II. Sesuai Harga

1480 Words
Nando sudah rapih dengan kemeja hitam berkerah V berlengan tanggung. Memilih jeans senada sebagai bawahan. Tak lupa pula sepatu formal membalut kakinya. Setelah menyugar rambut sekali, ia mengais kunci mobil lalu membuka pintu kamar dan keluar. Malam ini ia di undang ke party salah satu temannya yang baru-baru ini mendapat kemenangan di ajang balap Asia ARRC. Melajukan Mercedes-Benz hitam metalicnya, Nando menelusuri jalanan Jakarta. Sesampainya ditempat tujuan yang kebetulan diadakan disebuah club malam, Nando memarkirkan mobilnya lalu turun untuk kemudian melangkah memasuki club. Kerasnya musik begitu saja menendang telinganya sesaat setelah ia masuk ke dalam. Ternyata sudah ramai. Bahkan hampir seluruhnya sudah terlarut berjingkrak ria mengikuti musik.Nando memindai sekitar guna mencari pemilik acara. Setelah menemukan, iapun mendekatinya. Keduanya bersitatap lalu melakukan kaitan telapak tangan sebagai sapaan. "Baru dateng lo," Nando mengangguk kecil sebagai jawaban. "Selamat buat kemenangan lo." Joan, lelaki itu menyungging senyum menanggapi. "Thanks bro." Tak ingin tanpa kegiatan, Nando memesan minuman kepada bertender. Menit berikutnya bertender memberikan minuman yang dimintanya. Wine adalah pilihannya kali ini. Biasanya Nando lebih suka memesan minuman yang kadar alkoholnya lebih tinggi dari Wine. Tequila misalnya. Namun untuk malam ini Nando sedang tidak ingin pulang dalam keadaan mabuk. Sembari menyesap wine nya, netra Nando memperhatikan saratnya lantai dansa di depan mereka. Disana ia mendapati Sigit, Gio, Yogi, Rifki dan Galih. Kelima temannya itu memang selalu memanfaatkan situasi dimana seseorang mengadakan pesta dengan meriah. Bahkan diantara mereka semua, hanya Nando yang tidak pernah datang secara bersamaan entah itu sekedar nongkrong ataupun menghadiri acara seperti sekarang. Tatapan Nando tak sengaja bersitatap dengan wanita ber-lucia mini dress dengan belahan d**a rendah. Punggungnya tereskpos sebagian menambah kesan menggoda. Wanita itu pun membalas Nando dengan kedipan mata yang dibuat lambat disela-selanya meminum cairan bening digelas single ditangannya. Nando menyungging sebelah sudut bibirnya, sangat paham apa maksud tatapan wanita itu. Berbasa-basi sebentar pada Joan, Nandopun berjalan ke sudut ruangan dimana wanita tadi berada. "Butuh teman?" tanyanya ketika sudah berdiri tepat di depan wanita berambut coklat terang lurus sepunggung. "Mungkin." jawab wanita itu. Setelahnya mereka berdua hanya saling pandang penuh arti. Raut wajah Nando tiba-tiba mengeryit samar. "Ada sesuatu dibahu kamu. Maaf." Nando membawa tanganya ke pundak wanita itu dan mengusap pelan disana. Dan dengan sengaja usapanya menjatuhkan tali dress hitam tersebut. Perlakuan Nando tidak luput dari perhatian sang empunya. Wanita itu melirik jemari besar Nando yang sentuhan itu menghantarkan gelenyar di sekujur tubuhnya. Nando menurunkan pandang membuat senyum miringnya terbit akibat apa yang dilihatnya tadi. "Beautiful dress. Kamu terlihat cantik dan..." keduanya saling tatap. "Bebas." Entah siapa yang memulai, keduanya sudah saling memagut dari pelan hingga menuntut. Nando menekan tengkuk wanita itu guna memperdalam ciuman mereka. Bibir Nando mendarat ke ceruk lehernya dengan beberapa kali menghisapnya seduktif tanpa meninggalkan bercak merah. Belum puas, Nando beralih ke leher membuat wanita itu menengadah memberi ruang baginya. Wanita itu menggigit bibirnya sendiri berusaha menahan desahan yang ingin keluar. Ciuman Nando semakin turun hingga berada tepat di garis p******a. Wanita itu menangkup tangan Nando ketika lelaki itu hendak memegang salah satu asetnya. "Bagaimana dengan hotel?" bisik wanita itu serak. Gairahnya sudah luber memuncak. "As you wish." ..... Wanita berusia 45 tahun yang nampak muda dari usianya sudah siap dengan dress putih selutut juga riasan khas ibu-ibu sosialita. Menuruni tangga selebar empat meter, ia melihat arloji Rolex emas yang melingkar di pergelangan kirinya. "Laila! Laila!" panggilnya dengan suara dilantangkan agar dapat didengar wanita yang bekerja dirumahnya. "Iya, Nyonya?" "Tolong bangunkan Nando." Bi Laila menunduk ragu-ragu. "Maaf Nyonya. Tapi den Nando dari semalam belum pulang sampai sekarang." Yoana Dhea Kusuma yang tak lain ibu dari Nando membeliak. "Gimana bisa? Memang anak itu kemana?" "Sekitar jam delapan malam den Nando pergi menghadiri pesta temennya, Nya." "Dia gak bilang pulang jam berapa?" wanita setengah abad itu menggeleng. "Tidak Nyonya." Yoana menghela napas pelan. "Ya sudah. Kamu boleh pergi." Bi Laila mengangguk lalu pergi ke arah yang sama ketika ia datang. Di tempat lain, sepasang insan terlihat begitu nyenyak dibalik selimut tebal hotel usai tiga kali melakukan 'yang semalam'. Bahkan keduanya baru bisa tidur pukul tiga pagi. Dering ponsel milik Nando menggema lantang di atas nakas tepat di samping sang pemilik. Nando sama sekali tidak terusik. Hingga beberapa saat bunyi itu mati. Dan menit berikutnya, I-phone nya kembali berdering yang kini berhasil membangunkan Nando dari lelapnya. Masih dengan mata lengket malas dibuka, Nando meraba nakas dan menjawab panggilan. "Nando?!" pekik Yoana menimbulkan sakit ditelinga Nando. "Ada apa sih Mam?" jawabnya masih mengantuk. "Kamu dimana? Jam segini masih belum pulang. Jangan pernah berfikir mau bolos lagi yah. Mami tuh capek diperingatin sama dosen kamu!" "Gak usah didengerin mereka bilang apa. Bereskan." balas Nando sembari rebahan lagi memeluk bantal guling. "MASALAHNYA TERAKHIR KALI PERINGATANYA KAMU AKAN DIKELUARKAN NANDO!!!" Nando tersentak kaget kembali mengusap-usap telinganya yang malang. Pagi-pagi sudah kena semprot. "Oke. Intinya sekarang ini mami gak peduli kamu dimana. Yang pasti, dengan cara apapun kamu harus pergi ke kampus. Gak usah ke rumah!" "Liat aja, kalo sampai 20 menit kamu belum nyampe di kampus, mami akan tarik semua fasilitas kamu." klik. "Mam? Mami?" melihat layar ponsel, ternyata sudah diputuskan. Nando berdecak keras. Maminya benar-benar marah. Beranjak ke kamar mandi sebentar, setelah keluar Nando sudah mengenakan celana semalam. Sambil berjalan cowok itu mengancingi kemeja yang dikenakannya. Tanpa mempedulikan keberadaan wanita yang masih terlelap cantik di ranjang hotel, Nando begitu saja keluar dari sana. Membuka pintu mobilnya kemudian masuk. Dibukannya baju yang ia pakai, lalu melemparnya ke belakang dan menggantinya dengan kaos hitam polos yang tersedia di kursi penumpang. Sudah menjadi kebiasaannya menyimpan pakaian cadangan jika pergi kemanapun. Takutnya ada keadaan yang tak terduga. Contohnya seperti sekarang ini. Setelah beres ia mulai menyalakan mesin yang dibiarkan sebentar kemudian segera melesat menuju kampus. Sebenarnya, percuma saja Nando ke kampus. Karena ketika di kelaspun cowok itu hanya melirik cuai kearah dosen yang tengah menerangkan di depan. Cuma, yeah, sesuai permintaan ibu negara. Kalau Maminya sudah membawa-bawa penarikan fasilitas, Nando detik itu juga angkat tangan. Akan jadi apa dia kalau tidak ada itu semua? "Karena waktu tidak cukup, kalian bisa mengerjakan sisanya di rumah. Dan untuk info yang tertunda, akan bapak kirim lewat WA. Sekian. Terimakasih." lihatlah sekarang, dosen itu memberikan tugas saja dia tidak tahu menahu. Dan apa tadi katanya? Info? Bodo amat. Toh meski menerima pun itu bagai angin lalu bagi Nando. Yang terpenting ia ingin segera keluar dari ruangan ini. Nando menuju kantin dimana ia berjalan mendekat ke bagian selatan ketika melihat kelima temannya disana. Melakukan high-five ala cowok sebelum duduk, Nando memesan makanan dan minuman. Sembari menunggu, Galih yang duduk di samping kanannya bersuara. "Semalam kata Joan lo dateng. Kenapa kita gak liat?" "Cuma basa-basi bentar. Asal kasih congrats aja terus pergi. Urusan mendadak." Pelayan datang dengan nampan berisi pesanan Nando. Meletakkannya di meja lalu pergi. Belum sempat menyentuh santapannya, seseorang dengan wangian campur aduk wanita menyeruak ke hidungnya bersamaan dengan kedua tangan yang melingkar dilehernya. Wanita itu memberi kecupan di pipi Nando. "Aku cariin kamu dari tadi. Hari ini jadi, kan?" tanya cewek itu menatap Nando dari samping. "Iya. Entar calling aja jam empat." jawab Nando tipis. "Tapi bener ya beli dua?" Nando berdeham sebagai balasan. Wanita itu terlihat senang dan kembali memberikan kecupan-kecupan di pipi, pelipis dan menolehkan sedikit kepala Nando guna mengincar bibir lelaki itu. "Mawar baru lagi? Si mawar kemaren udah putus?" tanya Galih sesaat setelah cewek ber-body goal tadi berlalu. "Lo kayak orang yang baru tau Nando. Mantan dia udah gak kehitung jumlahnya." repet Rifki. Nando tak menggubris mereka dan lebih memilih menyantap soto ayamnya. Dia sudah lapar dari pagi belum makan. Sedangkan di samping Rifki yang tak lain Sigit dan Yogi sibuk bermain game online dengan beberapa kali u*****n mereka keluarkan. Sama sekali tidak terganggu dengan obrolan tentang si Mawar. Jadi begini, saking terlalu seringnya Nando mengganti pacar, mereka berlima selalu bingung jika perempuan yang dibawa Nando memperkenalkan diri. Setiap orang beda nama. Ada juga sih yang sama. Pokoknya banyak sekali deh! Bahkan ada yang belum genap satu hari sudah berstatus mantan Nando. Karena mereka tidak mau dipusingkan dengan cewek-cewek Nando, jadilah mereka akan menyebut saja para wanita itu Mawar. Intinya dia si Mawar. "Kali ini apa man? Barang branded? Handphone? Apa mobil?" sambung Gio kembali. Pembahasan ini akan selalu muncul ketika Nando kedapatan membawa cewek. "Minta tas dua puluh juta." jawab Nando santai. Sedang mereka yang mendengar menggelengkan kepala tak habis pikir. "Ada-ada aja cewek. Buat yang dijinjing aja mahalnya minta ampun. Gila!" komentar Rifki. "Tapi enak sih, kalo abis ngasih. Ya Do?" lanjutnya penuh arti. "Minta sesuai dua angka depan lah bro. 20 ronde!" timpal Gio yang membuat tawa keempatnya pecah. Karena sekali lagi, dua makhluk lainnya disana masih seru dengan handphone. "Gila! Tepar tepar anak orang." ujar Rifki masih dengan wajah geli. "Eh bentar, dia minta dua, kan tadi? Berarti 40 dong?" ucapan Gio itu kembali menimbulkan gelak kencang. Nando sendiri hampir tersedak dibuatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD