2. Menanti Sebuah Kepastian

1636 Words
Lagi-lagi Aruna termenung didalam kamarnya sembari mendengarkan lagu yang sudah beberapa tahun ini menjadi favoritnya, di setiap liriknya seakan menyatu pada jalan hidupnya saat ini. Lalu ingatannya pun terlempar pada kejadian beberapa minggu lalu, saat dimana di pagi hari dia terbangun bersama Rakandaru dengan tubuh tak mengenakan pakaian, yang berakhir dengan permintaannya untuk dinikahi oleh Rakandaru. “Tolong nikahi Aruna Kak” Dan setelah kejadian itu pun Aruna mencoba menguatkan hati bahwa apa yang sudah dia lakukan tidak akan dia sesali. Memang seharusnya seperti ini, Rakandaru memang sudah seharusnya menjadi miliknya, lelaki itu sudah mengambil miliknya yang sangat berharga. Salahkan saja keadaan, mengapa tak pernah berpihak kepadanya... Hingga membuatnya berada diantara Rakandaru dan Bianca. Dia hanya ingin di cintai dan bersama orang yang dicintainya,, tak peduli seberapa jauh jarak itu, dia harus mampu menyatukannya. Aruna "Kak Daru, kapan mau datang ke rumah..? " Sudah satu jam lebih Aruna menunggu balasan dari Rakandaru. Seperti pesan-pesan sebelumnya, mungkin pesan ini juga tak akan mendapatkan balasan. Meski begitu Aruna tak juga menyerah, dia mencoba menelvon hingga pada akhirnya dia lebih memilih menyerah karna terlalu banyak panggilannya yang tak mendapatkan jawaban. Rasanya dia ingin marah karna merasa dipermainkan oleh Rakandaru, beberapa kali dia mencoba menghubungi tapi slalu diabaikan. Bahkan beberapa hari lalu dia nekat menemuinya di kantor tapi dia harus kembali kecewa karna Rakandaru sedang tidak berada di kantornya saat itu, Tok.. Tok.. Tok.. Terdengar ketukan pintu saat Aruna masih sibuk bergelut dengan pikirannya, lalu tanpa menunggu lama dia mempersilahkan masuk. "Kakak.. " panggil seorang anak kecil yang kini tengah menyembulkan kepalanya dibalik pintu Aruna tersenyum melihatnya, adiknya itu terlalu sopan dalam bertingkah, sepertinya didikan dari mamah nya sungguh diterima baik oleh bocah berusia 8 tahun itu. Bahkan dulu saat dia masih kecil dia termasuk gadis yang nakal, sangat berbeda dengan Arsean. "Arsean ganggu gak kak..? " masih dengan kepala yang menyembul, bocah itu kembali bertanya "Sini.. " panggil Aruna sembari melambaikan tangannya agar adiknya itu menghampirinya Setelah itu tanpa malu-malu Arsean berlari kecil menuju kakak nya yang kini sedang duduk di ranjang. "Kak, ayo temani Arsean jalan-jalan" "Adik kakak yang ganteng, memang mau jalan-jalan kemana sih..? " "Ke Mall, Arsean mau beli mainan baru" ungkapnya dengan pipi menggelembung sambil memainkan tangan Aruna "Ehmm, gimana ya..?" balas Aruna dengan berpura-pura seolah sedang berpikir "Nanti Arsean traktir es krim, mau ya kak.. " pintanya dengan wajah penuh pengharapan Dan tanpa menunggu waktu lama, Aruna langsung menganggukkan kepalanya setelah mendengar traktiran yang dijanjikan oleh Arsean. Meski Aruna bisa membeli sendiri, tapi es krim yang dibelikan oleh sang adik adalah es krim favoritnya.                  Kini kedua adik kakak itu sedang dalam perjalanan menuju rumah Reziena, karena tadi sebelum berangkat Aruna sempat menghubungi sahabatnya itu untuk mengajaknya ikut serta dalam acara jalan-jalannya bersama Arsean dan kebetulan sekali Reziena sedang berada dirumah saat ini. "Arsean kita ke rumah Tante Maretha dulu ya,, soalnya kak Ziezie mau ikut" jelas Aruna pada si adik "Wahh.. Tambah seru dong kak" ucap Arsean penuh semangat Kemudian setelah mereka sampai di Rumah Reziena, kedua adik kakak itu segera turun untuk menemui Reziena. Namun langkah Aruna dan Arsean harus terhenti karna ternyata Reziena sudah keluar dari rumah dan sedang berjalan menghampiri mereka. "Enggak usah masuk, dirumah sepi gak ada orang" jelas Reziena yang langsung masuk ke dalam