Kewajiban Safira

876 Words
Jujur, Safira terkejut mendengar fakta yang terlontar dari mulut Arkana. Fakta yang kemungkinan akan dianggap sebagai aib oleh sebagian orang di luaran sana. Anak tidak sah? Anak haram? Anak hasil perselingkuhan? Entah apa lagi sebutannya. Safira tidak mau ambil pusing. Semua itu bukanlah urusannya. Semua aib atau masalah tersebut bukanlah hal yang pantas dibicarakan pada sembarang orang. Siapa Safira? Safira hanyalah calon istri Arkana yang kebetulan akan menjadi bagian dari keluarga terpandang itu. Jika tidak, mana mungkin dia bisa mengetahui aib dari keluarga itu? Dari sinilah Safira mulai paham, mengapa kedua kakak beradik itu tidak pernah terlihat akrab. Kai selalu menjaga jarak dengan Arkana. Tak pernah sekali pun dia melihat dua bersaudara itu bersama atau sekadar mengobrol layaknya saudara. Safira ingat sekali ketika pertama kali dia bertemu Kai. Saat itu dia mengira jika Kai tinggal di luar negeri. Namun ternyata, pemikirannya salah. Arkana mengatakan kalau adik satu-satunya itu tidak tinggal serumah sejak tiga tahun belakangan ini. Konflik keluarga yang tidak bisa dijelaskan secara detail. Arkana mengantar pulang Safira sampai di depan rumah, dan mampir sebentar karena merasa tidak enak. Di rumah sederhana sang kekasih, Arkana tak pernah mau berlama-lama berada di sana. Alasannya tentu karena dia ingin menjaga nama baik calon istrinya dari omongan-omongan tidak mengenakan dari para tetangga. Berbeda dengan dirinya yang tinggal di kawasan elit yang ada di pusat kota. Safira tinggal di perkampungan yang penduduknya cukup padat. Sebagian besar orang-orang sekitar dapat dengan mudah melihat apa yang terjadi di rumah yang letaknya saling berdempetan itu. Sebagai pria dari keluarga terpandang, Arkana jelas tidak mau merusak citra keluarga perempuan yang dia cintai. "Aku pulang dulu. Besok kalo sempet aku jemput." Arkana pamit seperti biasa, memberi kecupan singkat di kening Safira, lalu mengusap belakang kepalanya. "Salam buat Bapak." Saat ini posisi keduanya sedang berada di depan pintu masuk. Keadaan di sana agak sepi karena para tetangga sudah berada di rumahnya masing-masing di jam malam seperti sekarang ini. "Iya, Mas. Kalau nyetir jangan ngebut-ngebut," pesan Safira, yang justru teringat Kai. "Kalo Mas gak sempet, gak pa-pa, kok. Gak usah jemput. Mas pasti sibuk," katanya lagi, tak ingin merepotkan pria baik ini. Arkana mengusap sekilas pipi Safira menggunakan punggung tangan. "Kalo gitu, terima motor pemberianku, Fir. Jadi kamu gak perlu naik ojek terus-terusan." Kepala Safira sontak menggeleng. "Gak, Mas. Aku gak mau." Penolakan Safira membuat raut Arkana berubah. Tersirat rasa kecewa dari sorot matanya. "Kenapa, Fir? Kenapa kamu gak pernah mau nerima pemberianku?" tanyanya yang entah sudah ke berapa kali. Selama berhubungan dengan Safira, Arkana baru sekali memberikan hadiah mahal yaitu ponsel yang sekarang digunakan. "Mas lupa, kalo aku suka sama kamu bukan karena jabatan atau posisi kamu sebagai pemilik pusat perbelanjaan. Melainkan, karena aku sungguh-sungguh mencintai Mas. Aku gak mau dinilai sebagai cewek matre yang manfaatin kamu. Jadi ... Please, Mas jangan salah paham." Safira telah berulang kali menjelaskan perihal ini. Bukannya dia tidak merasa senang mau pun bersyukur. Perempuan mana yang tidak bahagia mendapatkan sosok laki-laki yang sempurna seperti Arkana. Kaya, ganteng, terpandang, uang berlimpah, perhatian, royal. Di dunia ini pasti tidak akan ada perempuan yang menolak laki-laki semacam itu. Masalahnya, Safira tidak pernah berniat memanfaatkan keberuntungannya dengan menerima semua pemberian Arkana yang terkadang terbilang sangat mahal. Lebih dari tiga kali Arkana memaksanya untuk menerima motor yang katanya sudah dibeli, dan sekarang berada di carport rumahnya. Safira tetap menolaknya. Sifat Safira yang sangat teguh pada prinsipnya itu hanya bisa membuat Arkana menghela napas panjang. Saking gemasnya, dia sampai mencubit ujung hidung pujaannya. "Ngomong sama kamu gak pernah menang. Kamu emang paling bisa." Safira terkekeh, seraya mengusap ujung hidungnya. "Lagian, aku udah pernah nolak. Ngapain masih dipaksa. Mending motornya dijual lagi aja, Mas. Sayang 'kan gak ada yang pakek." "Gak." Telunjuk Arkana terangkat, bergerak ke kanan dan ke kiri. "Kamu bisa pakek nanti setelah kita nikah." "Terserah, Maslah." Bahu Safira mengedik. Tak mau memperpanjang perdebatan sepele ini. Arkana pun bergegas masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan pekarangan rumah Safira yang lumayan luas untuk sekadar parkir. Gang perkampungan tersebut juga cukup lebar, muat untuk kendaraan roda empat kalau tak sengaja berpapasan. Pukul sembilan malam giliran Safira berangkat menuju Bar—tempatnya bekerja sampingan. Dengan menggunakan ojek langganan yang sudah biasa mengantar jemputnya. Safira bergegas masuk ke ruangan khusus yang sudah tersedia untuk para pekerja perempuan di Bar tersebut. Dia langsung berganti pakaian minim bahan, dan memoles wajahnya dengan riasan cukup tebal. Profesinya yang sebagai pemandu karaoke serta menemani tamu mewajibkannya untuk berpenampilan seperti itu. Sempat merasa risi sebenarnya karena dulu dia belum terbiasa dengan penampilan yang bisa dikatakan sangat menggugah syahwat. Baju ketat—mempertontonkan lekukan tubuh, serta makeup mencolok. Bukanlah kepribadian Safira. Namun, setelah sekian lama bergelut dengan pekerjaan ini Safira pelan-pelan mulai terbiasa. Tak jarang dia mendapat tawaran job di luar pekerjaannya. Contohnya menemani tamu hidung belang chek-in di hotel. Tentu Safira menolak keras tawaran tersebut, meski honor yang diberikan bisa tiga kali lipat jumlahnya dari honor yang dia terima dari Danis. Malam ini adalah waktunya Safira gajian. Sesuai perjanjian, Danis akan membayarnya setiap dua minggu sekali dari upahnya menjadi pemandu karaoke. Upah yang dia gunakan untuk mencicil utang Januar yang totalnya mencapai ratusan. "Ini uang buat nyicil utang Bapak saya, Pak Danis." Safira menyodorkan beberapa lembar uang di meja kerja Danis hasil keringatnya di Bar ini. Jumlahnya memang tidak banyak. Bahkan tidak ada seperempatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD