SEMBILAN

1720 Words
Seseorang berjalan menyusuri lorong kastil. Beberapa obor terpasang di setiap sisi sebagai penerang jalan lorong tersebut. Pencahayaan yang minim membuat suasana mencekam. Pria tersebut membuka sebuah pintu besar di ujung lorong. Perlahan ia masuk kedalam ruangan itu. Sebuah ranjang berukuran besar dengan seseorang yang terbaring di atasnya. Di setiap sudut ruangan terdapat obor yang tak pernah padam sebagai pelita. “Akhirnya pangeran datang juga kemari,” ucap seseorang yang tengah berdiri didepan jendela. “Ada apa paman memanggilku kemari?” tanya sang pangeran. “Kurasa anda harus segera bergegas menemukan pemuda itu, agar tuanku segera kembali. Kita tidak punya banyak waktu lagi, kalau tidak, tuanku tidak akan bangkit kembali,” terangnya pria bernama Luca. Luca merupakan tangan kanan dari Ayah Andy. Orang kepercayaan Adrick, ayah Andy. Dan benar, bahwasanya Andy merupakan salah satu dari pangeran kerajaan Witch. Tapi status tersebut telah dicabut karena kesalahan sang ayah.  “Berapa banyak waktu yang tersisa, Paman?” “Hanya 11 purnama lagi, Pangeran. Saya harap, Pangeran tidak lagi bermain main dengan peliharaan anda.” “Paman tidak perlu khawatir akan hal itu. Asal, Paman tahu, aku mendekatinya karena ada sesuatu yang aneh, tapi aku masih tidak bisa merasakan apa pun,” meyakinkan. “Saya harap, Pangeran tidak terbuai dengan kebaikan pemuda itu. Mengingat anda sering kali menikmati kebersamaan bersama.” “Apa maksud, Paman? Apakah, Paman pikir aku dengan mudahnya menerima Kei, begitu?” menatap tajam Luca. “Mungkin saja, yang namanya hati seseorang siapa yang tahu?” jawabnya enteng. “Paman sendiri sangat tahu, aku sangat membenci makhluk fana seperti itu. Aku hanya curiga akan sesuatu, mungkin saja Kei adalah pemuda yang selama ini paman cari keberadaanya.” “Kalau begitu, Pangeran harus memastikan apakah dia memiliki sebuah cincin bermata hijau serta tatto bergambar sayap pada bahu kanannya. Jika memang ada, berarti dialah orang yang selama ini kita cari.” “Lalu, apa hubungannya cincin tersebut? adakah sesuatu yang tidak kuketahui?” “Cincin tersebut merupakan kunci untuk membuka ruang bawah tanah kerajaan Witch. Dan di dalam ruangan itulah ada sebuah tongkat sihir yang memiliki kekuatan sangat besar. Dengan memiliki tongkat tersebut, kita dapat mengalahkan serta merebut kembali tahta kerajaan yang seharusnya milik tuanku.” Mendengar hal tersebut, Andy bisa mengerti bahwa sang ayah hanya ingin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Dengan begitu, tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang-orang. “Baiklah, Paman. Aku akan segera memastikan siapa sebenarnya diri Keiyan.” Andy berjalan menyusuri lorong menuju taman bunga lily. Taman tersebut merupakan satu satunya tempat paling berharga bagi Andy. Andy masih mengingat masa kecilnya di sana bersama sang ibu. Flashback Ibu Andy sedang menyiram taman bunga beserta tanaman sayur yang lain. Sosok Andy kecil sedang berlari seraya memanggil sang ibu. “Unda … unda …” Sang bunda menoleh ke arah suara mungil putra semata wayang-nya. “Hati-hati, Sayang. Nanti kamu bisa terja-” Belum sempat sang ibu menyelesaikan kalimatnya, Andy kecil jatuh terjerembab di atas tanah. “Hua … hu … hu” Andy seketika menangis melihat kakinya berdarah. Sang bunda segera menghampiri Andy yang terjatuh, dan mengangkat tubuh kecil itu. “Cup cup, sayang. Mari bunda obati.” Bunda meniup luka pada kaki Andy dan seketika luka tersebut menghilang tanpa bekas. “Lain kali kamu harus memperhatikan langkah kakimu. Kalau tidak ingin jatuh dan terluka,” nasehat bunda. “Baik, Unda.” Sambil tersenyum gembira memperlihatkan giginya yang ompong. “Anak bunda harus bisa menjadi orang yang kuat dan baik hati, agar nanti kamu bisa melindungi orang orang terkasihmu.” “Orang terkasih itu apa, Unda?” “Orang yang kamu sayangi dan kasihi. Seperti kamu menyayangi dan mengasihi bunda.” “Jadi, Unda orang terkasih Andy?” bunda mengangguk. “Baiklah, Unda. Andy akan sering berlatih untuk bisa melindungi Unda.” Bunda tersenyum dan memeluk tubuh mungil sang putra. “Unda, kenapa unda menanam sayur itu? Andy tidak suka sayur itu. Tidak enak.” Sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Sayang, sayur itu sangat baik untuk tubuh. Jadi, Andy harus belajar makan sayur, biar tubuh Andy kuat dan sehat. Katanya Andy mau melindungi bunda?” Andy mengangguk. “Jadi mulai sekarang, Andy harus makan sayur yang banyak.” Andy kecil mengangguk menuruti apa yang dikatakan sang Bunda. Flashback end “Pangeran,”panggil seorang gadis bernama Lucy. Lucy adalah anak dari Luca sekaligus teman kecil Andy. “Dari mana kamu tahu aku berada di sini, Lus?” masih setia menatap hamparan bunga di taman. “Saya mendengar dari ayah, kalau pangeran sedang berkunjung kemari.” “Sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku pangeran. Itu terdengar menggelikan buatku.” “Ba- baiklah, Dy. Bagaimana kabarmu selama ini. Sudah lama sejak ayah memberimu tugas waktu itu. Aku hanya berharap kamu akan selalu baik baik saja di sana.” “Aku selalu baik, kamu tidak perlu khawatirkan aku,” ujarnya dingin. “Dy, aku ingin memberimu sesuatu.” Andy mengangkat sebelah alis dan menoleh ke arah Lucy. “Ambillah.” Lucy menyodorkan sebuah paperbag kepada Andy. “Apa ini?” “Bukalah, ini hanya sebuah hadiah kecil dariku. Maaf, aku tidak sempat memberimu hadiah ulang tahun beberapa waktu lalu.” Andy membuka paperbag tersebut. Didalamnya ada sebuag sweter rajut berwarna biru tua serta syal rajut berwarna merah. Tampaknya Lucy merajut sendiri hadiah itu. “Terima kasih,” Lucy tersenyum senang melihat Andy menerima hadiah darinya. “Dy, aku senang kamu baik baik saja di sana. Tidak bisa kah kamu sering datang kemari? Setidaknya lihatlah paman yang masih terbaring di sini,” pinta Lucy. “Maaf, Lus. Aku bukannya tidak ingin kemari. Hanya saja tugas yang ada di pundakku mengharuskan aku untuk segera menemukan apa yang diminta oleh paman. Agar ayah bisa segera kembali di tengah-tengah kita.” “Apa kamu benar ingin merebut kerajaan Witch seperti paman, Dy?” “Ya, Aku akan merebut kembali statusku sebagai pangeran di sana. Dengan begitu aku akan dihormati dan ditakuti. Kamu tahu, aku masih mengingat dengan jelas bagaimana mereka menghina dan mencemooh bunda. Aku akan balas semua yang pernah bunda terima.” Dengan penuh tekad kuat. “Lantas kenapa, Kamu menolak aku panggil ‘Pangeran’?” tanya lucy. “Itu pengecualian, pada saat aku berhasil merebut kembali statusku. Disaat itulah kamu boleh memanggilku sebagai Pangeran. Aku tak sudi jika panggilanku sama dengan mereka yang menghinaku dan bunda,” jelasnya. “Aku akan melakukan semua itu, jika itu bisa membuat ayah bahagia, serta menjadikan keluarga yang lengkap dan bahagia, aku rela. Tentu setelah kebangkitan ayah nanti.” Andy menghela nafas . “Sekarang yang menjadi prioritasku adalah darah murni dari putra mahkota kerajaan Witch. Semoga saja dugaanku selama ini benar. Dan aku hanya perlu kembali untuk memastikannya.” Lanjutnya. “Aku harap kamu mengambil langkah yang benar, Dy. Dan berjanjilah untuk selalu baik baik saja.” Andy mengangguk. “Aku memang tidak mengerti dengan semua rencana kalian. Tapi, aku merasa ada yang salah, dan aku akan selalu berada di sisimu apa pun yang kamu lakukan nanti.” “Terima kasih banyak, Lus. Kamu memang teman terbaikku.” Lucy mengangguk. Dalam hati Lucy sakit, “Tidakkah aku bisa menjadi orang yang paling berarti bagimu? Apakah hanya dengan menjadi teman baikmu, Aku bisa selalu dekat denganmu?” ucap Lucy dalam hati. Sedari kecil, Lucy mencintai Andy. Namun, ia tidak berani mengungkapkan perasaan yang terpendam selama ini. Lucy hanya bisa memandangi Andy dari jauh. Hingga sampai saat beberapa tahun lalu Andy menerima tugas untuk pergi kedunia manusia. Ingin sekali Lucy ikut pergi bersama Andy, tapi sang ayah melarangnya. Lucy harus tetap berada di dunia Immortal untuk merawat serta menjaga Adrick, Ayah Andy. Sesekali, Lucy pergi ke Dunia manusia tanpa sepengatuhan sang ayah hanya sekadar untuk melihat Andy dari kejauhan. Mengobati rasa rindu yang hanya dirasakan dirinya saja. *** Bapak Nawi kini sedang memberi pupuk tanaman cabainya. Hari sudah siang, biasanya ibu sebentar lagi akan mengirim makanan untuk makan siang. Bapak sedang beristirahat di pondok sederhana yang berada di tengah ladang cabai. Tidak lama kemudian, tampak Ibu menenteng rantang berisi makanan untuk bapak. “Sudah menunggu lama, Pak?” tanya ibu yang melihat bapak sudah bersandar pada tiang pondok yang terbuat dari bambu. “Sudah dari tadi, Buk. Bapak sudah kelaparan menunggu ibu gak muncul muncul,” gurau bapak. “Maafkan ibu, Pak. Tadi ada Mbok Lastri yang minta tolong dibuatkan bubur lebih dulu. Maklumlah, Pak. Beliau sudah tidak bisa mengunyah nasi dan lauk dengan baik,” ibu menjelaskan. “Iya, ndak apa apa. Sudah sini, bapak sudah sangat lapar. Kalau sampai bapak pingsan di sini, ibuk juga yang repot.” “Walah … wong telat ngirim makannya Cuma lima belas menit kok, sampai pingsan segala. Jangan lebay toh, Pak,” ibu mendengus mendengar ucapan bapak yang dilebih-lebihkan. Usai makan siang, bapak merasakan perutnya sakit. “Bu, bapak mau ke ke sungai dulu, ya! Mau buang hajat,” sambil meringis menahan sakit perut. “Emang, bapak itu kebiasaan. Baru saja di isi, sekarang mau di buang- “Sudah … sudah. Nanti saja ceramahnya. Bapak sudah tidak tahan.” Bapak berlari menuju sungai terdekat dari kebun cabai. Bapak memilih untuk membuangnya di sungai, karena jaraknya jauh lebih dekat dibanding pulang ke rumah. Setelah selesai dengan urusannya, bapak menuju tengah sungai hendak mencuci serta mencuci muka. Bapak terkejut melihat air yang berbau amis, serta air yang berubah tidak sebening biasanya. Bapak menyusuri aliran sungai. Terkejutnya bapak kala beliau melihat siluet seseorang yang telungkup di atas batu di tepi sungai. Bapak segera berlari menuju orang tersebut. Orang tersebut tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, darah segar masih saja keluar deras, hingga seluruh tubuhnya bagai mandi darah. Tubuhnya begitu dingin dengan kulit yang sudah keriput. “Buk … ibuk. Kemari tolongin bapak,” Bapak berteriak memanggil ibu. Suasana di kebun sudah sepi, banyak petani yang sudah pulang di tengah hari. Ibu yang mendengar namanya dipanggil sang suami, segera menuju asal suara bapak. “Ada apa toh, Pak. Buang hajat saja kok minta tolong?” gerutu ibu. “Astaga … siapa ini pak, kenapa dia berada di sini? Ayo cepat kita tolong!” bapak segera menelentangkan tubuh yang penuh dengan luka cakaran hewan buas. “Ya Tuhan, bukankah dia nak Andy?” ibu terkejut saat melihat wajah pucat di depannya. Bapak juga tak kalah terkejut mendengar seruan ibu. Dilihatnya lamat lamat pemuda yang tengah telentang di atas batu. Dan benar saja, pemuda itu adalah Andy teman dari anaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD