Bermain Basket

2161 Words
Mobil Yuna memasuki garasi, ia melihat Anna yang masih tertidur, gadis cantik itu sangat lelah melakukan penerbangan dan berkelahi, belum lagi tubuh dan bibir yang ditimpa seorang pria asing yang menjengkelkan. Perlahan mata indah itu terbuka. “Apa kita sudah sampai?” tanya Anna melihat sekeliling. “Sayangku kamu sangat lelah.” Yuna mencubit pipi Anna. “Hmm.” Anna membuka pintu dan keluar dari mobil. “Anna, apa yang terjadi pada dirimu?” Yuna mengikuti langkah Anna dan segera membuka pintu rumahnya. “Yuna, aku sangat lelah, aku harus mandi untuk menyegarkan diri.” Anna memijit batang hidungnya. “Baiklah, kamu harus beristirahat dan mengobati luka pada tangan kamu.” Yuna melihat wajah kusut Anna yang terlihat jelas sedang kesal. Wanita cantik dengan wajah campuran Indonesia-Korea itu berjalan menuju kamar yang biasa ia gunakan, Anna membuka hoddie dan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya, ia benar-benar gerah dan lelah. Tubuh mungil indah dengan otot perut terlihat jelas, kulit halus dan bersih berkilau berada di bawah guyuran air Shower yang hanya menggunakan bra dan celana dalamnya. Air mengalir melewati lekukan-lekukan yang mengoda memberikan rasa segar dan nyaman. Anna menatap wajahnya di depan cermin yang ada di dalam kamar mandi. “Aarg.” Anna berteriak ketika melihat bibir seksinya mengingat ciuman pertama yang telah diambil dan dinikmati oleh actor ternama Korea. “Kenapa hari ini aku sangat sial.” Anna menyelesaikan mandinya, tubuh indah hanya dibaluti handuk berwarna putih sebatas paha, gunung kembar padat berisi seakan tidak ingin bersembunyi. Wanita cantik itu duduk di depan meja rias, mengeringkan rambut hitam pekat sedikit bergelombang panjang melewati bahu, wajah cantik terpantul dari cermin, bulu mata lentik dan bola mata hitam coklat. “Hey Anna.” Yuna tersenyum dan masuk ke kamar Anna. “Apa yang kam bawa?” Anna melihat Yuna dari pantulan cermin. “Oh, lihat tubuh seksi ini.” Yuna menenyuh d**a Anna. “Jangan lakukan itu.” Anna menepis tangan Yuna. “Dasar.” Yuna duduk di atas tempat tidur. “Apa yang kamu bawa?” tanya Anna berjalan menuju lemari pakaian. “Gaun malam.” Yuna tersenyum dan membuka dua buah paper bag. “Apa kamu mau pergi ke pesta?” Anna tersenyum manis. “Makan malam keluarga.” Yuna bersemangat. “Ooo.” Anna membulatkan mulutnya. Anna menggunakan celana jeans panjang lembut berwarna biru langit. Yuna bisa melihat perut ramping Anna dengan bentuk sixpack. "Ya Tuhan, sejak kapan kamu membuat tubuh mungil itu terlihat seksi." Yuna beranjak dari tempat tidur dan menyentuh perut Anna. "Hey, jangan lakukan itu, kulitku sensitif." Anna menepis tangan Yuna. "Sensitif?" Yuna bingung. "Kamu tahu, aku tidak suka sentuhan langsung, itu sangat menggelikan." Anna selesai menggunakan kaos oblong berwarna putih. "Benarkah?" Yuna terlihat nakal dengan jari - jari yang siap menyerang Anna. "Jika kamu sudah siap aku banting di lantai, lakukanlah!" Anna tersenyum. "Ah, mengerikan." Yuna menjauh dari Anna. "Baguslah, jadi jangan menyentuh tubuh telanjang ku." Anna berjalan keluar dari kamar. “Apa yang akan aku makan untuk makan siang ini?” Anna keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. “Aku sudah memasak makanan kesukaan dirimu.” Yuna mengikuti Anna. “Terimakasih.” Anna tersenyum dan segera menikmati makanan. “Kamu harus membayar mahal untuk makan siang ini.” Yuna tersenyum dan duduk di depan Anna. “Ah, kamu curang.” Anna memicingkan matanya. “Menemani diriku makan malam di rumah paman dan bibiku untuk menyamput kepulangan anak kesayangan mereka.” Yuna memelas. “Itu makan malam keluarga dan aku orang asing, aku tidak bisa ikut.” Anna menyelesaikan makannya dan mencuci piring. “Aku mohon, aku sudah mengantakan