mobil "Emang kak Daru gak ada dirumah.. ?" tanya Aruna sedikit ragu "Gak ada, dari tadi pagi dia sudah keluar, gak tau kemana.. " balas Reziena yang tidak peduli dimana kakak nya berada. Lalu gadis cantik itu menyapa Arsean yang duduk di depan. "Hallo Arsean ganteng, gimana kabarnya..? Sudah lama gak main sama kak Ziezie ya.." "Kak Ziezie sih,, sibuk terus, udah jarang main ke rumah Arsean" Reziena mencubit pelan pipi Arsean, dia sangat gemas dengan kelucuan dari adik sahabatnya ini. Dulu saat dia masih SMA dia dan sahabatnya yang lain akan sering main ke rumah Aruna untuk bermain dengan Arsean, bocah laki laki itu sangat menggemaskn hingga membuat semua orang menyukainya. "Iya nih kak Zie sibuk terus,, maaf ya.. Tapi nanti kakak bakal temani kamu main sepuasnya" ucap Reziena penuh semangat dan langsung mengalir pada Arsean Saat kedua orang itu masih asyik berceloteh bersama, mereka berdua tidak tahu jika Aruna sedang sibuk sendiri dengan pikiranya. Aruna berpikir dia akan bertemu Rakandaru di rumah lelaki itu, oleh karna itu dia memaksa untuk menjemput Reziena, Tapi lagi lagi usahanya gagal. Akhirnya setelah menempuh perjalanan beberapa menit mereka bertiga sampai di tempat tujuan. Arsean dengan wajah cerianya langsung menarik tangan Aruna dan Reziena untuk mengikutinya masuk ke Mall. Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah arena bermain, terlihat sekali Arsean begitu senang saat menaiki salah satu mainan yang berada disana. "Run, Lo tau gak, akhir-akhir ini kak Daru tuh aneh. Sering marah-marah gak jelas, terus kadang diam kayak gak punya semangat hidup " cerita Reziena yang langsung menarik perhatian Aruna, "Oh ya,, memang kak Daru kenapa Zie..?" "Gue juga gak tahu, pokoknya gak jelas banget lah, dia juga sekarang jarang pulang ke rumah, lebih sering menginap di Apartemen" "Mungkin kak Daru sedang ada masalah dikantornya Zie" jelas sekali apa yang dikatakan Aruna sangat berbeda dengan yang sedang berada di pikirannya, karna mungkin saja perubahan sikap dari Rakandaru tak lain disebabkan oleh dirinya sendiri, pasti laki-laki itu sedang memikirkan masalah mereka. "Bisa jadi sih,, tapi kalau menurut gue kayaknya kak Daru lagi ada masalah sama ceweknya deh, soalnya nih ya Run, beberapa kali gue sempat lihat kak Daru itu pegang hp terus wajahnya itu tegang kayak ada beban berat gitu loh" Apa dia terlalu keras dengan Rakandaru, tapi dia juga butuh kepastian. Aruna tidak mau terlalu lama menunggu hingga terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, dia takut Rakandaru goyah dan melupakan tanggung jawabnya. "Kakak ayo cari makan, Arsean lapar.." adunya pada Aruna, sepertinya anak kecil itu sudah bosan bermain "Oke kita cari makan, kak Zie juga lapar nih" ucap Reziena yang langsung berdiri dari duduknya, dia menggandeng tangan Arsean dan membawanya keluar dari arena bermain untuk menuju tempat makan. Dan tentunya dengan Aruna yang berjalan di belakang. Ketika mereka memasuki salah satu restoran yang berada disana, tiba tiba Reziena menghentikan langkahnya yang membuat Aruna menggerutu dibelakang karena kaget dengan tingkah sahabatnya itu, tadi saat berjalan dia tidak fokus karna terlalu sibuk melamun. "Ada kak Daru.. Ayo kita samperin Run" ucap Reziena yang mengabaikan kekagetan sahabatnya itu, sedang Aruna sendiri dia tidak menyangka jika akan bertemu Rakandaru disini, terlalu banyak orang dan dia tidak mungkin mengajak laki-laki itu untuk berbicara disini. "Kak Daru.. " sapa Reziena begitu sampai didekat kakaknya Tentu saja Rakandaru pun juga sama kagetnya, apalagi dia juga melihat Aruna bersama adiknya itu. Sungguh dia belum siap bertemu Aruna, apalagi saat ini dia sedang berdua dengan sang kekasih. "Kalian juga berada disini..?" tanya Rakandaru yang berusaha bersikap biasa saja "Iya kak, kita lagi menemani si ganteng Arsean jalan-jalan" jawab Reziena Akhirnya dengan terpaksa Rakandaru juga menyapa Aruna dan Arsean, "Hai Aruna.. " sapanya yang hanya dibalas anggukan oleh Aruna, sungguh saat ini rasanya Rakandaru ingin mengubur dirinya dalam-dalam, dia merasa sangat canggung. "Hallo ganteng, udah lama gak ketemu kamu, sekarang tambah tinggi ya.. " sapa Rakandaru pada Arsen, dia berusaha menghilangkan kecanggungannya dengan mengajak mengobrol Arsean "Hai kak Daru,, kakak kesini sama siapa...? " tanya Arsen sambil celingukan "Kakak kesini sama... " belum sempat Rakandaru menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Kekasihnya yang bernama Bianca datang memotong ucapannya, "Hai semua... Wah gak nyangka ketemu kalian disini" ucap Bianca dengan ceria. Melihat kehadiran Bianca malah semakin membut Aruna kesal, jadi Rakandaru sedang pergi bersama Bianca. Saat dia setengah mati menunggu kepastian dari laki-laki itu dan ternyata dia malah asik menghabiskan waktu bersama kekasihnya. "Kita boleh ikut gabung kan..? " tanya Reziena yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan mereka "Tapi kita sudah mau pergi,, iya kan Bi.. " kata Rakandaru seolah meminta persetujuan dari kekasihnya itu, namun sayang ternyata Bianca tidak sependapat dengannya. "Enggak kok, malahan seru rame gini" jawab Bianca dengan tersenyum lebar "Ayo silahkan duduk, Aruna,Arsean.." lanjutnya mempersilahkan Aruna dan Arsean untuk duduk bersama mereka Dan kebetulan sekali Aruna mendapat tempat duduk disamping Rakandaru, dia tersenyum saat tadi mengingat ucapan Rakandaru yang seolah menolak mereka untuk ikut gabung. Sekarang dia tahu jika laki-laki disampingnya ini mencoba untuk menghindarinya, sepertinya Rakandaru ingin mengajaknya bermain maka dengan senang hati Aruna akan menemaninya bermain. Mereka asik bercerita tapi tidak dengan Aruna dan Rakandaru yang hanya diam dan sesekali tersenyum menanggapi obrolan Bianca dan Reziena, "Apa nih?, ini cincin tunangan kan?Kak Daru udah melamar kak Binca ya..?" Reziena terlihat sangat antusias sembari tangannya mengelus sebuah cincin yang kini melingkar di jari manis Bianca, Bianca sendiri langsung membalasnya dengan sebuah anggukan. Perempuan itu tanpa sungkan merangkul lengan Rakandaru sembari tersenyum bahagia, "Do'a kan semoga semuanya lancar sampai di hari pernikahan ya" pintanya dengan tulus "Tentu saja dong kak, aku jadi gak sabar melihat kalian berdua di pelaminan. Pasti gemes banget deh, iya kan Run?" Aruna merasakan dadanya sesak seperti sedang ada yang menghimpitnya dengan kuat, dengan tetap memasang senyuman palsu, Aruna pun terpaksa membalas ucapan sahabatnya dengan anggukan pelan. Ternyata hubungan mereka sudah sejauh itu, diam-diam Aruna menertawakan nasibnya sendiri yang sangatlah payah. Kenapa juga dia harus terjebak diantara dua orang itu, seharusnya semua ini tidak pernah terjadi jika saja Rakandaru tidak bersikap b******k. Mereka akan tetap bahagia tanpa ada hati yang harus terluka, tapi memang ini lah kenyataanya, membiarkan semua berlalu begitu saja atau tetap memperjuangkan takdirnya. Hingga tidak terasa mereka sudah cukup lama mengobrol dan Arsean meminta melanjutkan jalan-jalanya. Akhirnya mereka berpisah karna Rakandaru dan Bianca memutuskan untuk pulang, "Ya sudah kalau gitu kita pulang dulu ya,, " pamit Bianca pada yang lainnya, padahal dia masih ingin mengobrol dengan Reziena dan Aruna, tapi Rakandaru malah mengajaknya pulang. "Iya kak,, hati-hati" jawab mereka bertiga Aruna terus menatap kepergian kedua pasangan kekasih itu sampai menghilang dari pandangan matanya, mari kita lihat mau sampai kapan Rakandaru akan bermain kucing-kucingan demi menghindarinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD