Di suatu tempat makan mewah yang berada di daerah jakarta, tampak seorang lelaki tampan sedang menuntun seorang perempuan ke suatu tempat yang telah dia hias sedemikian romantisnya. Sesampainya ditempat tujuan, si lelaki tak langsung membuka penutup mata yang dipakai oleh si perempuan.
“Kamu sudah siap sayang?” tanya lelaki tampan itu pada kekasihnya, si perempuan itu pun mengangguk cepat dengan senyuman yang terukir dibibirnya
Sampai kemudian, penutup itu pun terlepas dan si perempuan refleks menutup mulutnya kala mendapati kekasihnya sedang berjongkok didepannya sembari memperlihatkan sebuah cincin cantik.
“Bianca, maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa umur ini dengan sebuah ikatan suci. Selalu bersama sampai maut memisahkan kita” ucap Rakandaru sembari menatap Bianca dengan tatapan penuh cinta
Akhirnya malam ini dia bisa melaksanakan niatnya untuk melamar kekasih yang sudah dia pacari selama 2 tahun ini. Meski hubungan awal mereka dimulai dari sebuah kesalahan, namun sampai detik ini, Rakandaru merasa bahwa Bianca adalah sebuah takdir yang sudah Tuhan berukan kepadanya.
Bianca yang tak mampu menutupi rasa bahagianya, dengan refleks langsung memeluk sang kekasih yang malam ini tengah melamarnya.
“Aku mau Daru. Iya, aku mau menikah sama kamu” balasnya dengan kedua sorot mata yang tengah berkaca-kaca,
Akhirnya apa yang dia tunggu-tunggu selama ini menjadi kenyataan. Jujur, Bianca sama seperti para perempuan pada umumnya. Yang mana akan mengharapkan sebuah kepastian dan juga ikatan sah, bukan hanya sebuah janji manis yang selalu diagung-agungkan oleh pasangan mereka.
“Makasih sayang. Mulai sekarang, kamu resmi jadi tunanganku” ucap Rakandaru sembari memeluk erat tubuh Bianca
Setelah merasa cukup berpelukan, Rakandaru segera meraih jari manis Bianca untuk kemudian dipasangkan sebuah cincin cantik yang tadi dia jadikan untuk melamar perempuan itu.
Dengan lembut, Rakandaru menarik sebuah kursi yang mana langsung ditempati oleh Bianca. Kini keduanya sedang menikmati makan malam romantis dengan di iringi alunan piano yang semakin menambah suasana romantis diantara mereka.
Tidak sampai di situ saja, mereka berdua juga berdansa bersama diatas taburan bintang yang menghiasi hamparan langit malam.
“Bunda pasti senang banget pas tahu kalau kamu sudah melamarku”
Rakandaru tersenyum saat mendengar ucapan sang kekasih. Memang selama menjalin hubungan dengan Bianca, Rakandaru sudah termasuk dekat dengan keluarga Bianca. Dia sangat akrab dengan Bundanya Bianca, dan juga kakak perempuan dari sang kekasih.
“Nanti setelah semua persiapanku sudah selesai, aku akan membawa orang tuaku untuk datang melamarmu secara resmi” ujarnya
Perihal lamarannya malam ini, Rakandaru memang belum menceritakannya pada kedua orang tuanya. Dia masih mencari waktu yang tepat untuk menceritakan niat baiknya yang ingin segera meresmikan hubungan bersama Bianca.
“Iya sayang. Lagi pula aku juga gak terlalu terburu-buru banget buat menikah” balas Bianca,
Meski kenyataannya dia ingin segera berada di ikatan sah, namun dia tak mau membebani Rakandaru dengan tuntutan untuk segera dinikahi. Semua butuh proses, dan dia akan mencoba lebih bersabar lagi untuk menunggu akhir yang bahagia.
Mereka berdua lanjut mengobrol dan mengagumi hamparan langit berbintang sampai pukul 10 malam. Rakandaru mengantarkan tunangannya itu ke rumah dengan keadaan selamat, tanpa kurang suatu apapun.
“Jangan tidur terlalu malam” ucap Rakandaru setelah mereka mengakhiri sesi ciuman yang mereka lakukan didalam mobilnya,
“Iya sayang. Kamu juga, awas jangan nakal pas ngumpul bareng teman-teman kamu nanti. Ingat! Kamu sudah punya tunangan sayang” ujar Bianca sembari memperlihatkan jari manisnya yang beberapa waktu lalu Rakandaru sematkan sebuah cincin disana
“Iya, sudah pasti itu” balasnya sembari mengelus jari-jari lentik milik Bianca “Ya sudah, kamu masuk gih. Maaf aku gak bisa mampir, aku mau langsung lanjut ke tempat teman-teman” tambahnya
Lalu Bianca pun memasuki rumahnya, sedangkan Rakandaru langsung menancap gas menuju tempat janjiannya bersama Gavin.
Setengah jam kemudian, Rakandaru sudah sampai ditempat tujuannya. Yaitu di salah satu klub malam yang berada di daerah Jakarta. Sebenarnya dia agak kurang nyaman berada ditempat seperti ini, namun karna Gavin bersikeras ingin bertemu disini, jadilah dia menurut saja.
Rakandaru terlihat celingukan kala mencari keberadaan Gavin, hingar bingar suara musik serta pencahayaan yang terlihat remang-remang membuatnya sedikit kesulitan. Namun itu tak bertahan lama karna Gavin yang kebetulan tengah memanggilnya dengan suara yang cukup keras, membutnya tak perlu bersusah payah mencari lagi.
“Woi Bro, Gue disini. Buruan naik” ujar Gavin dengan keras. Suara musik yang terdengar mendominasi tempat ini, membuatnya harus mengeluarkan suara extra keras agar Rakandaru bisa mendengarnya.
Tanpa menunggu waktu lama, Rakandaru langsung bergegas naik ke lantai dua. Sesampainya ditempat Gavin, disana sudah ada beberapa kenalannya juga.
“Hai Bro, bagaimana kabar Lo? Sudah lama kita tidak bertemu ya?” sapa salah satu orang yang ada disana, yang Rakandaru kenal sebagai Alex.
“Haha baik Bro. Lo sih, jarang ke Jakarta” balasnya dengan akrab. Alex orang asli Jakarta, namun karna suatu pekerjaan, dia kini menetap di daerah Bandung.
“Dia mah kelamaan di Bandung karna terlalu nyaman sama teteh-teteh cantik disana” celetuk lelaki yang memakai kaos hitam disampaing Alex, yang bernama Satria
“Dari pada Lo, terlalu sibuk jadi pahlawan Satria baja hitam, sampai kelamaan jomblo” balas Alex seolah tak mau kalah
Seketika celetukan antara Alex dan Satria membuat sekumpulan lelaki yang ada dimeja itu tertawa bersama. Rakandaru memang jarang berkumpul dengan mereka, karna sebenarnya juga tak terlalu dekat sekali. Tapi karna dulu mereka sempat menempuh pendidikan bersama di London, jadi itu lah yang membuat mereka saling mengenal.
“Gimana tadi acaranya, lancar kan?” tanya Gavin setelah Rakandaru duduk disampingnya, lelaki itu juga memberikan segelas vodka untuk Rakandaru.
“Alhamdulillah lancar. Dan mungkin sebentar lagi Gue akan segera menyusul Lo, Bro” balasnya sembari tertawa pelan
Gavin memang mengetahui rencananya yang ingin melamar Bianca karna tadi sore saat lelaki itu mengajaknya berkumpul bersama, Rakandaru menyanggupinya namun mungkin akan datang agak telat dikarenakan ada urusan penting. Lalu dari situlah dia bercerita tentang perihal lamarannya.
Memang diantara ke empat teman yang ada didekatnya saat ini, Gavin lah yang paling dekat dengannya. Apalagi lelaki itu menikah dengan orang yang sangat dia kenali juga.
“Wuihh, selamat ya Bro” ucapnya dengan tulus
Gavin tiba-tiba berdiri sembari mengangkat gelas miliknya yang berisi cairan memabukkan.
“Teman-teman, baru saja teman kita Rakandaru telah berhasil melamar kekasihnya. Bagaimana jika malam ini kita merayakannya sampai puas?” serunya sembari melirik Rakandaru dengan tatapan menggoda
Rakandaru pun pasrah saat teman-temannya menariknya untuk ikut berdiri dan melakukan cers bersama. Suara dentingan gelas kaca dan sorakan selamat juga untain do’a mengawali perayaan mereka malam ini.
“Awas kalau nikah nanti, jangan lupa ngundang kita ya Bro” ujar Roni sambil cekikikan, dari sorot matanya sudah menandakan kalau lelaki itu mulai mabuk
“Oke siap, kalian-kalian semua juga harus cepat menyusul ya. Jangan kelamaan menjomblo, entar malah karatan” balas Rakandaru sembari tertawa keras,
“Wah, songong nih si Daru. Lo tunggu saja, mungkin yang bakal naik ke pelaminan malah Gue duluan” seru Alex sembari tertawa keras
Mereka berlima saling melempar canda dan juga ejekan satu sama lain, sambil menenggak minuman ber alkohol yang telah berjejer rapi di meja depannya.
Namun baru sebentar saja berpesta, sekarang Rakandaru sudah memiliki tanda-tanda akan tepar sebentar lagi. Dan Rakandaru sendiri juga merasa bingung dengan respons tubuhnya yang malam ini tak seperti biasanya. Padahal dia baru saja menghabiskan 2 gelas, namun entah kenapa efeknya cepat sekali, membuatnya mabuk dengan begitu mudahnya.
“Eh, si Daru kenapa udah teler duluan sih. Padahal baru minum 2 gelas” ujar Alex begitu melihat Rakandaru yang tengah menutup matanya sembari bersandar pada sofa yang mereka duduki
Sebagai respons dari ucapan Alex, Rakandaru mengangkat tangannya dengan pelan. Terlihat sekali jika kesdarannya masih ada meskipun hanya berapa persen saja.
Sebelum kesadaranya benar-benar lenyap semua, Rakandaru meminta Gavin untuk mengantarkannya pulang sekarang. Kepalanya sangat pusing, dan dia ingin sekali segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk.
“Antarkan Gue pulang sekarang Vin, kepala Gue pusing banget” pintanya sembari memijat kening dengan harapan pusingnya dapat berkurang
Gavin yang merasa prihatin dengan keadaan temannya yang sudah mabuk, segera membawa Rakandaru pergi dari sana. Sebelum pergi, dia pun berpamitan pada teman-temannya yang lain dan sekaligus menitipkan mobilnya pada mereka.
Meski agak susah membawa tubuh tegap Rakandaru yang tengah hilang kesadaran, namun akhirnya dia dapat membawa tubuh itu kedalam mobil Marsedez Benz putih milik Rakandaru.
Di tengah perjalanan, Gavin mencoba menanyakan letak Apartemen milik Rakandaru. Dia lupa di kawasan mana letak Apartemen milik lelaki di sampingnya ini, yang dia ingat malah rumah keluarganya yang berda di Daerah elit Jakarta.
“Duh, mau dibawa kemana lagi nih si Daru” gumam Gavin kepada dirinya sendiri
Lalu setelah mencoba berpikir keras akan kemanakah dia membawa tubuh mabuk milik Rakandaru, akhirnya terlintas lah sebuah nama yang bisa dia mintai pertolongan.
Tangannya pun segera menekan tombol yang berada di ponselnya untuk melakukan panggilan suara. Setelah beberapa deringan, panggilan itu pun terjawab.
“Hallo Kak Gavin” sebuah suara halus khas perempuan terdengar menyapanya
“Run, Gue boleh minta tolong gak? Rakandaru mabuk dan Gue bingung mau membawanya pulang kemana” tanpa banyak kata, Gavin langsung menyampaikan tujuannya menelvon gadis itu di tengah malam begini
“Kak Daru mabuk? Ya sudah bawa ke Apartemenku saja Kak, kebetulan malam ini aku lagi menginap di Apartemen” balas si gadis setelah diam beberapa detik sebelum memberikan balasan
“Oke, kalau gitu Gue langsung ke Apartemen Lo sekarang ya Run. Maaf merepotkan tengah malam begini”
“Iya Kak, gak papa, santai saja”
Setelah itu panggilan pun terputus, Gavin segera memutar kemudinya untuk menuju Apartemen Aruna.
Setengah jam kemudian, Gavin dan Rakandaru telah sampai didepan pintu Apartemen milik Aruna. Setelah memencet Bel, pintu didepannya pun terbuka dan menampilkan Aruna yang terlihat khawatir.
“Ayo Kak, langsung bawa masuk saja” Gavin yang tengah merangkul tubuh lemas Rakandaru, mengikuti Aruna yang berjalan ke suatu kamar.
Begitu si tuan rumah membuka pintu kamar, Gavin segera membawa tubuh Rakandaru ke atas ranjang. Pundak dan juga tangannya terasa kram karna sejak tadi dijadikan tempat sandaran oleh Rakandaru.
“Gue langsung pulang ya Run, yang dirumah pasti udah nungguin pulang” ucapnya pada Aruna
“Iya Kak, makasih karna sudah mengantarkan Kak Daru kesini ya” balas Aruna dengan tatapan tulus
“Iya sama-sama Run, kalau gitu Gue pulang dulu”
Aruna menatap sosok Gavin yang sudah menghilang dibalik pintu Apartemenya. Lalu setelah mengunci pintu, Aruna kembali menghampiri Rakandaru yang tengah tertidur di ranjang.
Wajah tampan itu terlihat dipenuhi oleh keringat, dan juga jangan lupakan aroma minuman keras yang sama sekali tidak Aruna sukai. Namun meski begitu, Aruna tetap melangkahkan kakinya untuk menuju kamar mandi. Mengambil handuk kering dan juga baskom yang telah dia isi dengan air.
“Kak Daru, maaf ya. Bagaimana pun aku tetap harus melakukannya” dengan gerakan sepelan mungkin, Aruna mulai melepaskan kancing kemeja yang dipakai oleh Rakandaru
Dia harus melupakan rasa malunya yang kini melihat tubuh atas Rakandaru yang sudah tak memakai kemeja lagi.
Perlahan di usapnya d**a bidang itu menggunkan handuk yang sudah dia basahi dengan air terlebih dahulu.
Mungkin karna merasa tidak nyaman dengan usapan ditubuh atasnya, Rakandaru tiba-tiba membuka matanya dan membuat Aruna tersentak kaget.
“Kak Daru..?” panggil Aruna refleks
Namun Rakandaru hanya diam sembari terus menatap Aruna, bibirnya masih tekatup rapat tanpa bersuara.
“Kak Daru udah bangun?” tanya Aruna pelan, gerakannya yang tadi tengah membersihkan tubuh Rakandaru pun refleks terhenti
“Bianca, sayang?” akhirnya bibir itu pun mengeluarkan suaranya. Namun bukan nama Aruna yang disebut, melainkan nama si kekasih yang beberapa jam lalu telah resmi menjadi tunangannya.
Aruna yang mendengarnya langsung diam mematung, gadis itu tak lagi mencoba berbicara atau sekadar bertanya tentang keadaan Rakandaru.
Sampai kemudian di tengah keterpakuannya, tiba-tiba Rakandaru menarik tubuhnya ke atas ranjang. Membungkam mulutnya dengan ciuman menggebu yang membuat Aruna syok juga kewalahan.
Di pagi hari kemudian…
Pagi itu di sebuah ruangan, tepatnya di salah satu kamar yang berada di Apartemen terdengar tangisan dari seorang gadis yang mana mampu membuat seseorang di sebelahnya terbangun. Saat nyawa sudah sepenuhnya terkumpul, Rakandaru langsung terpaku menatap seseorang yang sangat dia kenali sedang menangis berbalutkan selimut. Dan betapa kegetnya saat orang yang dia kenali itu adalah Aruna.
Anak dari sahabat orang tuanya, dan sekaligus menjadi sahabat dari Reziena sang adik.
Rakandaru terdiam beberapa saat untuk mencoba menganalisa keadaan, dan dia merasa tertampar saat mulai menyadari kemungkinan yang sudah terjadi diantara mereka..
"Aruna.. " panggilnya dengan suara pelan
"Aku sudah kotor.. " racau gadis itu dengan lirih di sela tangisannya
Akhirnya dengan ragu Rakandaru memberanikan diri untuk memeluk gadis itu, mencoba menenangkan..
"Aruna,, tolong jangan menangis lagi, kita bicarakan baik-baik, kamu yang tenang, oke" pintanya dengan lembut,
Bagaimana pun juga, saat ini bukan hanya Aruna yang merasa hancur. Namun dirinya pun juga merasakan sakit yang tiba-tiba muncul dihatinya.
"Gimana Aruna bisa tenang kak. Aku sudah kehilangan hal yang sangat berharga, bagaimana dengan masa depan Aruna nanti" ungkapnya setelah melepaskan diri dari pelukan Rakandaru.
Dan Rakandaru sendiri juga merasa bingung, dia tidak tahu harus berbuat apa. Semua yang terjadi di pagi ini benar-benar membuatnya syok hingga rasanya ingin berhenti bernafas.
Ditengah kekacauan yang sedang berlangsung, ingatannya malah melayang pada seorang gadis yang 2 tahun ini menjadi kekasihnya. Yang kemarin malam baru saja dia lamar.
Sampai kemudian lamunannya terhenti, dan kesadarannya seakan dipaksa kembali ketika mendengar permintaan dari Aruna..
Sebuah permintaan yang sangat sulit untuk dia wujudkan.
"Tolong nikahi Aruna kak"
Dan kisah mereka pun dimulai kembali dari sini..