kepada bibi akan mengajak teman.” Suara Yuna terdengan sedih. “Dengar Yuna, biasanya urusan keluarga sangat rumit, aku tidak mau berada diantara kalian.” Anna mengedipkan matanya. “Sayangku, jangan khawatir Kak Lee adalah putra kesayangan, tidak akan ada keributan dan perebutan harta seperti di drama-drama korea.” Yuna tertawa. “Apa aku terlihat seperti pencinta drama korena?” Anna memicingkan matanya. “Ah, aku lupa kamu bahkan tidak pernah menyalakan tv.” Yuna tertawa terbahak-bahak. “Hey, aku menyalakan TV ketika ada acara kesehatan.” Anna mengeringkat tangannya. “Baiklah calon dokter, kamu harus ikut dengan diriku ke acara makan malam, aku telah menyiapkan gaun cantik untuk tubuh indah ini, membuat iri saja.” Yuna mengusap tubuh Anna. “Ya Tuhan, jangan lakukan itu Yuna.” Anna mendorong tubuh Yuna. “Kamu sangat sensitive, bagaimana jika seorang pria menyentuh dirimu?” Yuna tersenym mengoda. “Aku akan memukulnya, Arrrg.” Anna menjadi kesal, ia teriingat kejadian di belakang Bandara. “Hey ada apa dengan dirimu? Kenapa kamu menyentuh bibir?” Yuna memperhatikan Anna. “Tak apa, hanya tergigit.” Anna tersenyum. “Kamu berbohong, apakah seseorang telah mencium paksa dirimu, dia sangat beruntung.” Yuna mendekatkan wajahnya pada Anna. “Apa yang kamu lakukan?” Anna mundur mengindari Yuna. “Memeriksa bibir kamu.” Yuna terus mendekat. “Yuna hentikan, aku akan menghajar dirimu.”Anna terduduk di sofa ruangan tengah. “Ah, lihat wajah cantik yang sedang marah sangat menggemaskan.” Yuna mencubir pipi Anna. “Yuna, apa kamu mau aku memuntahkan makananku?” Anna melotot. “Tidak sayang, aku tidak akan mengganggu lagi.” Yuna tersenyum menggoda dan meninggalkan Anna, ia mau mencoba gaun pesta. “Hari ini sangat sial.” Anna kembali menyentuh bibirnya. “Sial, aku bahkan tidak bisa melupakan wajah menjenggelkan itu.” Anna mengepalkan tangannya. “Ya Tuhan, jangan pertemukan lagi aku dengan pria itu.” Anna melihat layar poselnya, mengirimkan pesan kepada Mamanya. “Anna, kemarilah.” Yuna berteriak dari kamarnya. “Ada apa?” Anna berjalan menuju kamar Yuna. “Bagaimana gaun ini?” tanya Yuna tesenyum cantik. “Bagus.” Anna duduk di atas tempat tidur dan memperhatikan Yuna yang berputar-putar di depan cermin. “Apa kamu menyukainya?” tanya Yuna. “Ya, kamu terlihat cantik dan anggun.” Anna tersenyum. “Kamu jauh lebih cantik Anna.” Yuna berjalan mendekati Anna dengan senyuman nakal. “Jangan lakukan itu, aku masih suka pria.” Anna mengerutkan alisnya. “Aku rela menjadi selingkuhan kamu sayang.” Yuna memeluk tangan Anna. “Orang akan berpikir kamu serius dengan perkataan itu.” Anna merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Yuna. “Anna, cobalah gaun kamu.” Yuna menarik tangan Anna. “Lepaskan, aku mau tidur.” Anna memejamkan matanya. “Anna, apa kamu tega melihat diriku berkendara sendirian di malam hari?” Yuna memasang wajah sedih. “Kamu bisa minta jemput sopir dari keluarga kamu.” Anna memeluk guling. “Aku mau kamu bersama diriku dan menggunakan gaun pesta.” Yuna beranjak dari tempat tidur dan Anna benar-benar tidur. *** Anna membuka matanya karena mendengarkan ponselnya berdering. "Mama." Anna menggeser icon hijau untuk menerima panggilan. "Halo Ma." Anna menjawab panggilan Mama. "Anna Sayang, kamu dimana?" Suara Mama Anna sangat lembut. "Aku di rumah Yuna." Anna berhati-hati menjawab pertanyaan Mamanya. "Sayang, apa kamu sedang tidur?" tanya Mama. "Aku sudah bangun.” Anna segera duduk. “Baiklah sayang , beristirahatlah, pasti kamu sangat lelah.” Mama tidak enak mengganggu Anna. “Tak apa Ma, aku baik-baik saja.” Anna menenangkan Mamanya. "Sayang, kamu sudah hampir selesai kuliah, bisakah temukan papa?" Suara Mama tertekan. "Maafkan Anna telah mengecewakan Mama." Anna menahan sedih. Selama kuliah di Korea, Anna tidak pernah berniat mencari Papanya, walaupun ia memiliki foto papa di dalam dompetnya. "Tidak Sayang, kamu sudah belajar dengan giat sehingga mendapatkan beasiswa dan akan menjadi Dokter termuda." Suara Mama lebih tenang. "Terimakasih Ma, Anna mau selesaikan kuliah lebih cepat dari waktunya." Anna memijit batang hidungnya, ia ingin segera meninggalkan Korea. "Baiklah Sayang, istirahatlah, love You." Mama menutup panggilan. "Love You too, Mama." Anna meletakkan ponselnya di atas meja. "Maaf Ma, Anna mengecewakan Mama, Anna tidak akan mencari Papa." Anna memejamkan matanya. "Anna." Yuna memanggil Anna dan membuka pintu kamar. "Ada apa?" Anna kembali ke kamarnya diikuti Yuna. "Hey, apa kamu mau kembali ke rumah nenek San?" Yuna duduk di samping Anna yang sedang merapikan ranselnya. "Aku akan tidur semalam di rumah kamu dan kembali besok siang." Anna tersenyum beranjak dari tempat tidur dan meletakkan raselnya di pinggir pintu. "Anna, aku mohon temani diriku mala mini saja?" Yuna menatap Anna dengan manja. “Akan aku pikirkan setelah selesai bermain basket.” Anna berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. "Aku harus mengajak Anna ikut makan malam, pasti dia sangat cantik dengan gaun pesta." Yuna merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. "Anna kamu mau kemana?" Yuna mengikuti Anna. "Aku akan pergi ke lapangan basket, apakah motor ku ada di dalam garasi kamu?" Anna memakai jaketnya. "Tentu saja." Yuna mengambil kunci motor Anna dari lemari kamarnya. Anna duduk di depan pintu menunggu Yuna memberikan kunci motornya. "Apa aku boleh ikut?" Yuna tersenyum dan melemparkan kunci motor kepada Anna. "Apa kamu akan naik motor dengan rok pendek itu?" Anna memperhatikan paha putih Yuna dan menggelengkan kepalanya. "Mereka akan mengira kita adalah sepasang kekasih." Yuna tersenyum dan mengambil sepatunya. "Terserah dirimu." Anna berjalan menuju garasi dan mengeluarkan motor sport berwarna hitam. Yuna menggunakan helm dan membiarkan rambut pirangnya tergerai, memeluk pinggang ramping Anna dari belakang seperti seorang kekasih. Anna segera mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju lapangan basket untuk berolahraga sore dan memarkirkan motornya di tempat parkiran, melepaskan helm, membuka jaketnya. "Anna aku tidak bisa membuka helm ku." Yuna sengaja agar Anna membantu membukakan helm. "Aku tahu kamu pura-pura." Anna segera melepaskan helm Yuna. "Terimakasih Sayangku." Yuna tersenyum manis. "Jangan lakukan itu, orang akan salah sangka." Anna meletakkan helm Yuna di belakang motor. "Waaah, banyak cowok tampan dan seksi." Yuna melihat lapangan basket. Seorang pria tampan memperhatikan Anna yang berjalan memasuki lapangan basket. "Bidadari Indonesia ku sudah kembali." Pria itu tersenyum manis berjalan mendekati Anna. "Halo Anna, apa kabar?" Pria itu harus menunduk untuk melihat wajah eksotis Anna yang hanya setinggi pundaknya. "Halo Senior Leo, aku baik." Anna tersenyum manis. "Kapan kamu sampai Korea?" Leo terus menatap wajah cantik Anna. "Pagi tadi." Anna berjalan mendekati lapangan basket, ia melihat ada banyak pria muda yang sedang bermain basket. "Hey Leo, apa kamu tidak menyapa diriku?" Yuna menatap tajam kepada Leo. "Halo Yuna, apa kabar?" Leo tersenyum. "Baik." Yuna tersenyum kepada Leo yang telah berada di dekat Anna. "Ah, Anna ku sayang selalu jadi pusat perhatian, dan aku akan ditinggalkan." Yuna berjalan menuju kursi penonton. "Apa kamu mau bermain?" Leo mengikuti Anna. "Jika boleh." Anna tersenyum. "Tentu saja." Leo menarik tangan Anna ketengah lapang dan berdiskusi, sehingga terbentuk dua tim untuk bertanding basket dan peraturan larangan menyentuh Anna. "Dia meninggalkan diriku sendirian." Yuna cemberut, ia