John kembali menapakkan kedua kakinya di sebuah gedung terbengkalai yang letaknya sedikit jauh dari pusat kota.
Meskipun dari luar memang terlihat terbengkalai dan tidak terpakai sama sekali, di dalamnya masih terdapat aktivitas setiap harinya.
John baru memiliki waktu untuk mengamati proses barang-barang jualannya yang sedang disortir dan kemudian di packing untuk dikirim ke beberapa negara.
Selain memiliki bisnis senjata, John juga memiliki bisnis penjualan obat-obatan terlarang. Beberapa yang di pack per kilo, dan ada juga yang langsung di pack pada plastik yang berukuran kecil sekaligus sedang.
Semua yang bekerja ini adalah para anak buah John. Gedung tersebut dijaga ketat oleh lebih dari 30 orang. Karena memang barang-barang milik John sangat banyak. Jadi membutuhkan penjaga yang banyak agar semuanya aman.
Meskipun penjagaan begitu ketat, mereka tak terlihat secara terang-terangan berjaga layaknya menjadi penjaga atau security di rumah.
Setelah berkeliling untuk melihat barang-barangnya dipacking, John melanjutkan langkahnya ke ruangan yang paling ujung. Dari luar dengan jarak dua meter saja, John bisa mendengar suara cambukan yang terdengar nyaring. Serta jeritan seorang wanita yang penuh dengan kesakitan.
"Tuan John, mereka sedang di eksekusi." ujar Griffin sesaat John menghentikan langkahnya tepat di depan pintu yang terbuka sedikit.
Tangannya bergerak untuk meraih knop pintu agar bisa masuk ke dalam. Tapi sayangnya terhenti saat dia mendengar suara wanita memberontak dan berteriak.
"Lepas! Lepaskan aku sialan!"
Teriakan wanita tersebut terdengar begitu melengking bersamaan dengan cambukan demi cambukan yang diterima.
"Lepaskan aku cecunguk sialan! Lepaskan!!"
"Diam kau wanita murahann tidak tahu diri! Kau wanita yang seharusnya berguna untuk Tuan John justru berniat untuk menusuknya dari belakang! Kau sudah melakukan pengkhianatan! Bekerjasama dengan detektif sialan ini untuk memenjarakan Tuan John? Mimpi kau!"
Pria bertubuh besar itu menendang seorang mayat pria dengan mulut berbusa di lantai. Mayat pria itu diketahui adalah seorang detektif yang berniat untuk menjebloskan John ke dalam penjara.
Dia di eksekusi lebih dulu dengan disuntik oleh sesuatu hingga nyawanya melayang hanya dalam hitungan detik.
"Persetan dengan apa yang kau katakan! Aku sudah muak menjadi kaki tangan Nicholas Leister si sialan itu! Memangnya kalian tidak muak apa hidup dibawah kaki tangannya?! Kalian mengorbankan nyawa, sedangkan dia justru bersenang-senang di atas darah kalian!"
Jeritan wanita itu kembali terdengar begitu panjang. Jeritan penuh kesakitan saat kembali dicambuk beberapa kali hingga sekujur tubuhnya penuh dengan darah.
"Dasar w************n! Beraninya kau bicara seperti itu?!"
Suara pecutan dari cambuk kembali terdengar begitu menyakitkan. John masuk di ikuti dengan Griffin yang berada di belakangnya.
Dua orang anak buah yang berada di dalam langsung menunjukan hormat pada John dan wanita yang tengah terikat penuh darah itu tertawa dengan keras.
Entah apa yang wanita itu tertawakan, tapi yang jelas, John menghentikan anak buahnya yang hendak kembali melayangkan cambukan pada tubuh ringkih yang sudah tak berdaya itu.
John tersenyum miring dan berdiri tepat di hadapan wanita tersebut. Tawa wanita itu mendadak berubah menjadi tatapan kebencian. Bahkan dengan beraninya meludahi John tepat di wajahnya.
Tidak ada ampun bagi siapa saja yang sudah bersikap kurang ajar pada John. Maka detik itu juga, Griffin menembak tepat di kepala wanita itu hingga tewas seketika.
John menoleh ke belakang sambil mengusap wajahnya dengan sapu tangan yang dia miliki. Menatap Griffin marah, sebab dia sama sekali belum memerintahkan apa pun, tapi Griffin sudah melakukan tindakan sesukanya.
"Apa aku menyuruhmu untuk menembaknya?!"
"Maaf, Tuan John. Tapi wanita itu sudah bersikap kurang ajar pada Anda."
"Aku tidak peduli dengan itu sialan! Selagi aku tak memberikan perintah apa pun jangan sok mengambil keputusan!"
Griffin hanya bisa menatap ke bawah dan kembali meminta maaf. Dia bertindak tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu. Tentu apa yang dia lakukan memancing amarah John.
"Maaf Tuan. Maaf karena sudah lancang dan mendahului tanpa menunggu perintah anda. Saya hanya tidak suka wanita itu bersikap tidak sopan pada Anda. Apalagi yang wanita itu lakukan benar-benar sudah di luar batas. Sekali lagi saya—"
Griffin berhenti berbicara tepat ketika tangan John terangkat ke atas memintanya untuk berhenti.
John menoleh ke samping, "bereskan mayat-mayat itu."
Setelah memerintah, John langsung bergegas keluar dari ruangan tersebut. Berjalan dengan cepat untuk segera pergi dari sana.
+++
Suara derit ranjang terdengar begitu berisik. Aktivitas dua orang yang sedang bergumul panas menggoyang ranjang begitu hebatnya.
Lolongan penuh kenikmatan terdengar menyeruak ke seluruh ruangan. Desahan, lenguhan, dan erangan nikmat bagaikan melodi indah di pendengaran sang pria yang sedang memacu tubuhnya lebih cepat dari sebelumnya.
Bergerak liar di atas tubuh sang wanita yang terbaring pasrah di bawahnya. Menikmati setiap inci demi inci tubuh mulus seorang wanita yang penuh dengan gelora panas.
"Aahh, Tuan!"
John Nicholas Leister, terus menekan dan menghujam dalam-dalam liang surgawi seorang wanita malam yang dia sewa. Wanita malam yang terjamin kesehatannya untuk memuaskan hasrat John yang begitu tinggi.
Sudah hampir satu minggu lamanya, pria itu tak bisa menyalurkan hasrat dan gairahnya karena ada banyak pekerjaan sebelumnya.
Sekarang, di saat dia memiliki banyak waktu, John menggunakannya untuk bercinta. Ini ronde yang ketiga, tapi stamina pria itu masih saja kuat dan justru semakin menggairahkan. Membuat wanita di bawahnya terus mengerang penuh nikmat.
"Ahh fuckk! Ini benar-benar sangat dalam dan nikmat Tuan! Ahh!"
Semakin wanita itu mendesah, maka hunjaman yang diberikan oleh John akan semakin dalam hingga menyentuh dinding rahim wanita itu.
John tidak suka berciuman dengan para wanita yang dia sewa. Bahkan saat melakukan hubungan intim ini, John selalu menggunakan pengaman. Dia selalu memberi aturan sebelum bercinta dengan para jalangg.
Yang pertama, di larang menciumnya. Kedua, di larang menyentuhnya, lalu yang ketiga di larang mendominasi dan yang terakhir tidak boleh menyebut namanya. Jika aturan yang John katakan dilanggar, maka John tidak akan pernah menyewanya lagi. Bahkan, John juga akan langsung menghentikan permainan meskipun nantinya kepalanya akan pening karena belum mencapai kepuasan.
Aturan yang John berikan benar-benar mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat. Dan semua wanita yang John sewa akan menurut jika ingin kembali dipanggil lagi. Karena jujur saja, meskipun tubuhnya remuk dipakai berjam-jam oleh John, bayaran yang didapatkan sangat banyak dan bonusnya, bisa puas sampai berkali-kali.
"Tu-tuan, saya hampir sampai—Ahhh!"
Desahan panjang wanita itu membuat John semakin mempercepat pinggulnya. Hingga suara kecipak benturan antara milik John dengan cairan lubrikasi wanita itu terdengar begitu nyaring.
John tak mempedulikan suara jeritan wanita itu yang kesakitan namun menikmati hunjamannya yang begitu menggila di part terakhir ini. Karena John sedang mengejar puncaknya saat ini, tentu saja dia tak peduli dengan hal yang lainnya.
John menggeram sambil mencengkeram kedua paha wanita itu dan mulai mengeluarkan seluruh cairannya.
Lalu setelah itu, John mengeluarkan miliknya dan melepaskan pengaman yang dia pakai. Mengikatnya sebelum dia buang ke tong sampah agar cairannya tidak tumpah.
"Tuan, kau benar-benar sangat hebat. Aku senang kau memanggilku lagi setelah sekian lama."
Wanita itu mendudukkan dirinya di pinggir ranjang. Dengan nafas yang masih terengah, dia memperhatikan tubuh polos John yang berjalan mendekat ke arahnya.
Milik John masih saja terlihat keras, tegak kuat dan begitu gagah. Hanya melihatnya saja, sudah membuat liangg wanita itu kembali berkedut. Tapi jujur saja, liangnya sudah terasa kebas dan perih.
Bagaimana tidak? John sangat perkasa dan menggila saat sedang menungganginya. Melelahkan, tapi juga sangat menggairahkan.
"Asisten pribadiku pasti sudah mentransfer bayaranmu malam ini. Kau bisa pergi sekarang."
John memang selalu dingin setelah berhenti bermain. Hal itu yang membuatnya terlihat begitu misterius. John berjalan mengitari ranjang dan berhenti tepat di depan meja nakas. Dia mengambil sebatang rokok dan mulai menyalakannya.
Dari ekor matanya, dia bisa melihat jika wanita panggilan itu masih terus memperhatikannya. Lebih tepatnya lagi sedang memperhatikan miliknya yang masih terlihat gagah meski sudah melakukan seks sampai beberapa ronde.
"Kau akan menyesal jika terus memperhatikan milikku secara diam-diam." tegur John sembari menoleh tajam ke arah wanita itu.
John meraih bathrobe-nya jatuh tergeletak di lantai dan memakainya untuk menutupi tubuh polosnya.
Sementara wanita itu, langsung cepat-cepat mengenakan pakaiannya dan segera pergi dari sana. Tapi setelah berpakaian rapi, dia justru kembali dipanggil John hanya dengan pergerakan jari John.
"Ya, Tuan? Anda ingin sesuatu?"
"Puaskan aku dengan mulutmu itu sebelum kau pergi." ujarnya sembari mendudukkan diri di tepi ranjang.
John melebarkan kedua pahanya dan menyibak bathrobe yang dia kenakan hingga miliknya yang semakin mengeras dan tegak gagah itu terlihat.
Sang wanita panggilan tentu mau-mau saja untuk melakukannya. Apalagi bayaran yang dia terima bisa dia dapatkan jika melayani lima orang.
"Tuan, sebelum melakukannya, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Jika pertanyaanmu tidak bermutu, maka bersiaplah untuk kesulitan bernapas." sahut John yang membuat wanita itu menjadi panas dingin.
Dia mendongak menatap John yang posisinya jauh lebih tinggi darinya karena pria itu duduk di tepi ranjang. Sedangkan dirinya sudah berlutut di lantai.
"Saya hanya penasaran, kenapa Anda membuat banyak peraturan setiap kali berhubungan intim? Tapi, saya lebih penasaran dengan peraturan yang pertama. Kenapa anda tidak pernah mau berciuman?"
"Aku tidak suka berciuman atau bahkan bertukar saliva dengan jalang sepertimu. Jika melakukan seks, aku bisa menggunakan pengaman."
Bibir wanita itu langsung terkatup rapat. Ingin sekali kembali bertanya, tapi melihat wajah dingin pria itu membuat bulu-bulu halusnya berdiri karena merinding.
"Sudahkan? Sekarang, puaskan!"
Wanita itu langsung melakukan tugas terakhirnya yaitu BJ. Milik John yang terlalu besar sampai tidak bisa masuk seluruhnya. Itu pun tak sampai setengahnya.
Wanita itu berkali-kali hampir tersedak saat John mendadak menyentak pinggulnya dengan sengaja hingga menyentuh dinding tenggorokannya.
Jika wanita itu bersusah payah membuat John terpuaskan, pria itu justru tengah mengisap batang rokoknya dengan santai sambil menikmati BJ yang dilakukan oleh wanita jalangg ini yang sebenarnya tidak terlalu hebat saat melakukannya.
Hingga tiba di saat dia hendak mencapai puncak, John langsung menggerakkan pinggulnya lebih cepat sampai mentok ke tenggorokan wanita itu, dan berakhir dia semburkan seluruh cairannya di dalam mulut wanita tersebut. Tanpa sisa sama sekali.
"Bagus, telan semuanya."