Aku rasa aku bisa gila, hanya dengan menatapmu saja. Tapi saat itu aku belum sadar. Maafkan aku.
- FMDE
Tiba-tiba ide bodoh Elang yang sedang kepepet muncul. "Gunting ajalah sambil merem gapapa kali."
Elang mengambil gunting di nakas, kemudian memotong baju Ara dengan sangat lambat.
"Gila lo ya! Kalo kena muka bahaya b**o!" Edgar menginterupsi dengan timing yang tepat, mencengkram tangan Elang.
"Ya mau gimana lagi setan! Bajunya basah! Kalo ga di ganti dia malah tambah sakit, dodol!"
"Mikir cara lain kek, anjir!"
"Kayak lo pinter aja ta--"
Ara beringsut, mendengar celotehan mereka berdua, dan tiba-tiba terbangun sambil memegang kepalanya. Terlihat pusing.
'Bentar. Rasanya gue pernah ngeliat penampilan kayak gini?' batin Edgar sambil memperhatikan Ara.
Ara menatap Elang dan Edgar bergantian. Seketika ingatannya kembali ke dunia nyata, Ara langsung berteriak.
"Apa-apaan kalian berdua. Dimana aku sekarang?" Ara menjerit, suaranya memenuhi seluruh bagian kamar Elang. Tak sengaja, ia melihat bajunya yang sudah tergunting sedikit.
"Ya Tuhan! Bajuku kenapa?!" Refleks Ara menoleh ke arah gunting yang dipegang Elang. Hal itu membuat Ara marah kemudian turun dari kasur hendak memukul Elang dan Edgar.
"Woy santai woy! Elo di apartemen gue. Gue yang nyelamatin elo pas elo di wc sekolah. Jadi, setidaknya sebagai rasa terima kasih elo ke gue, jangan bertindak kayak badak kesurupan!" ujar Elang cepat sembari menahan kedua tangan Ara yang memberontak.
Mendengar kata-kata Elang, Ara langsung berhenti dan terdiam.
"Gar keluar deh lo!" ujar Elang yang langsung di jawab anggukan, kemudian di lanjutkan dengan langkah Edgar menuju pintu.
"Cepet ganti baju. Baju lo basah, ntar masuk angin," kata Elang. "Tapi gue ga punya baju cewe. Pake aja yang ada," lanjutnya, setelah itu langsung keluar dari kamar.
Ara hanya menatap kepergian Elang dengan tatapan masih tak ingin percaya..
....
Setelah keluar dari kamar, Elang langsung duduk di pantry melihat Edgar yang sedang masak.
"Lang kok gue ngerasa de javu gitu deh liat Ara yang kayak di wc sekolah tadi." Edgar membuka obrolan.
"Bisa jadi itu alasan elo yang ga denger pas gue nyuruh elo nelpon Mang Ujang."
"Gatau juga sih ya. Apa perlu gue cari tau?" tanya Edgar. Elang hanya mengedikkan bahunya.
"Eh bentaran, tadi beneran Renatta yang keluar dari wc?" tanya Elang.
"Iya gue yakin seribu persen Lang. Gue ga rabun kok. Lagian, lu ada hubungan apa sih ama tu cewe?" tanya Edgar penasaran mendekatkan wajahnya ke wajah Elang.
"Sekarang dia pacar gue," ucap Elang dengan santainya.
Plaakkk... Pukulan di kening Elang mendarat mulus membuat Elang terkejut.
"Lo demam?" pekik Edgar.
"Apa-apaan sih lo, sakit anj*ng!" bentak Elang langsung berdiri hendak mengejar Edgar. Edgar yang tau akan dikejar Elang langsung berlari ke ruang tengah. Mereka bergelut diatas karpet saling memukul.
"Enak banget ya lo mukul gue anj*ng. Rasain pukulan gue!" Elang langsung memukul Edgar.
"Elo sih gila! Mau-maunya ama perempuan dari planet gitu!" Edgar membela diri.
"Suka-suka gue! Sok sibuk banget lo ama urusan gue!"
Mereka terus bergelut di atas karpet. Lalu terdengar suara gagang pintu yang diputar dari arah kamar Elang, membuat keduanya menoleh ke sumber suara.
Lalu keluar Ara yang menggunakan kemeja putih Elang yang benar-benar kebesaran sampai ke bagian paha Ara. Ditambah lagi Ara menggunakan boxer yang tak kalah besarnya dan bergambar doraemon milik Elang, membuat Elang dan Edgar termanga.
"Sumpah Lang, kenajisan elo udah kayak mimi peri!" Edgar lantas ngakak melihat boxer doraemon Elang yang dipakai Ara.
"Ini gabisa dibiarin, anak-anak basket harus tau." Edgar langsung berlari ke dapur untuk mengambil handphone-nya dan bermaksud ke kamar Elang untuk mencari tumpukan boxer Elang yang lain.
Dengan gesit, Elang langsung menahan Edgar. "Lo rela motor elo di sita polisi?" ujar Elang santai dan langsung melepaskan pegangannya di tangan Edgar, membuat Edgar terhenti.
"t*i lo Lang!" jawab Edgar kesal, mengurungkan niatnya untuk menuju kamar Elang. Kemudian perhatian Edgar teralih kearah Ara yang sedang bingung memperhatikan mereka berdua.
"Ara, makan yok. Gue udah siapin makan buat kita berdua." Edgar langsung menarik tangan Ara menuju dapur.
Entah mengapa melihat Edgar memegang dan menarik tangan Ara membuat Elang kesal.
"Lepas, dia pacar gue, gausah main pegang!" Elang langsung menarik tangan Ara dari pegangan Edgar, lalu mengajaknya lebih dulu kedapur.
"Biasa aja kali woy, gue suka juga kagak." Edgar menaikkan volume.
'Gue kerjain aja deh. Bikin Elang cemburu asik kayaknya."
...
"Tadaaa.. Ini masakan gue, Ra. Khas deh gue masakin buat elo. Ada nasi goreng, lasagna, sama pancake. Lu bisa pilih yang mana aja." Edgar mengeluarkan senyum termanisnya.
"Gausah sok manis lo. Najis!" Elang langsung menarik bibir Edgar.
"Nih Ara makan." Elang menyodorkan nasi goreng kedepan Grey."
"Apa mau gue suapin?" cerocos Edgar.
"Sekali lagi lo ngomong, ni garpu bakalan sukses masuk ke dubur elo!" ancam Elang, membuat Edgar memberengut dan lebih memilih memakan nasi goreng bagiannya.
"Gausah. Aku udah kenyang. Aku mau pulang aja," ujar Ara.
Kruyuukk...
'Ni perut gabisa diajak kompromi.' Ara langsung tersenyum kikuk. Memang Ara bahkan belum makan dari pagi tadi karena sibuk mengerjakan tugas.
Elang tersenyum mendengar perut Ara yang tidak bisa berbohong. Sedangkan Edgar seperti biasa, dia ngakak.
"Tuh perut jujur amat yak." tawanya keras yang langsung disusul dengan pukulan keras oleh Elang di kepalanya.
"Mulut elo mau minta ditampol ya!" bentak Elang kesekian kalinya.
"Nih gue suapin" Elang menyendokkan nasi goreng dan menyodorkannya ke mulut Ara.
"Gausah kak aku bisa sendiri."
"Seperti biasa, nggak ada penolakan!" jawab Elang dingin membuat Ara langsung menuruti kata-kata Elang dan menerima suapan dari cowok itu.
"Gue udah kayak racun nyamuk aja anjir," cerocos Edgar sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya sendiri. Elang tak menghiraukannya.
"Udah kak, sisanya biar aku aja," ujar Ara.
Sesekali Elang melirik kearah Ara yang makan dengan lahap. Secara tak terlihat, tiba-tiba senyum evil-nya mengembang. Namun Edgar tetap sadar itu.
"Kak boleh nambah?" tanya Ara dengan suara teramat kecil dan cengirannya.
Elang tersenyum kecil. "Nih makan punya gue," ujarnya lalu menyodorkan nasi goreng yang baru ia makan sesuap. Dengan senang hati Ara mengambilnya.
'Lucu,' batin Edgar kemudian tersenyum melihat Ara.