melihat Anna yang telah bermain basket bersama para pria. "Kenapa kamu tercipta begitu sempurna? kamu bisa melakukan semuanya dengan baik" Yuna memerhatikan permainan Anna. Anna bermain dengan lincah, ia benar-benar pandai bermain basket dengan baik bahkan terlihat ahli untuk seorang wanita bertubuh kecil. Permainan telah selesai tim Anna dan Leo menang, mereka sangat kagum dengan Anna, dengan tubuh kecil yang lincah dan wajah cantik. "Apa kamu masih pelajar?" tanya seorang pria yang membuat Leo tertawa. "Hey Leo, apa pertanyaan diriku lucu?" Pria itu melotot. "Anna adalah calon dokter muda." Leo menarik karet rambut Anna hingga rambut panjang Anna tergerai. "Senior, apa yang anda lakukan?" Anna menatap tajam kepada Leo. "Aku tidak mau mereka tergoda melihat leher kamu yang seksi itu." Leo berbisik di telinga Anna. "Kembalikan!" Anna meminta karet rambutnya. "Apa kamu marah?" Leo menatap Anna. "Aku mau pulang dan harus mengikat rambutku."Anna tersenyum. "Baiklah, apa besok kamu ada rencana untuk menghabiskan akhir liburan?" tanya Leo. "Aku belum tahu, aku saja belum bertemu nenek San." Anna mengambil karet dari tangan Leo dan mengikat rambutnya. "Terimakasih semuanya, aku duluan." Anna tersenyum dan menundukkan kepalanya. "Leo, apa dia pacar kamu?" tanya teman Leo. "Belum." Leo tersenyum memandang Anna yang telah berada di atas motornya. "Wah, dia luar biasa." Semua kaget ketika melihat Anna mengendarai motor sport hitam miliknya meninggalkan parkiran. "Dia terlihat seperti gadis kecil." Seorang pria lain memandang Anna. "Tubuhnya kecil tetapi ia menguasai banyak kemampuan beladiri, jangan coba-coba menyentuh dirinya." Leo tersenyum. "Pasti ada banyak pria yang menginginkan dirinya." Teman Leo menepuk pundak Leo. "Tapi dia menolak semua pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya." Leo melihat Anna yang telah hilang di keramaian jalanan. "Termasuk dirimu." Rekan - rekannya tertawa. "Ya, tetapi aku tidak akan pernah menyerah." Leo berjalan menuju parkiran mobil. Hari sudah sangat petang semua bersiap untuk pulang dengan mobil dan motor masing-masing. Mobil putih bersih melaju kencang menuju perumahan elit, Leo adalah kakak kelas Anna yang telah jatuh cinta pada dirinya pada pandangan pertama, sikap cuek gadis Indonesia itu dapat menarik perhatian lawan jenis. Pria itu adalah putra dari seorang Dokter ternama sekaligus pengusaha kaya dalam dunia kesehatan. Memiliki banyak rumah sakit swasta. *** Motor Anna berhenti tepat di depan pintu dengan rem cakram membuat ban bagian belakang terangka. “Arrg.” Yuna berteriak dan mengeratkan pelukannnya. “Turunlah.” Anna mematikan mesin motor. “Kamu semakin gila Anna.” Yuna turun dari motor dan membuka helmnya. Anna tertawa melihat rambut pirang sahabatnya yang berantakan. “Oh God, apa yang harus aku lakukan?” Yuna melihat wajahnya di kaca spion motor. “Cepatlah mandi, keramas dan keringkan rambut kamu, setalh itu berikan cream.” Anna berjalan menuju pintu meninggalkan Yuna yang masih kesal. “Astaga, kamu ini pria atau wanita?” Yuna berjalan masuk ke rumah. “Apa yang kamu lakukan?” Yuna melihat sahabatnya sedang duduk di ruang tengah dan mengaktifkan computer. “Aku harus belajar.” Anna hanya meggunakan kaos tanpa lengan dan celana pendek sebatas paha. “Kamu harus ikut makan malam.” Yuna berjalan menuju kamarnya. “Aku akan menemani dirimu.” Anna berbicara tanpa melihat Yuna. “Anna, otak kamu sangat cerdas, kenapa masih hars bekerja keras.” Yuna melirik Anna. “Karena cerdas saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan.” Anna terus fokus pada layar computer. “Baiklah, nona jenius.” Yuna menutup pintu dan membersihkan diri, bersiap untuk makan malam keluarga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD