“Nguntit?”
“Perasaan gue, bee. Ngga tau benar atau salah. Tapi kalau benar, gue kepikirannya itu Shanna.”
“Ngapain Shanna ngikutin lo?”
“Mungkin dia mau ke warung, tapi lihat ada gue.”
“Terus?”
“Bingung kali kenapa gue bisa ke situ? Kayak flash back kan kesannya? Tapi, mau munculin diri juga ngga berani karena menduga kita masih kontak-kontakan atau bahkan main bareng.”
Rain menghela napas.
“Ichi lo bilangin?” tanya Rain lagi.
“Iyalah. Ke musholla aja gue izin, masa pergi nyari hantu malah ngga bilang?”
“Justru itu, habis dari musholla lo nyari hantu, apa ngga kedengaran kayak habis shalat lo nyari dukun? Sesat!”
Aku tergelak mendengar percakapan mereka. Bukankah seharusnya kami dalam keadaan serius ya?
“Bener juga,” tanggap Bara, cengengesan. “Gue bikin minum sendiri nih, Zi?”
