Asap rokok mengepul begitu lekat menguar memenuhi udara disekeliling gerombolan pria dengan masing-masing menduduki motor sport. Mencemarkan udara tanpa dosa, tawa mereka bahkan nyaring di tengah-tengah kesunyian malam jalanan.
Salah satu dari mereka terlihat beda. Bukan dalam artian bagus. Karena wajah lelaki itu sedang menunduk tepat di d**a seorang wanita yang mencoba menutupi keasyikan mereka dengan tubuh yang amat rapat. Pelukannya mengerat. Naik merambat naik hingga hentakan sesuatu membuatnya menggila mencengkeram lumayan kuat rambut quiff sang lelaki.
Wanita itu melepas rengkuhan dan sibuk membenahi atasannya yang berantakan. Sedangkan sang lelaki mengambil sebatang rokok dari kantong celana jeans yang dikenakannya dan mulai menyulut nikotin itu.
Setelah semua telah berada ditampatnya, wanita itu sedikit mundur untuk kemudian memberikan senyuman puas.
"Aku tunggu barangnya. I love you." ucapnya riang diakhiri memberi kecupan di pipi kanan kekasihnya. Si cowok mengangguk sambil lalu. Membiarkan wanita itu melangkah pergi meninggalkan tongkrongan dengan taksi.
"Tipe juga lo main di jalan. Gila lo! Mana gue sempet liat tadi."
"Syukurin aja. Anggap itu cinderamata dari gue." terdengar temannya itu mengumpat. Yang lain ikut tertawa menyimak.
"Lo pikir apaan cinderamata? Btw, minta apaan tuh cewek?"
"Hapenya jatuh di buth up. Biasalah, alasan klise." cowok bertubuh tegap tinggi dengan mata sekelam malam nan tajam acuh tak acuh meladeni.
Sigit, cowok penannya tadi mangut-mangut kembali bertekur dengan memperhatikan jalanan aspal yang sudah tak terlihat adanya kendaraan melintas.
"Do, kita harus pulang deh. Nyokap lo udah neror kita kita dari jam sebelas." kali ini cowok dengan tubuh sedikit kurus bersuara usai mengaktifkan ponselnya.
"Bener kata Rifki. Gue juga udah ngantuk banget." Gio menyahut. Disampingnya cowok dengan rambut buzz cut nya mengangguk. Itu Galih.
Yang diajak kompromi justru masih santai menghisap batang yang masih terjepit dibibirnya. Diisapnya dalam lalu dihembuskan menghasilkan asap yang banyak kemudian rokok sisanya ia buang. Cowok itu malah melirik pada temannya yang masih asik dengan game di handphone.
"Lo gak minta pulang kayak mereka?" Rifki menyenggol cowok dengan cat rambut biru laut. Yogi, cowok itu tersentak dan bertanya-tanya lewat ekpresi.
"Nando nanya b**o!"
"Pulang." intruksi Nando menuntaskan pertengkaran dua saudara sepupu itu.
Keenam BMW HP4 dengan kombinasi biru putih bergaris merah meraung sebelum satu persatu melaju meninggalkan keheningan.
Leonando Satheradewa Kusuma. Cowok tampan yang menyandang playboy akibat tak terhitung sudah berapa banyak wanita yang dikencaninya. Nando pun tidak hanya mengencani. Karena setiap wanita yang sudah fix menjadi kekasih, mereka pasti sudah memiliki tanda. Itulah sebabnya Nando dapat disebut juga cowok b******k. Perpaduan yang komplit sekali bukan?
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Nando yang sekarang bukanlah Nando yang dulu. Nando yang dulu adalah sosok lelaki yang tidak mengenal akan cinta dan berubah buta ketika terjerumus didalamnya.
Ketika duduk di bangku tingkat dua menengah atas, Nando pernah mengenal seorang gadis pendiam yang introvert seangkatannya. Awalnya hanya menawarkan sebuah pertemanan, hingga lama kelamaan Nando merasa nyaman dan merasakan sebuah rasa yang baru yang ketika ia cari tahu, rasa itu bernamakan cinta. Tanpa pikir panjang, Nando yang dulu menyatakan cinta pada gadis yang bisa dikatakan biasa saja dari segi manapun. Gadis itu bernama Pelangi.
Dan dayung yang dihela Nando pun bersambut baik.
Ketika berita mereka pacaran tersebar, seantero sekolah geger dengan banyak yang menganggap itu hanya kebohongan. Bagi mereka, cowok seperti Leonando terlalu sempurna dan mustahil menjalin hubungan seperti itu dengan Pelangi yang jauh dari kata cantik. Pelangi hanya cewek culun, tidak modis, terlebih wajahnya yang jauh dari perawatan perempuan zaman sekarang.
Nando tidak menghiraukan itu semua. Dia selalu meyakinkan pada Pelangi, bahwa ia tidak memandang apapun untuk mencintai. Jika kata mereka Pelangi tidak cantik, bagi Nando Pelangi justru sebaliknya. Yeah, kadang cinta memang membutakan.
Hubungan mereka tetap terjalin meski masih banyak gosip tak sedap menghampiri. Terutama untuk kekasihnya. Sebenarnya Nando tidak perduli sama sekali. Hanya, setelah dua bulan pacaran, Pelangi mulai merasakan ketidaknyamanan dan yang paling membuat Nando geram adalah gosip murahan itu berhasil menyurutkan rasa percaya diri Pelangi. Nando sangat paham akan hal itu. Dimana seseorang yang awalnya hidup dalam diam, jauh dari kebisingan telepati mulut ke mulut, tiba-tiba ramai diperbincangkan dengan komentar pedas. Nando sungguh sangat membenci itu!
Akhirnya Nando mulai rutin membawa Pelangi ke salon milik ibunya untuk melakukan perawatan. Pelangi awalnya tidak mau. Alasannya tidak terbiasa dan tidak mau merepotkan. Tetapi karena Nando terus memaksa, gadis itu akhirnya luluh juga.
Waktu demi waktu terus berganti hingga tepat satu tahun hubungan mereka berjalan penuh warna. Kini, Pelangi telah berubah menjadi sosok gadis yang cantik jelita. Kulitnya yang kuning langsat begitu terlihat terawat. Wajah yang dulu terlihat kusam, kini begitu mulus bersih menawan. Pakaian yang dikenakan tiap harinya pun tak kalah modis dari yang lain. Ia benar-benar berubah menjadi pelangi yang indah.
Hari itu, Nando sengaja tidak menghubungi Pelangi untuk memberi kejutan ke apartemen miliknya langsung karena disanalah Pelangi tinggal. Nando memang menyuruh Pelangi untuk menempatinya sebab Nando merasa prihatin dengan rumah kecil milik keluarga Pelangi yang jika tidur beralaskan kasur kapuk. Ia pernah merasakannya sekali tempo hari. Dan itu rasanya sangat tidak nyaman.
Dengan sebucket besar bunga mawar di tangan, tanpa menekan bel Nando memasukkan kode dan pintupun terbuka.
Menutup pintu pelan berharap Pelangi tidak mengetahui kedatangannya. Senyumnya semakin melengkung tidak sabar melihat raut terkejut kekasihnya seiring kakinya melangkah ke ruang TV.
Tepat di belokan menuju ruang depan, kaki Nando seperti terpaku dengan air muka yang 180 derajat berbeda jauh dengan sebelumnya.
Di sofa itu, percaya tidak percaya Nando menyaksikan sebuah adegan tidak senonoh. Tetapi bukan itu yang membuatnya terdiam flat. Yang menjadi fantastic luar biasa berhasil menghancurkan hatinya adalah orang yang melakukan adegan tersebut.
Erangan bercampur desahan itu sangat jelas memenuhi gendang telinganya yang entah mengapa sudah berdenging menyakitkan. Namun Nando tetap terdiam di tempat. Hingga lelaki diatas tubuh wanita itu mengangkat wajah dan melihat pada Nando dengan seringai licik yang dibalas Nando datar.
"Menikmati babe?" tanya cowok itu yang sesekali melirik Nando.
"Eungh..." gadis itu terlihat tergesah dan erangan kencang menyusul setelahnya.
"Sayang, kapan kamu tinggalin Nando?" gadis yang tengah mengancingkan kemeja putih kebesaran ditubuhnya berhenti ketika dipertanyakan soal itu.
"Aku belum bisa mastiin, Raka. Kamu tau sendiri aku masih cinta sama Nando."
"Tapi aku juga punya cinta buat kamu, babe. Aku juga punya uang. Jadi apalagi?" ujarnya dengan raut dibuat seputus asa mungkin. Wajahnya mendekat dan menjelajahi leher gadis didepannya. Gadis itu mendongak memberi akses padanya dengan sekuat yang ia mampu menahan desahan yang berusaha keluar akibat jilatan s*****l di telinganya.
"Apa Nando pernah kasih ini ke kamu?"
"Yah--engh, never." mereka saling memagut rakus hingga Raka terhempas oleh terjangan sebuah kaki.
Nando menarik baju Raka dan memberi bogeman tanpa jeda mulai dari tulang pipi kanan kiri, perut, pinggang, tendangan keras di tulang kering dan lagi samping wajah. Pukulannya tanpa ampun. Perempuan satu-satunya disana berteriak histeris agar Nando menghentikan semua serangan yang dilayangkan lelaki yang berstatus pacarnya.
Kondisi Raka sangat memprihatinkan. Wajahnya penuh lebam dengan darah yang mengalir dari hidung dan tepi bibir. Cowok itu memejamkan mata meringis dengan memegangi bagian perutnya yang barusan mendapat tendangan terakhir dari Nando.
Merasa puas dengan lawan yang sudah tumbang, Nando berbalik menatap gadis yang meringkuk di sofa bekas kegiatan menjijikkan gadis itu dan si b******n lemah.
Pelangi berusaha tidak membalas tatapan Nando yang jelas terasa tengah. menghunusnya tajam. Cukup lama hanya diam, Nando akhirnya berbicara.
"Angkat kaki dari sini." gadis itu lantas mengangkat wajah. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia mendekati Nando dan ketika hendak menyentuh wajahnya, Nando mundur kilat sangat enggan disentuh olehnya.
"Sayang..." siratnya penuh mohon. Air matanya sudah mengalir diantara bekas-bekas buliran sebelumnya.
"Lo mau yang kayak tadi, kan? Silahkan lanjutkan itu sama sepupu gue. Tapi maaf, orangnya udah kemodif dikit. Gak papa lah yah, yang pentingkan bisa muasin." Nando enteng berlalu pergi meninggalkan raungan Pelangi dengan kata maaf yang berulang ia selipkan pada tangis pilunya.
Setelah kejadian itu, Nando sama sekali tidak memusingkannya ataupun terus galau berlarut akibat penghianatan kekasih--mantannya--bersama sepupunya. Biarlah. Mungkin itu pengajaran untuknya.
Selang satu tahun, Nando berkuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Dan disitulah ia mengenal wanita yang menarik perhatiannya yang kebetulan adalah seniornya di kampus.
Gadis itu sangat-sangat berbeda dengan mantannya yang bernama Pelangi. Wanita ini memiliki pesona yang memikat dari segi sensualitas. Mata bersoflennya memancarkan godaan entah itu disengaja atau tidak. Bibirnya yang tebal nan ranum selalu berhasil membuat pria manapun menjilat bibirnya sendiri ketika melihatnya. Jangan lupakan lekukan tubuhnya yang sangat menggiurkan dan pastinya berlebih di tempat yang tepat.
Dengan insting rasa ketertarikannya, Nando mendekati seniornya itu yang setelah berkenalan, Cerry lah namanya. Begitu merah menggoda seperti orangnya.
Tidak sampai satu bulan pendekatan, Nando berhasil menjadikan Cerry sebagai kekasihnya. Dan bersama Cerry lah Nando mendapatkan banyak hal baru yang menyenangkan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan sentuhan, Cerry seolah mengenalkannya akan dunia itu.
Ciuman pertamanya adalah Cerry. Hubungan badan pun perdana ia lakukan bersama wanita itu. Semasa pacaran, Cerry memang gencar menggodanya jika sedang berdua di apartemen milik Nando yang kini ditempati lagi oleh wanita. Bedanya ini bukan Pelang si penghianat, melainkan pacar sexy nya, Cerry.
Nando menikmati semua hal baru itu. Selain karena dia lelaki yang cukup dikatakan dewasa, ia juga tidak ingin mendapat penghianatan yang sama hanya karena ia tidak memberikan kesenangan itu kepada kekasihnya.
Namun lagi-lagi praduganya salah besar. Makhluk bernama wanita memang sulit diperkirakan.
Jika dulu ia dihadapkan dengan permainan gila kekasihnya dengan sepupunya, sekarang ini Nando dihadapkan kembali dengan pemandangan dimana wanita--yang sayangnya adalah kekasihnya--tengah duduk dipangkuan pria tua berjas necis lengkap dengan uban dikepalanya.
Nando berjalan mendekat dihingar bingarnya club dengan musik keras memenuhi ruangan.
Diusapnya punggung telanjang yang memunggunginya itu ringan. Wanita itu menoleh dan seketika itu pula matanya mendelik dengan napas tercekat.
"Ternyata jadi simpanan om-om itu lebih bisa menghidupi lo. Fine. Kalo gitu lo sama gue selesai sampai sini. Karena gue belum tua untuk disebut om-om. Oh, tapi kayaknya yang sekarang pelanggannya terlalu bangka buat disebut om. Kakek mungkin?" Nando menatap datar menuju tajam.
"We are over, b***h!" desisnya mengandung kemarahan bercampur kekecewaan yang kembali membuka lebar luka dihatinya.
Nando benar-benar tidak habis pikir. Sebenarnya wanita itu maunya apa? Ia sudah memberikan segalanya. Uang, barang-barang mahal, pakaian bermerk, tempat tinggal yang layak. Oh, jangan lupakan seks nya yang menurut Nando dapat dikategorikan dahsyat. Intinya dia sudah mahir memainkan peran didalam kegiatan seperti itu karena terlalu sering melakukannya dengan Cerry.
Tapi apa? Cerry justru bermain dibelakangnya. Sudah cukup. Nando sudah tidak ingin merasakan cinta yang ujung-ujungnya terus menghianatinya. Sekarang pun Nando menjadi sangsi jika cinta itu ada nyatanya.
Dan mulai detik ini, Nando tidak akan menaruh hati pada wanita manapun. Cukup dua wanita sialan, yang sudah menutup hatinya. Nando tidak mau menjadi lelaki melow karena wanita.
Dan inilah Leonando yang sekarang. Membuang segala kepercayaanya terhadap makhluk berjenis wanita. Memperlakukan mereka seperti apa yang seharusnya dia lakukan sedari dulu. Sayangnya Nando terlalu bodoh saat itu.
Cukup rayuan dan tubuhnya saja yang menjadi bahan melepaskan diri jika Nando mulai tertarik pada seorang wanita. Setelah bosan, iapun akan meninggalkannya.