LIMA

1406 Words
Hari ini adalah hari pertama Keiyan beserta dua temannya masuk kuliah. Ya, sejak pertemuan mereka beberapa hari lalu, mereka kini menjadi teman dekat. Apalagi Endrew dan Keiyan yang tinggal satu atap. “Ayo, Kei buruan sarapan. Kita sudah terlambat.” Teriak Endrew yang tidak sabar menunggu. “Iya bentar lagi selesai,” jawab Kei sambal berteriak di dalam kamar. Tak lama Keiyan sudah keluar dari dalam kamar dan menyambar roti bakar di atas meja. “Lama banget loe ganti baju, kayak cewek aja,” “Yang lama bukan ganti baju, tapi noh … lihat kamar mandi! Aku bersihin kamar mandi dulu tau! Mana tuh kamar mandi bau pete,” gerutunya. Endrew hanya nyengir tak merasa bersalah. “Ya maaf! Loe tahu sendiri, kan kalau gue doyan banget sama pete.” “Kamu itu sama kayak ibuku tau gak,” ucapnya dengan mulut yang masih penuh dengan roti. “Beneran? Mungkin beliau ibu gue, bukan ibu loe. Buktinya selera kami sama. Kapan kapan kita main ke kampung loe ya! Andai saja mami gue masih ada ….” “Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengingatkanmu,” sesal Kei. “Udah, selow aja. Buruan kita udah telat nih,” Endrew segera bangkit dari duduknya dan menyambar kunci motor. Keduanya segera keluar dari apartemen dan naik motor menuju kampus. tampak Andy sudah menunggu keduanya di parkiran kampus. Andy begitu gelisah menunggu kedua temannnya yang tak kunjung datang. Bukan gelisah khawatir, lebih tepatnya ia tidak nyaman dengan tatapan mahasiswa kepada dirinya. Terutama tatapan dari mahasiswi yang terang terangan memujanya. Banyak gadis yang diam diam menatapnya kagum akan parasnya. Tampak sebuah motor memasuki area parkir, Andy sudah hafal betul dengan suara knalpot motor temannya itu. Ya, Endrew dan Kei baru saja datang dengan raut wajah tak bersalah. “Heh … kunyuk! Dari mana saja sih? Lama bener … aku udah muak berada di sini.” Keduanya hanya cengengesan tak bersalah, “Sorry!“ ucap Keiyan lirih. Ketiganya segera masuk kelas pertama mereka. Di lain tempat … “Pak … ayo cepetan, nanti keburu siang!” teriak ibu Sri yang sudah siap menunggu di depan rumah. “Sebentar toh, Bu. Ini bapak masih mau pake minyak wanginya tole … biar bapak gak bau orang desa. Bapak tidak mau membuat Kei malu di depan teman temannya nanti,” jawab Bapak yang masih berada di dalam rumah. Tak lama bapak keluar dari dalam rumah mengenakan baju batik dan celana bahan serta memakai peci di atas kepalanya. “Bapak ini mau kondangan atau jenguk anak kita sih, Pak? Bapak kelihatan norak banget,” ibu memberi kometar. “Memangnya ada yang salah dengan penampilan bapak? Ini kan bagus, Buk. Biar teman Kei tahu kalo Kei punya bapak yang ganteng kayak aku.” Ibu memutar bola matanya jengah. “TIN … TIN” suara klakson mobil di depan rumah pak Nawi yang baru saja datang. “Nah itu pak Joko sudah datang. Ayo buruan!” ujar ibu sambil berjalan menuju mobil pak Joko. Bapak menyusul ibu di belakang setelah mengunci pintu rumah. “Maaf, Pak Joko. Kalau kami merepotkan bapak. Kami ucapkan banyak terima kasih sudah membiarkan kami numpang ke kota,” ucap Ibu. “Ndak apa, Bu Sri. Saya senang bisa membantu. Kebetulan memang saya hari ini mau antar cabai ke pasar induk di kota. Tapi saya mohon maaf kalau saya tidak bisa mengantar sampai kampusnya Keiyan.” “Ndak apa, Pak Joko. Kami berterima kasih, setidaknya kami bisa sampai Kota dengan selamat.” Terang bapak. Dalam waktu satu jam perjalanan menggunakan mobil pick up milik pak Joko sudah sampai di pasar induk. Pak Nawi dan bu Sri melanjutkan perjalanan menuju kampus menggunakan angkot seperti yang di arahkan oleh pak Joko. “Wah … kampusnya gede ya, Pak,” Ibu Sri memperhatikan bangunan besar tempat putranya menuntut ilmu. “Namanya saja kampus ternama, Buk. Jelas bangunannya gede. Ini yang terlihat hanya bagian depan saja lho, belum dalamnya seluas apa,” ujar bapak sembari mengagumi tinggi gedung di depannya. Banyak mahasiswa / mahasiswi yang belalu lalang sambil berbisik melihat tingkah Bapak serta Ibu. Bagaimana tidak, begitu banyak barang bawaan yang mereka bawa yang berjajar di tepi gerbang kampus. Membuat semua perhatian tertuju kepada mereka. “Kei, itu siapa ya? Sepertinya mereka dari kampong,” tanya Andy yang melihat keberadaan orang tua Keiyan depan gerbang kampus. “Lho … itu kan ibu sama bapak.” Kei melihat kearah yang di tunjuk Andy. “Ibu sama Bapak kok tiba tiba berada di sini?” tanya Kei ketika berada di dekat orang tuanya. “Apa ibu sama bapak ndak boleh menjenguk anak semata wayang kami, Kei? Apa kamu pikir bapak sama Ibu gak kepikiran dan khawatir dengan dirimu yang main kabur saja?” kesal ibu sambil menjewer telinga Keiyan seperti anak kecil. Andy serta Endrew tertawa cekikikan melihat interaksi Ibu dan anak di depannya. “Ampun, Bu. Maafkan Kei!” pinta Keiyan sambil menahan rasa sakit pada daun telinganya yang terasa semakin panas. “Pak, Bu, berhubung bapak dan ibu sudah jauh jauh datang kesini. Bagaimana kalau mampir ke apartemenku,” tawar Endrew. “Iya, Pak, Bu. Kei juga tinggal bersama Kakek.” Ejek Keiyan. Sebuah tangan memukul punggung. “Aduh! kok ibu mukul Kei lagi?” “Kalo ngomong itu mbok ya di pikir dulu. Orang gantengnya kayak gini kok di panggil kakek?” ibu menasehati. “Enak aja, biar ni rambut berwarna putih. Tapi banyak cewek cewek yang suka model rambut kayak gini. Jangan liat rambutnya aja. Liat tuh … tampang dan juga hati, itu yang terpenting.” Menepuk bahunya sendiri bangga. “Banyak bacot lo!” sahut Andy dan segera menuntun Bapak dan Ibu menuju mobilnya. Setelah memasukkan semua barang bawaan Ibu. “Eh … mau di bawa kemana Ibu dan Bapak?” teriak Endrew yang tidak di gubris oleh Andy dan Kei. Mereka masuk ke dalam mobil Andy dan melaju menuju apartemen Andy. “Lho … Ndy, kita mau kemana ini?” tanya Kei. Sebab ia melihat mobil tidak menuju apartemen Endrew. “Kamu mau ajak bapak sama ibu ke apartemen Endrew yang sempit itu?”Andy balik bertanya. “Lha aku kan tinggalnya di sana ….” “Sementara kamu tinggal sama aku aja. Biar bapak dan ibu ada tempat untuk beristirahat.” Tanpa mengalihkan pandangan menatap jalan di depannya. Keiyan mengertnyitkan dahi, kemudian manggut manggut membenarkan ucapan Andy. “Kamu bener juga. Disana hanya ada satu kamar tidur,” Keiyan berpikir sejenak. “Baiklah kita akan menginap di apartemenmu.” “Kei, kalau ndak ada tempat ndak papa bapak sama ibu tidak berniat untuk menginap. Ibu gak minta dilayani seperti Ratu. Bagi ibu, melihat kamu hidup dengan baik di Kota ini sudah cukup. Ibu tidak minta apa apa lagi.” Ibu mengusap lembut tangan Keiyan. seolah menyalurkan rasa rindunya yang satu minggu ini tidak melihat wajah putranya. “Tidak apa, Bu. Di tempat Andy lebih luas. Bapak sama Ibu bisa istirahat dengan tenang,” Ucap Andy. “Apa kami tidak merepotkan, Nak Andy?” tanya Ibu Sri. “Tidak, Bu. Andy malah senang bisa menjamu kalian saat berada di sini.” Ibu dan Bapak tersenyum mendengar penuturan dari teman anaknya. “Syukurlah … Kei di kelilingi oleh orang orang baik,”ucap bapak dalam hati. Keiyan tersenyum lega mengetahui isi pikiran bapak. Akhirnya bapak merestui dirinya untuk menempuh pendidikan di kota yang selama ini ia inginkan. “Pak, Bu. Mari kita turun. Kita sudah sampai.” Andy turun keluar mobil dan mengitari mobil untuk membukakan pintu. “Mari, Pak.” Bapak keluar dengan bantuan Andy. Keiyan membantu ibu mengeluarkan barang bawaannya yang berada di bawah jok mobil. “Ibu ini sebenarnya mau sambang apa pindahan to bu? Bawaan banyak bener?” Gerutu Kei sambil membawa du tas kresek besar di kedua tangannya. “Ibu bawa semua ini buat kamu, Kei. Ibu takut kalo kamu kelaparan.” Sambil berjalan mengikuti langkah kaki Andy. “Mana bisa kami menghabiskan semua ini? Ini pisang kenapa gak sekalian sama pohonnya yang di bawa kemari, kalau perlu beserta tanahnya sekalian.” Omel Kei. “Memangnya kamu sendiri saja yang tinggal disini? Lha kamu saja tidur masih numpang kok. Kalau ada makanan banyak, temannya di kasih, kalau temannya ndak mau, bisa diberi ketetangga sebelah. Kamu itu hidup gak bisa sendiri, masih merepotkan banyak orang.” Ibu kembali menjewer telinga Kei. “Ampun, Ibu! Iya, Kei ngaku salah,” mohon Kei. Ibu melepas kembali telinga putranya tersebut. Mereka masuk menuju apartemen Andy yang berada di dalam gedung mewah di kawasan tersebut.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD