Lucu Sekali

1037 Words
Selena menggeleng melihat dibawa kemana dirinya. Rumah mertuanya yang sangat jarang sekali dirinya ke sini bersama dengan Calvin. Mertua Selena tidak pernah suka dengan Selena, selalu memandang Selena dengan tatapan sebelah mata dan penh hinaan mereka. Selena meringis ketika lakban yang ada di mulutnya dilepas dengan cara kasar oleh suaminya. “Sakit Mas!” ucap Selena, menatap pada Calvin yang masih menatap dirinya dengan tatapan tajam pria itu. Calvin turun dari dalam mobil, membuka pintu mobil sebelah Selena dan melepaskan ikatan di tangan Selena. “Turun!” ucap Calvin dingin tanpa perasaan, menarik Selena sehingga hampir terjatuh. “Mas! Aku mau pulang! Aku nggak mau ke sini! Aku mau pulang! Bawa aku pulang!” teriak Srlena merontah meminta Calvin untuk membawa dirinya pulang ke rumahnya, untuk apa dia ke sini? Bukan pembelaan yang didapatkan oleh dirinya. Bisa saja hal lebih buruk didapatkan oleh dirinya. “Bisa diam tidak?! Kau terus saja berisik! Telingaku sakit mendengar teriakan dan tangisanmu itu!” ucap Calvin mencengkam rahang Selena. Selena memukul lengan Calvin. “Sakit Mas!” air mata menetes dari pelupuk matanya, merasakan sakit di rahangnya atas apa yang dilakukan oleh suaminya ini pada dirinya. Calvin melepaskan cengkamannya kasar, lalu menarik tangan Selena masuk ke dalam rumah. Mata Selena bertemu dengan Maya yang duduk begitu anggunnya di sofa yang ada di dalam rumah ini, menatap pada Selena dengan senyuman sinisnya. “Untuk apa dia ke sini?!” tunjuk Selena melihat pada Maya. Selena berjalan mendekati Maya, dan dia ingin menampar Maya. Belum sempat dia menampar Maya. Tangannya sudah ditarik lebih dulu. Plak~! Tamparan itu dilayangkan pada dirinya oleh ibu mertuanya. Wanita paruh baya yang sangat dihormati oleh Selena. Menatap pada Selena dengan tatapan tajam penuh dengan kemarahan. “Kau jangan pernah berani menyentuh Maya dengan tangan kotormu itu! Kau marah Calvin selingkuh di belakangmu? Malahan aku sangat senang sekali, karena anakku sudah sadar, kalau Maya yang terbaik untuknya. Dan akan mencampakkan dirimu!” ucap wanita paruh baya yang membuat Selena menggeleng pelan mendengarnya. “Ma! Mama sadar dengan apa yang Mama bilanh?! Mama baru saja mendukung yang namanya sebuah perselingkuhan! Mama mendukung Mas Calvin memiliki hubungan dengan wanita jalang itu?!” Selena menunjuk Maya dengan tatapan penuh kemarahan dan kecewaannya. “Kau jangan pernah menunjuk dan menatap calon menantuku seperti itu! Aku sangat sadar dengan apa yang aku katakan! Kesadaranku inilah membuatku senang karena Calvin memilih Maya sekarang dibanding wanita miskin seperti kamu, yang menikmati kekayaan putraku, lalu memberikan pada keluargamu yang miskin itu!” hina Sarah—Ibu Calvin menatap Selena dengan tatapan penuh merendahkannya. Selena meremas rambutnya dan menengadah menahan air matanya untuk tidak keluar terus. “Ma! Mama bilang dia calon menantu? Mama mau Mas Calvin menikah dengan wanita itu?” tanyanya, menatap ibu mertuanya berharap apa yang di dengar olehnya bukan seperti apa yang dipikirkan oleh dirinya sekarang. Mata Selena membelalak melihat bagaimana suami yang dicintai olehnya dengan tulus berjalan mendekati wanita itu, lalu memeluk pinggang Maya. Dan mencium pipi Maya mesra di depannya. “MAS! APA YANG KAU LAKUKAN?!” teriak Selena, menarik tangan Calvin agar menjauh dari wanita itu. Selena mau suaminya kembali ke sisinya, dan mengatakan semua ini adalah sebuah candaan darinya. Dan tidak akan pernah mengkhianati janji suci dalam pernikahan mereka. Calvin mendorong Selena, sekali lagi Selena hampir terjatuh oleh suaminya. “Jangan melarangku untuk menyentuh calon istriku Selena! Aku akan tetap menyentuh Maya dibanding kamu!” Ucapan Calvin membuat Selena mendengarnya menggeleng pelan, tidak menyangka kalau suaminya akan berkata seperti itu pada dirinya. “Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan Mas? Kamu merusak janji pernikahan kita! Kamu selingkuh! Aku ulangi lagi KAMU SELINGKUH MAS!!” teriak Selena bagaikan orang gila melihat semua kejadian hari ini. Dia mengira dengan memberikan kejutan di hari ulang tahun suaminya akan berubah semakin bahagia. Namun ternyata malapetaka menghampiri hidupnya. “Kau jangan berteriak padaku Selena! Aku bisa membunuh anak dalam kandunganmu itu sekarang, kalau kau masih berteriak padaku!” Selena terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. Selena memeluk perutnya. Anaknya tidak bersalah kenapa sekarang sampai ke anaknya ingin dibunuh oleh suaminya. Masih pantaskah disebut suami? “Aku masih mempertahankan kamu dan tinggal di rumahku sampai anak itu lahir! Dan buktikan apakah anak itu sungguh anakku atau bukan! Karena aku tidak percaya kau hamil anakku Selena!” ucap Calvin menatap Selena dengan tatapan menuduhnya. “Mas! Ini anak kamu Mas! Kamu pikir selama ini yang menyentuh diriku itu hanya kamu, tidak ada yang menyentuh diriku selain kamu! Jangan pernah kamu menuduh kalau anak ini bukanlah anak kamu!” ucap Selena marah menatap suaminya yang tidak mengakui kalau anak yang dikandung oleh dirinya adalah anak dari pria itu. “Sudahlah. Jangan berisik di rumah saya Selena. Saya mendukung pernikahan Maya dan Calvin. Mereka akan menikah sebentar lagi, kamu jangan pernah melarang putra saya untuk menikah dengan Maya, karena sampai kapanpun saya dan Calvin tidak akan pernah mendengarkan apa yang kamu katakan! Terima saja. Lagian Calvin masih berbaik hati memberikan kamu tumpangan dan biaya hidup untuk kamu, keluargamu, dan anak dalam perut kamu yang belum tentu anaknya Calvin.” Ucap Sarah menatap tajam pada Selena, yang duduk di sofa dan menangis terisak. Selena menghapus air matanya kasar. “Mama juga wanita Ma! Mama mendukung perselingkuhan dan mengajarkan putra Mama pada hal yang tidak baik. Bagaimana kalau semuanya berbalik pada Mama, bagaimana perasaan Mama?” tanya Selena. “Jangan samakan saya dengan kamu Selena. Kita itu berbeda. Calvin! Kamu bawa istri kamu ini pergi deh! Mama pusing lihat dia nangis dan sampai nyalahin Mama kayak gini. Nanti Maya disakiti lagi sama dia. Maya sayang, sini sama Mama, nak. Kita akan membicarakan tentang pertemuan keluarga. Untuk membahas pernikahan kamu dan Calvin.” Selena menatap ibu mertuanya yang berbicara begitu lembut dengan Maya, yang tidak pernah dirasakan oleh dirinya selama ini. Ibu mertuanya hanya menatapnya dengan tatapan tajam dan berbicara kasar pada dirinya. Tidak pernah bersikap seperti yang dilakukan olehnya pada Maya. Kenapa perselingkuhan ini dibenarkan dan dibela sebegitunya? Wanita yang menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya, lebih dipuja dibanding dirinya istri sah! Yang harus lebih dibela di sini. Sakit Tuhan! Selena seperti mengemis pembelaan dan rasa simpati agar dirinya dianggap benar. Dan tak disalahkan. Atas apa yang tidak dilakukan olehnya. Dia yang benar, dia yang disalahkan. Lucu sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD