tidak tahu, sepertinya ada yang membocorkan informasi kepulangan kita ke Korea.” Ayana kebingungan.
“Aku harus lewat pintu belakang gudang bandara yang sempit dan pengap itu lagi.” Lee duduk di kursi, ia tidak suka dengan jalan sempit yang harus ia lewati untuk menghindari para fans.
“Oppa Lee!” teriak seorang wanita.
“Pergilah!” Ayana mendorong tubuh Lee.
Lee berlari, menuju ruangan yang sempit ia tidak menyangka akan bertemu dengan seorang gadis yang juga akan melewati jalan yang sama.
Anna yang baru saja beranjak dari kursi dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang keluar dari sudut ruangan bertabrakan dengan Lee yang tergesa-gesa.
“Ah.” Anna merasakan tubuhnya sakit ditimpa benda keras dan berat serta punggung yang terhempas ke lantai.
Anna membuka mata, merasakan sesuatu menempel dan bergerak di bibirnya yang terasa basah, ia terkejut melihat seorang pria tampan yang menatap mata indahnya dengan bibir mereka saling bersentuhan.
Lee menikmati ciuman yang tidak sengaja, ia merasakan bibir lembut dan manis yang tidak rela untuk dilepaskan.
“Aaah.” Anna berteriak dan mendorong tubuh Lee ke samping hingga membentur dinding.
“Auw.” Lee menyentuh kepalanya.
“Apa yang kamu lakukan?” Mata Anna memerah menggigit dan menyentuh bibirnya, ciuman pertamanya telah diambil oleh pria yang tidak ia kenal.
Lee dapat menebak ekspresi gadis kecil di depannya yang telah kehilangan ciuman pertamanya. Pria dewasa yang telah berusia 32 tahun itu tersenyum.
“Hey, kamu sangat beruntung mendapatkan ciuman dariku.” Lee tersenyum dan menyentuh bibirnya, ia sangat kagum dengan kecantikan gadis kecil di depannya, sangat berbeda.
“Apa kamu seorang fans atau wartawan? Apakah kamu mengambil foto ketika kita berciuman?” Lee mendekat, memperhatikan Anna dan barang bawaannya.
“Kamu pria gila yang tidak tahu diri.” Anna mendorong tubuh Lee dan beranjak dari lantai, ia mengambil koper dan berjalan menuju jalan kecil.
“Tunggu, aku belum memeriksa ponsel kamu!” Lee memegang tangan Anna.
“Lepaskan tanganku, aku akan menghancurkan wajah plastik dirimu.” Anna memelototi Lee.
"Apa?" Lee terkejut dengan perkataan Anna yang mengatai dirinya wajah plastik.
“Apa kamu pikir bisa lari begitu saja setelah mengambi foto dan menghina diriku?” Lee menarik tangan Anna dan menekan tubuh gadis kecil ke dinding.
“Apa kamu gila, untuk apa aku mengambil foto dirimu?” Anna berusaha melepaskan dirinya.
“Berikan ponsel kamu, aku harus memeriksanya.” Lee mengadahkan tangannya.
“Kamu bisa mengambil ponselku di dalam saku hoddie.” Anna kesal, kenapa ia harus bertemu pria gila yang aneh.
Lee mengambil ponsel Anna dan membukanya, tidak ada foto Lee sama sekali yang ada hanya foto kegiatan Anna, seperti di kampus, olahraga dan mengikuti pertandingan beladiri. Ia melihat foto gadis itu dengan teliti memperhatikan setiap moment yang ada di dalam ponsel.
“Apa kamu menemukan foto kamu?” Anna merebut ponselnya dari tangan Lee yang hanya terdiam
dan mengambil koper kecil, ia berjalan menuju lorong kecil belakang bandara, Lee mengikuti Anna dari belakang.
“Kenapa kamu mengikuti diriku?” Anna menatap tajam kepada Lee.
“Aku hanya mau keluar dari Bandara ini tanpa bertemu banyak orang dan apakah kamu tidak mengenal diriku?” Lee tersenyum.
“Apa pentingnya mengenal orang aneh seperti kamu.” Anna melanjutkan langkah kakinya.
“Tunggu dulu!” Lee menahan tangan Anna.
“Jangan menyentuhku!” Anna menarik tangannya dengan kesal, ia mempercepat langkahnya hingga sampai di belakang bandara yang sepi dan asing. Anna mengambil ponselnya, ia harus menghubungi Yuna agar bisa menjemput dirinya.
"Apa dia benar-benar tidak mengenali diriku?" Lee terus memandangi Anna dari atas hingga bawah.
“Halo Yuna, bisakah kamu menjemput diriku?” Anna duduk di batu pinggir jalan, Lee terus memperhatikan gadis di depannya, ia merasa tidak puas melihat kecantikan berbeda dari wanita Korea pada umumnya.
“Kamu dimana, Sayang?” Yuna menggoda Anna.
“Aku tidak tahu, aku keluar dari pintu belakang dan muncul di tempat pembuangan.” Anna memperhatikan sekeliling, ia tidak memperdulikan Lee yang tersenyum memandang dirinya.
"Apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Yuna heran.
"Ceritanya panjang, katakan apa yang harus aku lakukan agar bisa keluar dari sini." Anna melirik Lee.
“Kamu harus menemukan jalan raya, gunakan saja peta yang ada di ponsel kamu.” Yuna mulai khawatir, ia yakin Anna tidak tahu jalan di belakang Bandara.
“Baiklah, tunggu aku.” Anna mematikan ponselnya yang hampir kehabisan batre karena digunakan mendengarkan musik.
Anna benar-benar kesal dengan keberadaan Lee di dekatnya tetapi dengan kemampuan beladiri yang ia miliki, tidak ada rasa takut sedikitpun padanya. Terlahir menjadi seorang wanita bukan berarti kita adalah makhluk lemah, semua dapat dipelajari untuk menjaga diri. Lakukan banyak persiapan sebelum melakukan perjalanan.